11

1.6K 224 30
                                    

New terbangun di tengah malam. Mata nya bengkak karena menangis tadi.

Bangsat.

Jangan pernah ungkit itu lagi. Membayang kan nya saja bisa membuat New geli dengan diri nya sendiri. Cukup.

"Mata gue kayak abis di gigit bagong." New memegang mata nya yang sedikit bengkak kemerahan. Jujur, ini bukan bintitan karena melihat film porno.

New melihat ke arah samping. Niu sudah tertidur. Oh iya, Mix punya kunci cadangan kamar New dan Niu, jadi kalau Niu mau masuk ya tinggal buka saja.

New melangkah kan kaki nya keluar untuk mengambil es batu.

Gelap.

Benar-benar menyeramkan. New berjalan di bantu senter dari kamera ponsel nya. New pun duduk di kursi sambil menempel kan es batu ke mata nya.

Harus sembuh.

Kalau tidak, bagaimana besok ia sekolah? Yang benar saja dia ke sekolah dengan mata bengkak seperti itu.

"New?"

New hampir saja berteriak. Ternyata itu adalah mama nya yang datang dari arah kamar.

"Kamu kenapa?" Tanya mama nya.

"Ga papa."

"Beneran?" tanya Mama New.

New mengangguk singkat.

Hening.

Tidak ada yang membuka pembicaraan baik New maupun mama nya. Pasti. Mereka berdua tidak dekat, dan New tidak mau memulai pertengkaran.

New membuang es batu itu lalu berjalan pergi. Kecanggungan ini membuat nya muak setengah mati.

"New, kamu cowo, ga boleh nangis. Jangan kayak banci."

New tidak menghiraukan pernyataan mama nya.

Lagi pula, kata-kata itu sudah New dengar sejak diri nya masih anak-anak jadi sudah tahan banting.

Bodo amat lah di katain banci atau apapun itu.
⛅⛅⛅

New sudah bangun pagi-pagi sekali. Ah, ini bukan tipikal New sama sekali. Dia bangun pagi untuk menghindari orang tua nya. Jika, mama nya ada di rumah, pasti dia akan menyuruh Mix mengantar nya. New tidak mau.

Lagi pula, dia malas berdebat pagi-pagi begini, yang ada New terlambat masuk sekolah.

"New kok udah bangun?" Tanya Niu. Cowok berponi itu memakai kacamata nya. Um, ya kacamata. Satu-satu nya hal yang bisa membedakan antara New dan Niu.

"Ya kenapa?"

"Tapi ini masih jam setengah enam."

"Gue males liat lo." tangan New sibuk memasukan buku ke dalam tas nya.

Niu memang tidak sekolah, tetapi dia hafal betul jadwal sekolah New karena cowok itu diam-diam membaca jadwal New di buku jurnal.

"Ih New ga sarapan? Aku jauh-jauh deh, tapi masa New ga makan?"

New berdecak." Niu, udah lah. Lo tuh bawel banget tau ga?"

Niu terdiam sejenak." Ya udah, New bawa bekal."

"Apaan sih lo. Udah lah, gue males berantem sama lo pagi-pagi!" New sedikit meninggikan suara nya.

"Tapi nanti New sakit kalo ga makan."

"Gue ga penyakitan kayak lo." New mengambil tas nya lalu pergi dari kamar.

Rumah masih sepi, belum terlihat orang tua nya bangun. Seperti nya mereka lelah setelah penerbangan menuju kota kemarin.

New mengendap diam-diam dan berusaha untuk tidak mengeluar kan suara sedikit pun. Jika ketahuan, New akan di marahi habis-habisan.

Berhasil.

New akhirnya bisa berangkat ke sekolah menaiki bus. Tenang saja. New memang orang berada, tetapi naik bus itu enak menurut nya.

New sampai di sekolah. Sekolah terlihat cukup sepi karena jam masih menunjukan pukul enam, sedang kan kegiatan belajar mengajar di laksanakan pukul tujuh.

New membanting tas nya lalu menidur kan kepala nya di antara lipatan tangan nya. New masih mengatuk, dan perut nya lapar. Tapi makan apa? Kantin belum buka.

"Anjing, laper banget." Keluh New.

Diri nya agak menyesal tawaran Niu untuk membawa bekal. Tau begini setidak nya New membawa roti atau apapun itu yang setidak nya bisa mengganjal.

Kelas masih sepi, bahkan Gun belum datang.

New memutus kan untuk mencari udara segar agar tidak mengantuk. Dia pun duduk di taman belakang sekolah yang di tumbuhi pepohonan.

"Anjirt, gue laper + ngantuk. Gimana nih!?"

"Laper mulu, kayak anak bagong."

New terkejut tiba-tiba Tay sudah duduk di sebelah nya dengan membawa se porsi bubur ayam. Jaket masih dia kenakan, seperti nya Tay baru datang ke sekolah.

New mengingat kejadian tadi malam bagaimana New menangis seperti anak bagong pada Tay.

Malu. Malu. Malu.

New itu aneh, dia sendiri yang menangis, dia sendiri yang malu.

New menutup kedua wajah nya kasar." BANGSAT!"

"Lho New, emang gue salah apa?" Tanya Tay.

"Gue malu ngentot."

"Malu apaan sih? Emang gue suruh lo buka baju?"

"Ya engga sih, tapi kemaren gue nangis kayak anak bagong sama lo. Anjing, bangsat, gue bener-bener malu." Ucap New cepat.

Tay malah tertawa keras sehingga menampil kan gummy smile nya. Manis.

"Apaan sih lo?! Emang ada yang lucu?!" New memukul kepala Tay.

"Lo lucu deh. Santai aja. Ga papa kali. Gue seneng liat lo bisa terbuka sama gue gitu." Ucap Tay.

"Siapa yang mau terbuka sama lo? Hah?"

"elo."

"Hoax."

"Apa perlu gue liatin rekaman suara lo nangis?" Tanya Tay dengan jahil.

"BABI!"

"Bercanda, serius amat idup lo."

"Bau lo."

"Bau apaan? Serius?" Tay mencium jaket nya.

"Bau neraka lo."

"Cie yang mau ke neraka."

"Ga lucu."

"Ok."

Dalam hati nya New tersenyum. Percakapan ga jelas ini membuat New  sedikit lebih tenang dari kemarin. Sederhana.

"Udah ah, nih makan." Tay menyodorkan New bubur ayam tadi.

New memakan bubur itu. Awal nya New ingin menolak, tapi dia kelapara jadi dia membuang gengsi nya dulu hari ini.

"Ga lo tambahin racun kan?"

Tay menggeleng." Cuman gue ludahin."

New yang sedang mengunyah, pun berhenti lalh melotot pada Tay.

"ANJING TAY MEKI!"
⛅⛅⛅

Dah lah cringe abiss cerita gue😔🔫

Mimeomia - TayNew Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang