Yewon meremat rok pendeknya hingga kusut, ia benci suara gemuruh berasal dari burung besi yang siap membawanya terbang. Yewon memejamkan mata erat, penerbangan pertama kali tanpa seorang ibu membuatnya sangat gugup. Sejak kecil Yewon sangat takut pada pesawat ia terbiasa mendekat ibunya dengan erat untuk mengusir rasa takutnya
Yewon membuka matanya sambil berharap jika ibunya akan datang dan duduk tepat disampingnya. Tapi nyatanya tidak ada ibunya hanya ada Namjoon yang duduk dengan tenang sambil membaca sebuah buku. Yewon kembali bergerak gusar dikursinya, membuat Namjoon merasa terganggu dan menoleh menatapnya.
"Kamu kenapa?" tanya Namjoon dan Yewon hanya menggeleng lemah, merasa tidak puas dengan jawaban Yewon membuat Namjoon menatap Yewon dengan sangat tajam. Tatapan Namjoon berhasil membuat Yewon bertambah semakin takut
"Kamu kenapa sih kayak cacing kepanasan gitu" tanya ulang Namjoom, "p...pak saya takut" jawab Yewon gugup.
Namjoon menutup bukunya dan menoleh menatap Yewon, dapat Namjoon lihat wajah pucat dan keringat yang bercucuran dari pelipis Yewon. Namjoon yang merasa iba akhirnya membawa Yewon masuk dalam dekapannya, menyembunyikan wajah gadis itu didalam dada bidangnya. Yewon mendekatkan tubuhnya kearah Namjoon, memeluk tubuh pria itu dengan erat. Jujur saja Yewon merasa sedikit canggung berada dalam pelukan Namjoon, namun rasa takutnya terlalu besar untuk melepas pelukan pria itu.
"Tenang Yewon, kita akan segera sampai" ucap Namjoon sambil mengelus punggung Yewon dengan lembut.
Sampai? Namjoon pasti bercanda, pesawat mereka belum lepas landas lalu bagaimana bisa mereka akan segera sampai?.
Yewon mempererat pelukannya saat pesawat benar-benar lepas landas, ia memejamkan mata erat dan menyembunyikan wajahnya didada bidang Namjoon. Reflek Namjoon menutup kuping Yewon untuk mengurangi rasa takut gadis itu.
"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoon lembut.
Selama penerbangan Yewon tidak pernah melepas pelukannya dari Namjoon, bahkan Namjoon tidak henti-hentinya mengelus punggung Yewon. Interaksi mereka tentu mengundang penumpang yang lain untuk bergosip, mengingat mereka berada diclass bisnis dan tentu saja yang bergosip adalah petinggi-petinggi sebuah perusahaan yang mungkin saja Namjoon kenal orangnya.
Waktu penerbangan yang cukup lama akhirnya akan segera berakhir, pesawat siap landing membuat Namjoon menutup kembali kuping Yewon. Ia baru melepasnya setelah pesawat benar-benar landing secara sempurna di bandara Internasional Gimhae. Pengumuman untuk turun sudah terdengar dan Yewon melepas pelukannya, Namjoon menatap sebentar wajah Yewon yang masih terlihat pucat. Ia berdiri terlebih dulu lalu mengulurkan tangan pada Yewon.
Para penumpang terlihat berjalan menuju pintu keluar, Namjoon yang melihat itu hanya menunggu sambil terus menggenggam tangan Yewon dan menyembunyikan tepat dibelakang tubuhnya.
Namjoon mulai berjalan saat keadaan mulai sedikit sepi, ia menuntun Yewon tanpa melepas genggamannya. Para pramugari menunduk sopan saat Namjoon melewati mereka, setelah Namjoon dan Yewon sudah tak terlihat para wanita itu berteriak histerik melihat sikap Namjoon.
"Ya ampun dia benar-benar pria yang sempurnah" teriak salah satu pramugari, "apa kau lihat tadi, bagaimana dia menggenggam istrinya?" sambung pramugari lainnya.
Namjoon dan Yewon telah berada dibandara, kini mereka sedang meunggu koper tanpa melepas genggaman mereka.
"Ekhem!" suara demahan keras itu membuat Namjoon dan Yewon menoleh, keempat pria berdiri tepat dibelakang mereka sambil bersedekap.
"Apa yang terjadi dalam pesawat, apa Namjoon melamar mu?" tanya Jacksaon membuat kedua orang itu terkejut. "Apa kau sudah gila?" sahut Namjoon kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss! [Kim Namjoon] [COMPLETED STORY]
Romansa[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Menjadi sekretaris tidak pernah masuk dalam buku mimpi kehidupan yang diingin oleh Kim Yewon. Sebagian wanita diluar sana mungkin akan mengganggap ini sebagai nasib baik, namun bagi Yewon ini adalah nasib buruk. Sebena...