12. Hampir Menyerah

1.7K 167 21
                                        


Hargai sebuah perjuangan.
Walau hanya sekadar taruhan.

-Ata L.B

"Hai Ily!" Burn dapat melihat dengan jelas binar mata Ily ketika melihatnya baru saja masuk ke ruang pasien.

Berbeda dengan Ily, Juna justru hanya menatapnya datar seperti biasanya.

"Gimana? Udah baikan?"

Dua hari yang lalu, Ily ribut dan mau bertemu dengan Burn. Walau Juna sebenarnya berat, sangat berat malahan. Jelas saja, karena Burn anaknya masuk ke rumah sakit. Tapi, ia sadar jika tak sepenuhnya salah Burn.

Ia juga lupa mengingatkan pada Burn jika anaknya alergi kacang. Jadi, akhirnya ia memilih mengalah pada anaknya dan memanggil Burn untuk menemui Ily.

"Udah dong," jawab Ily riang, Burn tersenyum kala melihat binaran mata Ily. "kakak kenapa telat?"

"Eh? Kakak tadi abis selesai ulangan harian, mendadak banget. Jadi, telat deh Dateng. Maaf ya." Burn cukup kesal kala mengingat Bu Lastri---guru matematikanya, yang secara tiba-tiba saja mengumumkan jika di adakan ulangan harian.

Padahal pelajaran dia itu di jam terakhir, yang dimana di jam tersebut rata-rata semua siswa sudah tak terlalu semangat dan fokus lagi. Karena fokusnya hanya pada jam pulang.

"Kak Burn ulangan apa?"

"Matematika."

Berkedip dua kali, lalu merengut. "Ily gak suka matematika."

"Kenapa?"

"Masa semuanya angka, Ily gak suka!"

Burn tersenyum simpul, "Sama kok, kakak juga gak suka matematika. Karena kakak lebih sukanya ayah kamu."

Juna hampir saja tersedak kopi kala ia hendak meminum kopinya yang berada di atas meja. Yang memang saat ini ia tengah duduk di sofa, sedikit berjarak jauh dari ranjang Ily.

Sedangkan Burn hanya menyengir ke arah Juna kala Juna menatapnya datar. Burn tau tatapan Juna seolah-olah mengatakan, "jan main-main🐍🐍." Di kira Istaka kali ya.

"Ah iya kak, Ily mau main ke taman sama kak Burn ya."

Burn hendak membuka suara, namun suara Juna lebih duluan terucap. "Kamu masih perlu istirahat ly."

Sontak saja perkataan Juna membuat Ily merengutkan wajahnya sebal. "Ih, Ayah kok gitu? Kata Ayah kalau kak Burn udah Dateng Ily di bolehin pergi."

"Iya, tapi setelah di pikir-pikir. Ayah kurang percaya sama orang yang kamu ajak."

Kini giliran Burn yang mendengus, bisa-bisanya Juna meremehkan dirinya. "Tenang aja lah om, gue gak bakal nyulik Ily juga. Lagian, ngapain gue culik? Kan gue mau jadi momy nya, iya kan?" Burn mengabaikan tatapan Juna yang kini berubah tajam ke arahnya.

Sedangkan Ily terlihat tersenyum lebar lalu mengangguk ribut.

"Yaudah, ayo! Jangan dengerin om itu, dia udah tua jadi gak tau caranya buat mainan." Burn menurunkan dengan hati-hati tubuh kecil Ily, dan melepaskan wadah impusan dari tiang dan membawanya lalu menggiring Ily keluar dari ruangan. Total mengabaikan Juna yang kini terlihat berdecak sebal.

Couple SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang