14. Ajakan

1.3K 150 12
                                    


Pikir dahulu sebelum bertindak,
Sebelum Lo menyesalinya.

-Ata L.B

"Hai Om."

Lagi dan lagi Juna hanya bisa menghela napas berat kala melihat Burn kembali menempelinya. Namun akhirnya Juna berusaha memilih abai dan kembali fokus pada layar ponselnya.

Saat ini mereka tengah berada di ruang tamu rumah Burn. Mengapa Juna bisa ada di sana?

Karena ternyata Juna adalah kolega bisnis ayahnya. Dan setelah mengetahui hal itu mampu membuat Burn memekik senang, sampai-sampai semua orang yang memang kebetulan hari ini rumah Burn sangat ramai oleh tetangga terdekat serta sanak keluarga untuk ikut membantu mempersiapkan acara peringatan kematian bunda nya. Semua nya langsung menatap heran ke arah Burn, namun sayangnya Burn hanya cengengesan, sedangkan Juna merotasikan kedua bola matanya malas.

Jika saja kalau tak di undang oleh ayahnya Burn, mana mungkin juga Juna mau pergi. Apalagi kalau harus bertemu dengan cewek modelan kayak Burn.

"Juna." Baik Burn maupun Juna langsung menoleh secara bersamaan, menatap sesosok wanita paruh baya yang kini menghampiri mereka.

"Susul Ily dulu gih, bentar lagi jam pulang sekolah." Dan burn tau, jika orang di depannya saat ini adalah ibunya Juna. Dengan segera Burn langsung bersikap sopan, membungkuk dan menyapa lembut ibu nya Juna.

Membuat Juna sendiri jengah, sedangkan ibu nya justru membalas dengan senyuman lembut.

"Kamu Burn? Putri dari Bisma?"

Kening Burn mengkerut sejenak, "Bisma?"

"Iya, Bisma, masa gak tau nama ayah sendiri?"

"Eh?" Burn menepuk pelan keningnya, ia baru ingat jika nama ayahnya selain nama Aladrick yaitu nama Bisma. Dari kepanjangannya, bisa-bisanya ia lupa nama ayahnya sendiri di depan calon mertua---eh ralat, calon ibu pacar sementara.

"Lupa." Burn menyengir, membuat ibu nya Juna hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Yaudah, Juna nyusul Ily dulu ya mi." Juna pamit, membuat Burn juga memilih ikut.

Membungkuk sedikit dan izin pamit pergi pada ibunya Juna, dan langsung berlari menyusul Juna yang sudah berada di halaman rumahnya. Sedangkan ibu nya Juna hanya menggeleng pelan melihat tingkah absurd burn.

✓✓✓✓✓

Terhitung sudah dua puluh menit lamanya Korn merayu Irma---untuk pergi ke rumah Burn. Dan sedari tadi Irma hanya mengabaikannya dan lebih memilih membaca buku.

"Ayolah Ir, pergi sama gue ke rumah Burn."

Menghela nafas pelan, lalu mendongak menatap Korn. "Emang ada acara apa?"

Korn tersenyum, mengira jika Irma sudah mau ikut pergi bersamanya. "Acara peringatan kematian bunda nya----akh!"

Korn mengaduh kesakitan kala Irma memukul kepalanya menggunakan buku tebal---kamus bahasa Inggris satu milyar---ga tau beneran ada satu milyar apa enggak. Siapa tau di korupsi.

"Lo ngajak gue buat pergi ke acara peringatan kematian?" Tanya Irma tak percaya, dan dengan polosnya Korn malah mengangguk dan bertanya, "kenapa?"

Lagi dan lagi Irma menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya. "Gak mau."

"Yah, kok gi-"

"Karena itu acara duka, gue gak mau."

"Tap-"

"Gue gak mau, dan gak bisa di paksa lagi. Kalau masih maksa silahkan pergi." Nada bicara Irma langsung berubah menjadi dingin dan datar.

Membuat kening Korn langsung mengkerut heran, tak biasanya Irma berkata dengan nada seperti itu. Walaupun Irma cuek bebek, tapi dia tak pernah memakai kesan nada yang dingin seperti tadi.

Menghela nafas pelan akhirnya Korn memilih mengalah, "yaudah deh, gue gak maksa lo."

✓✓✓✓✓

Mobil Juna sudah terparkir rapih di depan sekolah dasar milik Ily. Sekitar sudah hampir lima belas menit mereka menunggu di sana.

Dengan Burn yang sedari tadi berceloteh tak jelas dan Juna yang tentu saja mengabaiakannya. Menyuruh Burn untuk diam juga percuma, karena dari dulu burn tak pernah mau mendengarkan.

"Om."

Juna tak menoleh, ia tetap menatap lurus ke depan ke arah sekolah Ily. Yang kini terlihat sudah ada beberapa anak yang keluar dari gerbang, yang artinya Ily sudah pulang juga.

"Setan aja selalu godain gue, masa lo enggak sih om?" Pertanyaan konyol dari Burn membuat Juna langsung menoleh ke arahnya. "karena saya bukan setan."

Burn mendengus, "kasih gue waktu satu bulan buat lo jatuh cinta oke, kalau lewat dari dan lo masih cuek maka gue bakalan pergi kok." Nada bicara Burn terdengar enteng, walau sebenarnya Burn gelisah karena kalau sampai ia kalah dalam taruhan ini maka ia harus siap di permalukan oleh Korn di lapangan sekolah nanti.

Berbeda dengan Burn yang gelisah karena memikirkan taruhan, Juna justru malah lebih memilih diam dan tak menyahut sepatah katapun. Membuat suasana di dalam mobil menjadi sangat hening.

Hingga akhirnya Ily datang, dengan pekikan riang seperti biasa serta mata yang berbinar bahagia kala melihat Burn yang duduk di samping kemudi.

Membuat Ily langsung bertanya dan merocos hal yang random pada Burn, total mengabaikan Juna yang memang berusaha untuk acuh pada keduanya. Bahkan ia tak berniat nimbrung dalam obrolan mereka berdua, dan memilih langsung menjalankan mobilnya dan pergi dari sekolah Ily.





PART KALI INI DIKIT DARI BIASANYA. KARENA MOD GUE LAGI BURUK. SORRY YA

WATTPAD : Atalia_balqis
IG : ata.l.b

Couple SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang