7

1.7K 242 6
                                    

"Ha-halo? New?"

Tay tiba-tiba terkejut karena New mematikan sambungan telepon itu. Tay mencoba untuk menelepon New lagi tapi orang itu tidak menjawab sama sekali. Tay pun masuk lagi ke dalam dengan raut wajah bingung.

"Abis ngapain lo?" Tanya Jumpol ketika Tay baru saja duduk di samping nya.

"Telepon."

"Telepon sama siapa? Deketin cewe ga bilang-bilang lo." Ucap Sing.

"Bapak lo cewe. Udah ah kepo amat jadi jantan." Kata Tay lalu kembali menggulir layar hp nya. Padahal dalam hati nya dia juga bingung kenapa New tiba-tiba mematikan sambungan telepon?

Apa cowo itu tidak apa-apa?

Ya se benci-benci nya Tay pada New, kasihan juga kalau dia tiba-tiba di culik orang sehabis teleponan dengan Tay. Kan ga lucu.
⛅⛅⛅

"WHAT THE FUCK!? ITU TAY!?SHITTTT!"

New berteriak keras dan reflek menutup layar ponsel nya. Demi apa pun, New tidak sadar bahwa ia mengangkat telepon dari Tay. New bersumpah dia kalut jadi main asal pencet saja. Dan bodoh nya orang itu adalah Tay Tawan, orang yang bahkan tidak begitu ia kenal.

New menjambak gemas rambut nya." New, lo goblok banget sih! Aduh begoo!"

New tidak suka jika ia menangis, orang lain melihat atau mendengar nya, menurut New itu sangat memalukan. Ia tidak perlu di kasihani.

New sangat sangat malu. Suara nya pasti sangat jelek ketika ia menangis. Apalagi ini Tay. Sialan. Tay telah melihat sisi lemah New dan itu sangat-sangat memalukan. Rasa nya, New ingin melompat ke danau agar mengurangi rasa malu nya.

Semakin di ingat semakin memalukan.

Panggilan dari Tay pun masuk.

New lalu mematikan daya ponsel nya. Dia benar-benar malu sekarang.

"ARGH, GIMANA BESOK GUE SEKOLAH COBA!?" Teriak New frustasi.

Jujur saja, New tidak suka orang melihat sisi lemah diri nya, terutama orang tua dan kakak nya. Menurut New itu sangat memalukan. New akan terlihat seperti seorang laki-laki yang cemen.

New berteriak keras. Untung saja tidak ada orang di sekitar situ jadi tidak akan ada yang terganggu.

' Shit, rasa nya gue mau mati. '

New pun pulang tepat tengah malam. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa bagi diri nya menunggu semua orang tidur baru dia akan pulang.

Kalau mereka semua bangun, New pasti akan adu argumen. New tidak mau membuang tenaga nya sia-sia untuk meladeni orang tua nya.

New masuk pelan-pelan ke dalam kamar nya. New terkejut ketika melihat ternyata Niu belum tidur, cowo itu masih membaca buku di meja belajar nya.

"New, kemana aja?" Tanya nya lembut.

"Kemana kek asal ga lihat lo." New menaruh tas nya di meja lalu masuk ke kamar mandi untuk membersih kan diri.

Setelah membersihkan diri, New berbaring di kasur nya sambil menggulir layar ponsel nya.

"New, tiba-tiba aku pengen ke London."

New melirik Niu sebentar lalu fokus lagi pada ponsel nya." Minta lah sama orang tua lo, emang di kira gue peduli gitu."

"Tapi New harus ikut."

"Apaan sih lo. Udah malem kurangin deh ngomong ga jelas."

"Itu impian aku, New."

New memakai kan selimut pada tubuh nya." Terus? Lo pikir gue perduli? Udah diem deh."

New mematikan lampu dan menutup mata nya. Di dalam pikiran nya hanya ada bagaimana hari esok. Apakah menjadi lebih baik atau lebih buruk? Bagaimana ia menghadapi Tay besok?

"Malem, New. Mimpi indah."

"Berisik lo."
⛅⛅⛅

New belum keluar dari kamar nya padahal dia hampir terlambat. Dia tidak tahu harus menghadapi Tay bagaimana hari ini. Anggap lah New lebay tetapi bagi nya itu suatu aib.

"Lho New ga ke sekolah?" Tanya Niu yang baru saja memasuki kamar.

"Diem lo."

"New udah mau telat lho." Ucap Niu.

Fyi, Niu itu tidak sekolah alasan nya ya karena dia sakit. Orang tua nya tidak mau Niu kenapa-kenapa karena mempunyai penyakit.

New mengambil tas nya lalu buru-buru keluar. Biar lah daripada nanti terlambat beda urusan.

Hari ini, New berangkat menggunakan motor nya. Sebenar nya New tidak suka membawa motor dan lebih suka naik angkutan umum tetapi daripada telat kan?

Untung nya, New tidak telat. Hampir, tetapi gerbang masih terbuka. New berlari menuju kelas nya.

"New, tumben baru dateng." Ucap Gun yang berada di tempat duduk nya sambil bermain hp.

"Sedikit, masalah."

"Tapi lo ga papa kan?"

New mengangguk." Iya. Ga papa."

"Temenin gue ke ruang guru yuk! Gue nungguin tau dari tadi!" Tanpa persetujuan New, Gun menarik tangan New.

New hanya pasrah.

"New!"

Sial. Suara yang ia harapkan dari semalam tidak akan dia dengar hari ini, saat ini terdengar. Suara Tay.

Belum sempat untuk lari, Tay menahan tangan New. Tay mengode Gun dan seperti nya Gun paham dan meninggal kan Tay dan New

"Lo ga papa?"

New benar-benar malu.

"A-apa nya ga papa?" Ucap New pura- pura tidak tahu.

"Lo kemaren nangis kenapa? Lo di apain? Lo luka ga?"

Rasa nya, New ingin menenggelam kan diri di samudra pasifik sekarang juga.

"Jangan di bahas, anggap aja angin lalu. Gue ga suka. Itu gue kepencet jadi jangan geer! And satu lagi jangan kasih tahu siapapun!" Perintah New mutlak.

"Kalo lo mau nangis telepon gue aja. Gue ga bakal ngomong apa-apa. Gue bakal dengerin."

New terdiam.

Sekalipun keluarga nya tidak pernah mengatakan ini pada New.

Apa Tay adalah jawaban atas doa-doa nya?

Tidak mungkin dan tidak akan.
⛅⛅⛅

Ku lanjut yah,,
Mmf bgt kalo nulis nya ga panjang huhu

Mimeomia - TayNew Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang