21

1.6K 238 26
                                    

Rupa nya, Tay mengajak New ke sebuah bukit yang jauh dari sekolah. Tentu saja, di sepanjang jalan dengan rengekan New yang tidak terima di ajak begitu saja. Tapi Tay hanya diam sampai anak itu lelah sendiri.

Mobil Tay pun berhenti di sebuah hamparan rumput yang hijau di sebuah bukit." Ayo turun."

New bersedekap dada." Ga. Ga mau. Lo mau apa-apain gue pasti."

"Enggak lah, ya gila kali di bukit kayak ga ada tempat lain aja." Jawab Tay lalu membuka kan pintu New.

New memadang sinis Tay lalu turun dengan raut wajah yang kesal. Tay hanya tersenyum kecil dan mengajak New duduk di rumput.

"Lo ngambek ya, sama gue?" Tanya Tay.

"Engga. Ngapain. Gue cuman, um, bete sama lo."

Ya ga bete sih, hanya kesal. Oke jangan tanya alasan nya apa, pasti sudah pada tahu kan?

Hening sejenak. New memandang hamparan rumput yang se akan bersatu dengan langit dengan pandangan kosong. Menikmati angin yang menerpa wajah nya.

"New, gue tau lo kuat, gue tau lo ga begitu, coba berdamai dengan masa lalu, yuk?" Ucap Tay tiba-tiba.

Berdamai?

New tidak pernah memikir kan itu. Dia hanya pasrah mengikuti apa yang akan takdir lakukan. Berdamai pun rasa nya tidak mau.

"Susah. Gue ga akan mau. Gue mau ikuti alur nya aja, ga mau ribet-ribet lagi ngurus ini atau itu."

New tidak mau lagi berurusan dengan Niu atau pun keluarga nya. Dia sudah bahagia seperti ini. Mungkin?

"Kalo bukan lo yang mulai siapa lagi? Takdir memang ada, kalo lo ga ngelakuin apa-apa, siapa yang bakal nge jawab takdir itu?"

New terdiam.

Siapa? New juga tidak tahu. Masalah nya hanya ada di New yang tidak mau membicara kan semua masalah. Dan memilih acuh.

"Idk, tapi gue ga mau memulai atau mengakhiri apa-apa lagi. Cukup hidup gue kayak gini."

Mereka berdua terdiam.

"Pelan-pelan, ayo mulai dari memaaf kan Niu."

Niu lagi? Niu lagi?

Kenapa anak bangsat sialan itu selalu ada di kamus hidup New. Kenapa dia selalu ada di setiap skenario bahagia New? Kenapa? Sakit.

Tidak bisa di pungkiri, rasa nya sakit sekali Tay selalu menyangkut paut kan diri nya dengan Niu. Kesal.

Tubuh New sedikit bergetar menahan tangis.

Tay mengelus kepala New dengan lembut." Pelan-pelan ya, gue ga maksa lo."

New ingin sekali memeluk Tay tapi apa ya, memang nya mereka apa? Teman ? Mereka baru menjadi teman sejak sedetik tadi mungkin?

Bimbang. New tidak bisa menjelas kan perasaan nya sekarang. Dia hanya diam sambil memandang langit. Berharap semua nya akan hilang dan tidak akan kembali.

New lelah.
⛅⛅⛅

New sampai di depan rumah nya. Yah, kembali ke rumah ini lagi. Seperti nya orang tua New ada di rumah. New masuk ke dalam rumah nya setelah mobil Tay pergi.

Di dalam, orang tua nya sedang mengobrol serius dengan Niu. Toh, paling acara jalan-jalan mereka lagi. New sama sekali tidak perduli.

Niu tiba-tiba menahan tangan New yang ingin naik ke atas." Apa sih lo, lepas! Gue ga ada nyari ribut!"

New berusaha melepas kan tangan Niu dari lengan nya, tetapi pegangan cowok itu terlalu kuat. Kesal.

Terbayang lagi bagaimana Tay menyebut Niu lagi saat bersama Tay membuat amarah New tidak stabil.

New menghempas tangan Niu dengan kencang sehingga cowok itu terjatuh dengan keras ke lantai." Lepas!"

"Niu-!" Orang tua mereka langsung menghampiri dan membantu Niu. Kesal. Emosi New sama sekali tidak stabil.

Rasa kesal, amarah, sedih bercampur jadi satu. New sedikit bergetar karna menahan tangis.

"New, kamu jangan kasar.  Mama mohon banget sama kamu."

New semakin kesal dan marah.

"Aku juga mohon sama mama. Bisa ga merhatiin aku? Bisa ga memprioritas kan aku? Bisa ga mama natap aku sedikit aja?"

New tidak menangis. Hanya tatapan kecewa yang dia perlihat kan. Saking kecewa nya sampai, tatapan nya hanya kosong.

"Ma, kenapa mama bela dia terus? Sebener nya aku ini anak mama bukan sih? Sebenernya aku ini apa?"

New melanjut kan." Niu, bisa ga lo ga ada di kamus kehidupan gue sekali aja, sekali Niu."

Nada New terdengar tidak marah, dia hanya memohon. Setidak nya, mereka jangan mengusik kehidupan New.

Niu menatap dengan pandangan bersalah. Niu sangat merasa bersalah melihat kembaran nya harus seperti ini. Jika di suruh memilih pun, Niu juga tidak mau sakit. Dia ingin New punya kebahagiaan yang sama.

Tanpa berlari, atau berteriak, New keluar dari rumah itu. Dan mendudukan diri nya di bangku taman yang jauh dari rumah nya.

Akhirnya, New menangis. Menangis tanpa suara. Menangis dalam diam berharap tidak akan ada yang mendengar tangisan nya.

New menutup mata nya. Berharap jika dia membuka mata, hidup nya akan berubah dan bahagia. Dia memohon. Setidak nya, seseorang yang akan merubah hidup nya.

Beberapa saat New membuka mata nya. Mata nya bertemu dengan mata hangat milik cowok itu.

Tay Tawan.

"New,,," lirih Tay.

New tidak berbicara lagi, dia langsung   memeluk tubuh tegap Tay. Menenggelam kan wajah nya di bahu yang lebar itu.

New tidak berbicara, Tay terkejut untuk sesaat. Namun, sedetik kemudian tangan nya mulai mengelus punggung New.

"New, sayang, nangis aja dulu ya. Ga papa,," Tay berkata lembut sambil mengelus tubuh New dengan lembut.

Dalam tangis nya, New sedikit tersenyum. Apa kah Tay adalah jawaban atas doa nya? Tay ada ketika New berharap besok dia akan mati.

Tay selalu ada.

"Tay,,," Suara New sedikit serak.

"New, gue tau lo kenapa-kenapa. Nangis aja dulu ya."

"T-tapi gue keliatan kayak banci." Isakan kecil keluar dari bibir New.

"Lo bisa jadi lemah di depan gue. Lo bisa jadiin gue sandaran. Oke?"

New mengangguk." Iya."
⛅⛅⛅

Haii, haii aku update. Kalo ini udah selesai aku pgn bikin fmv nya jujur heheeee pada mau gaaa

Mimeomia - TayNew Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang