Hal. 16 | Wabah Penyakit Bag. 7

99 13 4
                                    

Pikiran Ujang sempat tidak karuan, untungnya ia cepat sadar. Dengan sadar ia melanjutkan tahap rencana selanjutnya. Mengayunkan golok ke arah Nadam.

Jleeb! Wanita tadi terbangun, Sunem menebas punggung Ujang dengan menggunakan kerambitnya sebelum ia mau menebas Nadam.

"Kami akan membunuh kalian semua!"

Ujang berteriak kesakitan. Ujang, Bayuaji, dan Hasta tidak sanggup lagi berdiri. Hanya Juna yang masih sanggup berdiri. Walaupun sanggup berdiri, dirinya yang masih bocah tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tolong ...! Jangan sakiti mereka ...." mohon bu Yeni.

"Ini semua gara-gara kau .... kenapa pak tua itu bisa tahu rencana kami?"

Kondisi Nadam sedang terluka akibat kepalanya yang terbentur batu besar. Apalagi rencana mereka sudah diketahui oleh para bocah dan pak tua itu. Sunem benar-benar marah.

"Kau ... kau ...." gumamnya.

Juna menghampiri bu Yeni, ia menarik tangannya. Tak disangka, Juna khawatir dengan bu Yeni. Wanita yang mereka anggap jahat ternyata adalah orang yang benar-benar baik.

"Kesini ... ikuti aku!"

Juna menyeret paksa bu Yeni untuk lari dari rumahnya. Pasalnya mata Sunem terlihat nafsu membunuh yang tinggi.

Dengan aura membunuh yang tinggi, Sunem mengejar mereka berdua. Ia mengejar sambil tertawa seperti orang gila.

"Mati ... mati ... mati ..., kalian semua harus mati!"

Bu Yeni dan Juna lari ke dalam desa. Mereka bersembunyi dibalik kotak yang ada di salah satu rumah desa.

Mereka berdua tidak bisa berpikir jernih lagi. Tidak tahu lagi caranya untuk lari darinya.

"Tenang saja bu, kita pasti selamat." ujar Juna.

Juna meminta bu Yeni untuk menghela napas dan mencoba lebih tenang lagi. Kemudian merencanakan jalan keluar baik-baik.

Praak! Namun, bu Yeni dan Juna tetap ketahuan. Juna ditendangnya hingga terpental.

Sunem langsung mencengram leher bu Yeni dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan digunakan untuk memegang kerambit yang berdarah bekas menebas punggung Ujang. Kerambitnya ia putar-putar seperti memutar pena.

"Ajal ... akan ... menjemputmu!"

"Jangan !" teriak Juna.

Juna bangkit dan mendorongnya, tetapi ia sudah menduga itu. Arah ayunan tangannya dirubah ke arah mata Juna.

Whuush! Beruntungnya, tebasan itu berhasil digagalkan. Tangannya digenggam oleh seorang pria misterius yang datang tiba-tiba.

"Rupanya kalian ada disini ya ...."

Pria misterius itu berkerudung dan berbadan pendek. Gerakannya seperti kera yang lincah.

Kemudian ia membuka kerudungnya. Ternyata pria misterius itu adalah Sakar. Ia sempat khawatir karena murid-murid & gurunya tidak ada di padepokan.

Tangan Sunem dipelintir hingga melepaskan kerambitnya.

"Jumping-vortex!"

Ia mengeluarkan jurus yang sama seperti eyang Pur. Melompat tinggi keatas lalu mendarat ke leher musuh. Kemudian merangkul kepalanya dan memutarkannya hingga patah.

Bersambung ....

Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"

Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal publikasi: 11 November 2020

Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang