Hal. 15 | Wabah Penyakit Bag. 6

99 13 1
                                    

"Ada apa ...? Cepat patahkan!"

Ahmed tetap tenang. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali, ia nampak tidak kesulitan menahannya. Sungguh pertahanan yang luar biasa

Walaupun eyang Pur dalam mode Open-eyes, tetapi tetap tidak membuatnya terjatuh. Mungkin saja Ahmed lebih kuat dari eyang Pur. Namun, itu masih belum diketahui, pertarungan saja baru dimulai.

Tiba-tiba, Nadam sadar dari pingsannya akibat jurus Jumping-vortex. Begitu sadar, ia dilihatkan pertarungan yang sedang terjadi antara eyang Pur melawan Ahmed. Ia juga melihat bocah-bocah yang sedang bersembunyi dibalik semak-semak. Bocah-bocah itu ialah Bayuaji, Juna, Ujang, dan Hasta.

Braak! "Jangan macam-macam kau, pak tua!" gertaknya.

Nadam menodongkan golok ke leher Hasta. Ia mengancam eyang Pur untuk jangan macam-macam. Ancaman itu membuat mereka semua panik. Bayuaji dan yang lain sangat ketakukan, mereka tidak tahu harus apa.

Eyang Pur melihat Hasta.  Seketika, jurusnya ikut melemah. Celah pertahanannya juga terbuka lebar.

Mengambil kesempatan itu, Ahmed menggenggam tangan eyang Pur di lehernya. Dengan tenaga yang luar biasa, ia mengangkat tubuh eyang Pur dengan ringan. Kemudian melemparnya ke udara. Lalu terlempar ke bawah.

Lemparan itu tidak membuat eyang Pur terjatuh. Ia tidak bisa fokus dengan pertarungannya. Pasalnya Hasta sedang dalam bahaya. Lehernya saat ini hampir tersembelih golok.

"Jangan ...! Jangan kau sakiti temanku!" teriak Bayuaji.

Dengan menggunakan kepalanya, Bayuaji mendorong Nadam agar goloknya lepas. Namun, tindakan itu sangat gegabah. Nadam menebas pundaknya begitu dalam.

Bayuaji berteriak keras karena pundaknya tertebas. Tentu saja, melihat itu Ujang dan Juna tidak mau terima. Mereka juga mendorong Nadam agar melepaskannya.

"Kami adalah teman ..., kami tidak akan meninggalkan teman begitu saja!" ucap Juna dan Ujang.

"Hahaha ..., ada-ada saja kalian bocah! Kalian semua tetap akan mati."

Mesikpun mereka ketakukan, mereka tetap memberanikan diri maju.

Ujang berlari ke arah Nadam, ia berniat ingin menyerang.

"Bocah ..., mau apa kau?"

Tiba-tiba di tengah jalan, ia berhenti dan menunduk ke bawah. Tangannya menggenggam sesuatu. Lalu melempar sesuatu yang ada di genggamannya. Rupanya, ia melemparkan debu untuk membutakan penglihatannya.

"Sekarang ... Juna!" teriaknya.

Ujang telah memberikan kode untuk Juna. Itu tandanya Juna harus melakukan tahap selanjutnya. Yaitu mengambil batu besar dan menghantam kepalanya. Pastinya serangan itu membuat kepalanya berdarah-darah.

"Lakukan ... Ujang!"

Tahap selanjutnya adalah merebut golok yang ada di tangannya. Nadam sudah terkena pukulan batu, belum lagi pandangannya masih buta. Inilah saatnya untuk menusukkan golok ke tubuhnya.

Ujang adalah bocah yang berumur 12 tahun sama seperti Bayuaji. Selama hidupnya, ia tidak pernah mencoba membunuh siapapun.

"Apa yang kau tunggu, Ujang!"

Hasta langsung pingsan akibat syok, sementara Bayuaji masih tergeletak akibat luka tebasan golok yang dalam.

Bersambung ....

Catatan Penulis: "Jangan cuma baca ya, tapi dukung juga dengan cara vote dan komentar. Biar tidak ketinggalan halaman terbarunya, pastikan kalian sudah follow!"

Dukung dengan donasi: https://trakteer.id/aprizaprasetio

Tanggal publikasi: 10 November 2020

Karya JAWARA adalah karya orisinil dari Apriza Prasetio yang terinspirasi dari budaya-budaya Indonesia, khususnya silat dan kepercayaan masyarakat.

JAWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang