10 : Party

942 150 11
                                    

Namjoon tengah bersiap didalam kamar hotel, ia menggunakan stelan jas hitam dengn dasi navy. Wajahnya yang tampan serta penampilan yang luar biasa sederhananya membuat Namjoon terlihat sempurna.

Ia bergegas mengakhiri kegiatan anehnya, bergerak membuka pintu untuk menunggu Yewon. Kini ia berdiri sambil bersandar di depan pintu kamarnya, lorong begitu sepi hanya ada suara kecil dari pendingin ruangan dan deruhan nafasnya.

Namjoon melirik sebentar jam tangannya, dekat jantungnya mengekuti detakan setiap detik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

Suara pintu menyadarkan Namjoon, ia mengangkat kepala dan melihat seorang wanita bergaun pink pastel keluar dari kamar Yewon. Namjoon mengabaikan dan menganggap jika ia salah liat karena Namjoon yakin gaun Yewon berwarna putih.

"Pa..pakk!"

Namjoon kembali mengangkat kepala dan menatap wanita didepannya dengan alis menyatu.

Satu detik...

Dua detik...

"YAK! SIAPA YANG MENYURUH MU MENGGUNAKAN GAUN INI, MANA GAUN YANG KU BELI" Yewon tersentak kaget mendengar suara keras dari Namjoon, jantungnya seakan berhenti saat pria itu berteriak dengan keras didepannya.

"Pak, baju yang bapak belikan tertinggal ditoko" jawab Yewon takut, melihat wajah takut Yewon membuat Namjoon tidak tega. Ia hanya menghela nafas berat, memijat keningnya yang berkedut menahan emosi ternyata sangat sulit.

"kenapa tidak bilang, aku kan bisa menyuruh seseorang untuk mengirimnya kesini?" ucap Namjoon lagi.

"Saya nggak mau merepotkan pak"

"Masih ada waktu sepuluh menit untuk berganti pakaian, sekarang terserah pada mu mau    menggunakan gaun pendek itu atau menggantinya?"

Yewon hanya diam  sambil menatap Namjoon takut, sepuluh menit berganti pakaian mana cukup baginya. Dia juga tidak ingin membuat mereka terlambat. Rasa bersalah pasti dirasakan Yewon jika ia berani membuat reputasi Namjoon sebagai pria tepat waktu rusak begitu saja.

"Sebaiknya kita segera pergi pak, saya tidak ingin membuat bapak terlambat"

Namjoon memilih diam dan mengikuti keinginan gadis itu, percuma juga berdebat dengan sekretarisnya karena ujung-ujungnya dia akan mengalah karena merasa iba.

Namjoon berjalan terlebih dulu lalu disusul Yewon yang berada sekitar satu meter dibelakang Namjoon.

***

Mobil hitam Namjoon berhenti tepat didepan sebuah gedung bertingkat, lampu kerlap-kerlip menyambut kedatangan mereka. Namjoon keluar terlebih dulu dari mobil lalu disusul Yewon.

Yewon berlari kecil menghampiri Namjoon, menyamakan barisan sambil merapikan sedikit pakaiannya.

"Apa kau bawa kartu pengenal mu?" Yewon menoleh heran kearah Namjoon, untuk apa kartu pengenal?

"Ini bukan Seoul, penampilan mu serta wajah mu bisa membuat ku terkena tindak pidana" lanjut Namjoon semakin membuat Yewon kebingungan.

"apa kau tidak sadar jika wajah mu itu seperti anak-anak sekolah dasar?"

Hah.. sial Yewon baru menyadarinypria disampiiingnya ini ternyata sedang mengejekknya.

"Bukakan salah ku,,,, bapak saja yang terlihat seperti seorang ayah" balas Yewon tidak terima.

"Bertengkar lagi?"

Namjoon dan Yewon kompak menoleh, seorang pria aneh bernama Jackson sedang berdiri dibelakang mereka sambil bersidekap.

Boss! [Kim Namjoon]  [COMPLETED STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang