Sama-sama berjuang
Demi taruhan.-Ata L.B
Anabel dan Rion, sama-sama menatap aneh ke arah Korn dan Burn yang kini kompak mencebikan bibirnya."Mereka kenapa?" Tanya Anabel, menoleh ke samping menatap Rion yang kebetulan juga Rion ikut menoleh. Yang akhirnya membuat Rion berdehem pelan untuk menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba saja datang.
Hei, berada dekat dengan gebetan itu sangat sulit.
"Gak tau." Rion sengaja menjawab cepat, karena ia tak mau nadanya terkesan gagap.
Anabel menghela nafas pelan, "Burn." Dan yang di panggil hanya menoleh tanpa menyahut.
"Lo sama Korn kenapa sih? Dari tadi cemberut Mulu."
Burn maupun Korn kembali kompak menghela nafas, dan tak berniat untuk menyahut. Kedua tangan mereka masing-masing menangkup dagu.
"Gue yakin, ni mereka berdua pas-"
"Hai guys!" Perkataan Rion terpotong oleh suara Andrian yang tiba-tiba saja datang dan langsung mengambil duduk di tengah-tengah Anabel dan Rion.
Membuat Rion berdecak sebal, bisa-bisanya mengganggu waktunya bersama Anabel---si doi.
"Gue mau nanya nih."
"Paan?" Hanya Anabel yang menyahuti omongan Andrian, sedangkan yang lainnya hanya diam.
"Semisal kita menelpon orang yang tinggal di luar negeri dan perbedaan waktunya di sini jam 11.00 dan di sana jam 16.00. apakah kita menelpon seseorang di masa depan?"
"Dri." Panggil Rion, dan Andrian hanya menoleh. "Bisa gak? Gak usah nambahin beban pikiran bangsat!"
"Ye, dasar otak lo cetek. Gini aja ga tau jawabannya," ucap Andrian meremehkan.
"Emang lo sendiri tau jawabannya?" Tanya Anabel.
"Kagak."
"Bego!"
Andrian menyengir, sedangkan Rion mendengus sebal. Anabel hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan burn dan Korn tampak masih asik dengan lamunan masing-masing.
Hingga atensi Andrian beralih menatap Korn dan burn, keningnya langsung mengkerut. "Tumben kalian kek cacing kepanasan."
"Heh, cacing kepanasan itu gak bisa diem. Sedangkan mereka berdua lagi diem," kata Anabel, sedikit menoyor kepala belakang Andrian.
"Yaudah, kalau gitu mereka kek cacing kedinginan aja."
"Serah."
Memilih mengabaikan Anabel kembali memakan baksonya yang sudah mulai dingin karena terlalu meladeni Andrian yang stres sejak tadi. Sedangkan Rion hanya menyomot gorengan yang berada di piring Korn. Dan beruntungnya Korn tak marah. Sepertinya beban pikirannya sedang berat sampai-sampai Rion mengambil gorengan saja Korn tak menanggapi.
Sedangkan selama ini setiap Rion akan meminta gorengannya sedikitpun, Korn tetap saja menolak keras. Bahkan sampai nekat membawa kabur gorengannya ke perpustakaan saking takut di ambilnya, walau berakhir Korn di hukum karena melanggar peraturan di perpustakaan.
"Ah, gue tebak nih. Pasti kalian berdua di tolak lagi ya?" Tebakan Andrian sepertinya benar, lantaran Korn dan Burn langsung kompak mendongak menatap Andrian.
Melihat Korn dan Burn hanya diam sembari menatapnya membuat Andrian semakin menguatkan asumsinya. "Yaelah, satu di tolak om-om. Satu lagi di tolak bocil." Kemudian Andrian menoleh menatap Rion yang masih asik memakan gorengan bakwan yang kini tinggal setengah bagian. "dan yang satu lagi gak di tolak sih, cuma doi nya gak peka-peka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Somplak
UmorismoBiasanya, orang pacaran itu sangat anti dari kata selingkuh. banyak yang tak menyukai bila pasangannya selingkuh, yang tentu saja tak suka di khianati. tapi, berbeda dengan pasangan yang satu ini. Anakorn David, atau kerap di panggil Korn. atau juga...