Kini keadaan pak Suryono membalik. Yang awalnya menyerang terus-menerus menjadi yang merasakannya sekarang.
Meskipun hanya dengan tangan kosong, tetapi jika terkena sedikit saja maka akan berakibat fatal. Sepertinya pukulan Sakar jauh lebih kuat dibanding tebasan golok itu.
Pengukuran kekuatan kembali lagi ke bagaimana kemampuan penggunanya. Apabila golok hanya ditodongkan saja tanpa diayunkan, maka akan sulit untuk mematahkan suatu benda.
"Ada apa dengan kekuatanmu itu!"
Pak Suryono hanya terus menghindar saja. Tentu saja jika terus menghindar kemudian kena juga.
Praak! Ia terpental akibat pukulan kerasnya.
Sakar perlahan-lahan mendekatinya dengan raut muka yang terlihat tak sadar alias masih terpengaruh oleh sosok misterius. Terdapat bayang-bayang misterius dibalik amarahnya. Membuat Sakar lepas kendali dengan kekuatan yang dahsyat.
"To— tolong jangan bunuh aku! Ja— jangan ...."
Dengan langkah mengejutkan, Sakar bergerak lalu memukul pak Suryono. Tidak hanya sekali, tetapi terus-terusan hingga pak Suryono tidak berdaya. Lebih terkesan Sakar yang menjadi penjahatnya.
Melihat Sakar yang tak wajar itu, eyang Pur memaksakan diri untuk berdiri dan menghentikannya. Ia merasa kejadian seperti ini pernah dialami sebelumnya. Tepatnya saat mereka berdua sedang latihan silat dan kekuatan Sakar sempat lepas kendali sama seperti sekarang.
Dengan beban tubuh yang berat dan dibalut dengan darah merah di sekujur tubuhnya. Ia mendekati Sakar sambil berteriak layaknya kera.
"Kita bertemu lagi ... raja kera."
"Pak kumis ..., Sekarang tubuh ini milikku ... tolong jangan ganggu aku!" teriaknya.
Eyang Pur nampak sedang berbincang bersama Sakar yang dalam kondisi tak sadarkan diri. Awalnya, kemunculan raja kera pada saat latihan di sebuah hutan bambu di dekat desa Tembaga. Desa yang letaknya bersebelahan dengan desa Makmuran.
Dengan penuh rasa peduli, eyang Pur menghadang Sakar agar tidak memukul pak Suryono lagi.
Lalu apa yang terjadi? Sakar ingin menyingkirkan eyang Pur. Ia memukulnya keras di arah muka. Namun, eyang Pur tidak juga menjauh.
Braak! Braak! Braak!
"Kau sangat keras kepala ..., pak kumis!" geramnya.
Darah di tubuh eyang Pur tambah mengalir akibat pukulannya. Hingga akhirnya Sakar menggunakan sebuah jurus yang belum pernah dipelajarinya. Sepertinya ini jurus yang dikuasai sosok misterius dalam tubuhnya.
"Vortex-charge!"
Suara dentuman besar dari efek pukulannya. Tekanan udara disekitar ikut berputar lalu menghasilkan daya hancur di bagian tengah pukulan.
Beruntungnya, pukulan Sakar tadi meleset. Benar sekali, kondisi Sakar yang tak sadarkan diri membuat kekuatannya bertambah tetapi akurasinya sangat rendah.
Ternyata Sakar juga ikut bertarung. Bertarung melawan sosok misterius di dalam tubuhnya. Ia terus melawan perintah yang diberikan tubuhnya. Agar orang lain tidak terluka akibatnya.
"Bagus ... teruslah melawan ..., Sakar!"
"Apanya yang bagus? Tubuh ini tidak akan bisa melawanku!"
"Sekarang ...! Yeni!" teriak eyang Pur.
Bu Yeni memukul kepala Sakar secara tiba-tiba lalu langsung pingsan. Sesuai dengan perkiraan, hal ini pasti akibat amarahnya tadi. Jadi eyang Pur memikirkan rencana untuk menghilangkan kesadarannya dengan cara ini.
"Ba— ba— bagusla ...."
Pandangan eyang Pur kabur, ia terpingsan akibat luka-luka dan efek samping lainnya yang parah. Eyang Pur, Sakar, dan Pak Suryono telah hilang kesadaran di tempat yang sama.
Tidak lama itu, datang warga lainnya yang sempat penasaran apa yang terjadi di sana
Bersambung ....
Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"
Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio
Tanggal publikasi: 22 November 2020
Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAWARA
FantasíaSeorang anak kecil bernama Bayuaji Gundawasih. Dia baru saja ditinggal oleh anggota keluarganya. Emosi membawanya nekat untuk membalas dendam. Berjuang mencari kekuatan di dunia era silat. Cerita pertama kali dipublikasikan pada tanggal 25 Oktober 2...