Hal. 21 | Desa Makmuran Bag. 4

79 11 1
                                    

Keadaan eyang Pur benar-benar kritis. Darah saja bagaikan selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya. Penyebabnya bukanlah dari tebasan golok, melainkan karena tubuhnya yang baru saja dipaksa bergerak. Ternyata dampak mode Aware sampai sebegitunya.

"Kau hebat sekali, pak tua ... tapi ... bagaimana dengan serangan selanjutnya?"

Whuush! Whuush!

Melompat sana melompot sini, gerakan pak Suryono tak henti-hentinya mencoba menyerang. Meskipun sudah tua, eyang Pur masih sanggup berlari dengan cepat.

Sialnya, cairan-cairan obat malah membuatnya terpleset. Tubuhnya tak sanggup menahannya kemudian ia terjatuh.

Pak Suryono memutar-mutar golok layaknya penari pencak. Sosoknya yang menjadi teladan desa ternyata adalah seorang pembunuh. Tak mengherankan, sebagian besar pendekar memang seperti itu perbuatannya. Menjilat, memfitnah, bahkan membunuh, semua itu dilakukan demi mencapai paling atas.

Braak! "Eyang ...! Kau baik-baik saja?"

"Suryono!" tegas bu Yeni.

Untungnya, Sakar dan bu Yeni tiba tepat waktu. Setelah mereka curiga ada yang tak beres lalu memeriksanya langsung. Memang benar, pak Suryono adalah pelaku syang sesungguhnya.

"Mari kita selesaikan dengan jantan!"

Sakar bergerak seperti kera dan bergerak ke sana ke sini. Ia melakukan gerakan seni pembukaan.

Whuush! Jleeb! Bagian dada Sakar telah tertebas oleh goloknya. Permainan goloknya begitu luar biasa. Ia berhasil melukai eyang Pur dan Sakar dalam satu serangan. Dapat menyerang dalam satu serangan tidaklah hebat, tetapi pengecut.

Beraninya menyerang di saat sedang melakukan gerakan seni pembukaan. Nampaknya ia tidak menghormati sama sekali pertarungan itu.

"Aku akan menghabisimu ...." gertak Sakar.

Sakar benar-benar marah, seni pembukaan yang dihormatinya malah diabaikan. Nampaknya pak Suryono telah memnyulut api amarah yang ada di tubuhnya.

"Jumping-vortex!"

Amarahnya membuat tenaga yang dihasilkan begitu besa.

"Tolong bawa eyang jauh-jauh."

Bu Yeni bergegas menolong eyang Pur. Dan membawanya ke halaman depan rumah untuk diobati. Luka akibat dampak dari Aware sangatlah parah, belum lagi luka tebasan golok tadi.

Dapat terdengar suara gerusak-gerusuk di dalam ruangan tadi. Yang artinya pertarungan tengah terjadi di dalamnya. Antara Sakar, melawan pak Suryono.

Perlakuan pak Suryono dirasakan Sakar sebagai penghinaan terhadap ilmunya. Ilmu silat yang telah diajarkan, lalu diwariskan dan diwariskan lagi hingga sekarang.

Sakar seharusnya lebih marah lagi, tetapi ia tidak mengetahuinya. Bahwasanya banyak pendekar-pendekar di luar sana yang tidak menghormati adat dan penghormatan lagi.

"Jumping-vortex!"

Terus melakukan jurus yang sama berulang kali. Pak Suryono juga bisa terus menghindarinya. Dampak dari jurus Jumping-vortex membuat lantai hancur lebur. Namun dengan akurasi yang rendah. Beberapa kali serangannya tidak mengenai sasaran.

Entah apa yang merasuki Sakar sekarang. Kekuatan fisik yang besar tetapi dengan keakuratan yang rendah.

Bersambung ....

Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"

Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal publikasi: 21 November 2020

Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang