"Tay,"
New mengusap pelan air mata yang masih membekas di pipi nya. Canggung. Seorang New Thitipoom baru saja menjatuh kan harga diri nya di hadapan seorang Tay Tawan. New melepas pelukan Tay tetapi enggan menatap iris gelap cowok itu.
"Maaf,,"
Tay malah tersenyum." It's okey." tangan nya terulur untuk mengelus surai hitam New.
"Gue jelek banget kalo nangis bangsat, aduh pokok nya malu banget. Jelek banget."Keluh New.
Malu. Tapi di satu sisi dia senang, perasaan nya pada Tay tidak perlu di ragukan lagi. Tay yang datang kala hidup New di landa badai yang seburuk-buruk nya. New sadar, Tay selalu ada kapan pun dan dimana pun ketika New lelah dengan pahit nya kehidupan.
Nyaman. New tidak bisa menyangkal Tay membuat nya nyaman.
"Tay, makasih ya. Kan baju lo basah karena gue nangis." New menunjuk bahu Tay yang terdapat bekas air mata.
"Ga papa kali. Mau pulang?" Tanya Tay menawar kan diri.
Pulang? Tidak. Tidak mau. Dia belum siap. Jika New pulang orang tua nya tidak akan membiar kan New tenang barang sedikit pun. Ada nya, New di sudut kan seolah semua ini salah dia.
New menggeleng." Ngga mau."
"Lah terus lo mau kemana?" Tanya Tay heran.
"Mau di sini aja."
Tay menggeleng. New persis seperti anak bayi yang marah. Lucu." Nginep di rumah gue aja dulu ya?"
Tay bukan modus, hanya kasian jika New di tingal sendiri di sini.
New mengangguk lalu Tay mengajak nya masuk ke dalam mobil nya. Mobil Tay pun berjalan dalam kecepatan sedang menuju rumah Tay. Untung nya, mama Tay belum pulang jadi Tay tidak perlu khawatir.
"Kenapa lo tiba-tiba ada di taman?" Tanya New untuk mengisi keheningan.
"Ga tau, gue ngerasa tiba-tiba harus ke situ aja."
Memang benar. Tay tidak tahu mengapa tiba-tiba ia kembali ke komplek rumah New dan berakhir menemukan cowok itu sedang menangis di taman.
New mengangguk-angguk. Hening kembali. Pikiran New agak kalut walau emosi nya sudah lumayan stabil sekarang. New benar - benar tidak percaya akhir nya dia mengeluarkan semua emosi nya selama ini.
New merasa puas. Bukan bahagia, hanya merasa puas diri nya sudah melakukan apa yang hati nya ingin lakukan selama ini.
Mereka berdua pun akhir nya sampai di rumah milik Tay. Sepi. Tay pun langsung mengajak New masuk ke dalam kamar nya. Lagi-lagi wangi parfum menyengat itu menusuk indra penciuman New.
"Uh, bau." New sedikit menutup hidung nya karena tidak tahan dengan bau nya.
Gelap. Kamar Tay terlihat jauh lebih gelap saat malam. Seperti nya Tay adalah tipe orang penyendiri? Entah lah. Berbeda dengan Tay yang di kenal di sekolah.
"Gue ga ada parfum bayi. Ga ada yang masih bayi di rumah gue." Ucap Tay sambil menyalakan scented candle vanila di nakas nya.
New cukup suka vanila, jadi malam nya tidak akan terlalu buruk. Tay pun membersih kan badan nya di kamar mandi lalu duduk di ujung kasur.
"Lo ga bersih-bersih?" Tanya Tay sambil mengusak rambut nya yang basah.
"Ga punya baju."
Tay terkekeh kecil lalu mengambil kaus dan celana pendek nya dan memberikan nya pada New." Nih! Bilang aja kali."
New pun mengganti baju nya dengan baju Tay. Wangi khas seorang Tay Tawan langsung memenuhi rongga penciuman nya.
New pun merebah kan diri nya di kasur Tay sementara Tay hanya duduk di ujung kasur. Lalu Tay pun ikut merebah kan diri nya di samping New.
"Tay, makasih ya. Gue emang cengeng banget." Ucap New.
"Engga, gue lega akhir nya lo bisa terbuka sama gue. Gue lega akhir nya lo bisa nge luapin semua masalah lo
Sama gue." Jawab Tay tulus."New, kalo ada apa-apa, bilang ya. Gue mau lo percaya sama gue. Gue pengen jadi tempat lo ngeluapin smua tangisan lo."
New merasa lega. Dia kira, Tay akan menyudut kan nya seperti yang di lakukan orang lain. Ternyata tidak.
New mengangguk." Gue bakal coba."
"It's okey. Pelan-pelan."
New sekali lagi mengangguk. Tay pun tersenyum lalu mematikan lampu kamar nya." Lo percaya gue kan?"
"Iya."
Lagi pula, apakah ada alasan untuk New tidak percaya? Dalam gelap nya malam, New tersenyum kecil.
New melirik ke arah Tay, rupa nya cowok itu sudah tidur dengan dengkuran kecil yang menggemas kan. New sedikit tertawa. Lucu.
New memang tidak suka wangi kamar Tay, tetapi wangi ini membuat nya sedikit tenang. Tay memutar badan nya menjadi menghadap New. New sedikit tersenyum.
Setidak nya, New ada alasan untuk tersenyum hari ini kan?
⛅⛅⛅Sementara itu, Niu merasakan rasa bersalah yang teramat dalam. Kaki nya terlalu lemah untuk mengejar New, diri nya tidak pantas untuk menahan New untuk tetap di rumah.
Penyakitan.
Jika boleh memilih, Niu memilih segera mati setelah di diagnosis banyak penyakit agar tidak hidup dalam rasa bersalah yang terlalu dalam. Niu merasa tidak pantas untuk berada di dunia.
Niu merobek-robek kertas yang menjadi panduan obat nya. Tidak perlu. Dia sudah hafal karena dari kecil hanya pil kecil yang menemani nya.
Niu frustasi. Niu menangis sambil memandangi foto diri nya dengan New sewaktu kecil. Andai, waktu bisa di putar, Niu tidak akan mau hadir ke dunia.
' Niu, kamu harus perawatan ke Singapura. Bulan depan ya, biar sembuh'
Niu mau sembuh tetapi dia tidak boleh egois. Jika diri nya di rawat di Singapura bagaimana dengan New? Apa dia akan di perdulikan?
Tatapan sendu kembaran nya terlintas di pikiran nya. Sakit. Niu juga merasakan nya.
"Dasar lo penyakitan!" Niu berteriak pada diri nya sendiri. Dia semakin merobek kertas itu lalu menginjak nya berharap kertas itu musnah bersamaan dengan perasaan nya.
Sakit.
Niu merasa seperti orang jahat.
⛅⛅⛅Haiii update besok lagi yaa hihi,,,

KAMU SEDANG MEMBACA
Mimeomia - TayNew
Fanfiction"Rasa nya sakit ketika aku harus menjadi dua orang yang berbeda." - Tay Tawan- " Kita sama-sama tersakiti. Kenapa tidak saling melengkapi?" - New Thitipoom- New tidak pernah tau dia akan di pertemukan dengan Tay, anak bobrok dan nakal dari kelas seb...