Semoga PDKT kita itu beneran arti dari pendekatan.
Bukan Pernah Deket kemudian terlupakan.-Ata L.B
"Om, Lo itu keren, ganteng, tajir, baik. Hampir semuanya om punya, tapi kecuali satu.""Apa?"
"Nomor HP gue."
Burn menyengir, sedangkan Juna semakin datar tatapannya. Lalu memilih abai dengan menatap lurus ke depan.
Saat ini mereka bertiga, Juna, anaknya yang bernama Ily serta Burn---yang main nyerobot masuk ke dalam mobil Juna begitu saja. Mereka bertiga sama-sama di dalam mobil, yang kini berhenti di depan lampu merah dan menunggu untuk ke lampu hijau.
Sebenarnya, Juna sempat mengusir Burn. Namun Ily malah menyuruh sang ayah untuk membiarkannya saja atau dia tak akan ikut dengan ayahnya. Dan hal itu mau tak mau harus di turuti oleh Juna dengan berat hati.
"Jadi, mana?"
Juna langsung mengangkat kan sebelah alisnya kala telapak tangan Burn mengadah di depannya, menatap datar Burn yang tersenyum lebar. "Apa?"
Burn berdecak pelan, "Nomor om lah, masa lupa sih?"
Juna menghela nafas pelan, padahal sudah terang-terangan ia tak mau di dekati. Tapi entah mengapa Burn tetap kekeh ingin mendekatinya.
"Privasi."
"Yah, kok privasi?"
"Karena cuma orang yang menurut saya penting doang untuk nge-dapetinnya."
"Gue kan bentar lagi jadi orang penting buat Lo om," ucap Burn, membuat Juna tak mengerti akan maksudnya. Namun, perkataan Burn yang selanjutnya membuat Juna langsung memalingkan wajah sebal. "Karena bentar lagi kan gue jadi ibu dari Ily."
"Serius Kak?!"
Beda dari sang ayah yang sebal, Ily malah berseru riang. Burn langsung menoleh kebalakang menatap Ily dengan senyuman lembutnya. "Kakak sih serius." Burn menjeda sejenak kalimatnya untuk menatap Juna yang masih memalingkan wajah ke luar jendela. "Tapi gak tau tuh, ayah kamu malah gak mau."
Sontak saja perkataan Burn membuat Ily langsung merengut kemudian memukul pundak sang ayah. Membuat sang korban sedikit mengaduh, tak sakit cuma perih aja karena kemarin pundak Juna tak sengaja kejatuhan barang-barang yang ada di gudang kantor ketika ia ingin mencari sesuatu hal yang penting.
"Hei-hei, kenapa Ily mukul ayah." Juna langsung menggenggam erat tangan mungil Ily untuk membuatnya berhenti memukuli dirinya, sedangkan Ily malah langsung memalingkan muka.
"Ily marah sama ayah."
"Kenapa?"
"Karena ayah gak mau serius sama kak burn."
Burn hanya menonton saja, walau dalam hati ia bersorak gembira. Sepertinya Ily memang pilihan yang tepat untuk di manfaatkan.
Sedangkan Juna tampak menghela nafas berat. "Sayang, dengerin ayah. Bukan maksud ayah kayak gitu, cuma apa kamu gak curiga?" Tatapan Juna beralih ke arah Burn dengan sorotan tajam, sedangkan Burn hanya menampakan wajah sok polosnya dengan berkedip dua kali lalu menaikan kedua alisnya. Membuat Juna merotasikan kedua bola matanya malas.
"Kamu kan baru kenal kakak itu, masa langsung percaya sih?"
Burn langsung mendengus, kalau mau ngomongin orang itu di belakang aja kek. Jangan terang-terangan gini, kan jadi sakit hati. Eh, bukannya kebalik ya?
"Tapi yah, kak Burn baik. Gak kayak tante-tante yang di kenalin sama eyang."
Juna langsung terdiam. Ia hanya bisa menghela nafas berat kala mengingat mamanya sendiri mengenalkannya pada seorang wanita yang di cap akan menjadi calon istrinya. Dan tentu saja dirinya menolak, apalagi anaknya Ily juga tak suka.
Karena, ia tak akan menikah lagi. Dan juga, anaknya tak suka.
Tapi, sekarang Ily malah tiba-tiba saja sayang dan suka sama Burn---cewek aneh yang tak sengaja ia temui karena membantu anaknya tempo hari lalu. Ia tak tau motif apa yang di lakukan Burn untuk mendekatinya, tapi ia berharap jangan sampai itu berhubungan dengan sang putri.
"Oke gini aja, kamu boleh Deket sama Burn. Tapi, jangan nuntut buat dia jadi ibu kamu. Karena kamu harus selalu ingat, ibu kandung kamu masih ada di hati walau dia sudah tiada. Oke," jelas Juna, berharap anaknya mau mengerti. Sedikit sedih kala melihat binaran di mata Ily kini mulai berubah menjadi tatapan sendu kala bodohnya ia mengingatkannya pada sosok sang ibu.
Ily hanya terdiam, lalu memilih memundurkan tubuhnya. Kembali duduk dengan perlahan di jok bagian tengah, kemudian tatapannya hanya lurus ke depan. Membuat Juna yang melihatnya tentu sedih, termasuk Burn yang sedari tadi hanya menonton.
Sedikit menyesal kala dirinya yang membuat suasana seperti ini, Burn hanya bisa menunduk dalam.
Namun, detik berikutnya kepalanya langsung mendongak kala Juna mengatakan sesuatu yang membuat dirinya senang.
"Kamu bisa deketin Ily dan saya."
Tentu saja Burn langsung senang, walau ia kembali terdiam kala mendengar ucapan Juna selanjutnya. "Tapi, jangan harap kamu bisa sedekat layaknya ibu ataupun keluarga. Hanya teman."
✓✓✓✓✓
Jika Burn berusaha untuk mendapatkan nomor ponsel milik Juna, begitupun dengan Korn.
Dia juga sedang berjuang untuk mendekati dan mendapatkan nomor ponsel Irma---teman dari Lily yang sempat ingin ia jadikan target namun tak jadi karena adik dari Rion itu malah menyukai gadis itu. Jadi, daripada terjadi perang antar sahabat hanya karena itu, lebih baik ia mengalah saja dan mencari target lain.
Dan Irma adalah target yang di pilihnya.
Namun, sayangnya Irma sangat susah di dekati.
"Ternyata mencari pasangan itu susah juga ya." Korn bergumam, matanya sedikit melirik ke arah Irma yang masih fokus membaca buku.
"Kayak nyari jarum di tumpukan jerami," ujar Korn melajutkan, namun tanpa di sangka Irma menjawabnya.
"Itu mudah, tinggal bakar aja jeraminya," ucap Irma, namun matanya tetap fokus pada bacaannya. Sedangkan Korn mendengus.
"Ya jadi gosong dong."
"Seenggaknya ketemu."
"Iye serah."
Seandainya saja targetnya bukan Irma tapi Lily, bakal lebih mudah. Karena ia sudah cukup dekat dengan Lily, sedangkan Irma baru tiga kali ia bertemu termasuk hari ini juga.
"Ir." Korn memanggil dan Irma hanya berdehem pelan sebagai jawaban.
"Minta nomor hp Lo dong, biar gue bisa PDKT sama Lo gitu." Bukan kali pertamanya ini Korn berterus terang, namun ini sudah ke lima kalinya sejak dari kemarin ia menyatakan langsung pada Irma jika dia mau PDKT.
Namun Irma dari kemarin tak pernah menghiraukan.
"Ya, Irma." Rayu Korn, dan tampak Irma menghela nafas pelan lalu menoleh menatap datar Korn.
"Kalau Lo cuma mau seperti statistika yang sekadar cuma modus aja, maka pergilah yang jauh seperti variabel tereliminasi." Setelah mengatakan hal itu Irma langsung beranjak pergi, meninggalkan Korn yang melongo di buatnya.
Lalu mendengus, bisa-bisanya targetnya itu pintar MTK sedangkan ia tidak.
A/N : SAKIT HATI ITU, IBARAT KAYAK DAUN YANG UDAH JATUH DARI POHONNYA. GAK BISA DI KEMBALIKAN LAGI, HANYA BISA DI BAKAR ATAU DI KUBUR UNTUK MENGHILANGKANNYA. (Sorry ini kata-katanya gak sesuai cerita di atas, karena ini sesuai yang di rasakan saat ini) makasih.
WATTPAD : Atalia_balqis
IG : ata.l.b
![](https://img.wattpad.com/cover/245046889-288-k994394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Somplak
HumorBiasanya, orang pacaran itu sangat anti dari kata selingkuh. banyak yang tak menyukai bila pasangannya selingkuh, yang tentu saja tak suka di khianati. tapi, berbeda dengan pasangan yang satu ini. Anakorn David, atau kerap di panggil Korn. atau juga...