"lo pasti capek ya? Udah pulang ayo." Ucap Tay khawatir. Keringat mulai membanjiri wajah New.
"Males pulang."
"Ke rumah gue. Entar gue anterin pulang."
"Ga ah. Gue takut lo ngapa ngapain gue."
Tay mengangkat satu alisnya." Emang siapa yang mau ngapa ngapain lo?"
Blush.
New malu. Dia langsung menginjak kaki Tay kencang." Apa sih." Sebenarnya New mau-mau aja, cuman gengsi.
"Ya ayo. Sekalian temenin gue."
Hari ini Tay cukup senang karena mama nya pergi entah kemana, dia juga tidak perduli. Jadi Tay tidak perlu terganggu oleh cowo random yang di bawa ibu nya. Tapi ya kesepian juga, sedikit.
New akhir nya mengangguk." Iya." Ya kan, di iyain juga sama New. Di bilang gengsi New itu tinggi sampai menabrak satelit.
Tay dan New pun pergi ke rumah Tay saat itu juga. Hari sudah sore, langit berwarna orange kekuningan menambah indah nya pemandangan New sekarang. Rumah Tay cukup jauh, butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di sana.
Rumah Tay besar sekali, tetapi hawa rumah itu sama dengan rumah New. Sepi seperti tidak ada kebahagiaan. Hanya ada pembantu dan supir di sana.
"Kamar gue aja. Udah ga bakal gue perkosa." Tay mengajak New untuk langsung naik ke atas.
Kalau pembantu melihat Tay dan New bersama, pasti nanti di kira yang tidak-tidak dan akan di adukan pada ibu nya.
Kamar Tay gelap dan serba hitam, berbeda dengan kamar New. Dan wangi maskulin Tay yang sangat khas, berbeda dengan New yang lebih suka wangi bayi.
"Ih, wangi banget anjing kamar lo." New menggosok hidung nya karena tidak terlalu suka dengan bau yang begitu menyengat.
Tay duduk di pinggir kasur, sedangkan New duduk di meja belajar Tay.
"Ngapain di kursi, sini aja." Tay menepuk kasur nya.
New memicing kan mata nya." Ih gila lo ye. Mesum banget."
"Kan lo lagi sakit, tidur sini. Ga bakal gue perkosa di bilang."
New pun menggeleng." Gue sini aja."
Tay mengangguk." Okey."
"Udah baikan belom? Ga mau ke dokter aja?" Tanya Tay memecah keheningan.
New menggeleng." Ga mau."
Lucu. New menggeleng seperti anak bayi yang tidak mau ke rumah sakit.
"Kembaran lo, lucu."
BANGSAT!? BAJINGAN?!"
Apa apaan pembicaraan ini. Padahal sudah sekeras hati New tidak ingin membicarakan hal ini. Tapi kenapa malah Tay bicarakan?
"Oh trus?"
"Ya ga papa. Dia polos, baik gitu."
New ingin menendang semua barang yang ada di ruangan ini. Tak tahu kah Tay bahwa New bingung setengah mati dengan perasaan nya?
New hanya berdecak kecil.
Tay tersenyum lalu mengusak kepala New lembut." Bercanda anjir. Ayo ke dapur."
Bercanda? Apa maksud nya? Jadi? Apa? New bingung. Tidak ada pilihan lain, dia langsung mengikuti Tay ke dapur bawah.
Tay mengambil sup dan teh hangat untuk New. Meletakan nya di meja." Nih, makan."
"Apa?"
"Kok apa sih, makan anjing. Biar enakan gitu tenggorokan lo." Ucap Tay.
New misuh misuh sedikit lalu memakan makanan itu. Enak, walaupun New ga tau siapa yang masak, yang pasti nya bukan Tay.
Tay tersenyum kecil memperhati kan New makan, persis seperti anak kecil.
"Apa lo liat-liat!? Mau gue gampar?!" New mengarahkan sendok ke wajah Tay.
Kan, sudah di kasih makan, malah marah-marah. Bad habit nya New ya begitu, ga bisa nahan marah.
"Galak."
"Bodo. Ga usah sok imut lo."
Tiba-tiba, wajah Tay menjadi lesu. New pun menyadari nya." Eh, lo kenapa?"
Tay menggeleng." Udah, gue mau ke atas."
Tay pun merebahkan tubuh nya di tempat tidur dan menatap langit langit kamar, di ikuti New di sebelah nya.
"Tay, are you okey?"
Tay diam tak menjawab. Mata nya pun terpejam. New mulai paham bahwa Tay mempunyai masalah nya sendiri, punya beban nya sendiri.
New melirik nakas yang berada di sebelah tempat tidur. Banyak obat. New tidak tahu obat apa itu. Tapi sebenar nya Tay kenapa?
Apa dia baik-baik saja.
"Tay?" Panggil New pelan.
"Iya?"
"Ini obat apa? Lo ga papa?"
Tay hanya terkekeh." Ga papa. Vitamin itu."
New pun hanya mengangguk. Walaupun hati nya sedikit tidak percaya, namun kalau Tay tidak mau cerita, apa boleh buat?
"New, pegang tangan sebentar boleh?" Tanya Tay tiba-tiba.
New terbelalak kaget." Hah? Apaan sih?"
"Sebentar aja." Suara Tay terdengar parau.
Mau menolak, tapi bagaimana? New pun mengangguk kecil." Iya, ya sudah."
Tay menyemat kan jari nya pada jari New. Saat tangan Tay mengenggam tangan nya, terasa sedikit ada sengatan dalam tubuh nya, dan jantung nya yang tidak stabil.
'aduh, bajingan. Gimana nih?!' batin New berteriak.
Tay lega.
Hampir saja. Tay tidak tahu mengapa efek New bisa se besar ini dalam diri nya. Tapi di sisi lain Tay bersyukur, walaupun status mereka hanya teman, atau musuh?
Beberapa menit kemudian, Tay mendengar dengkuran kecil di sebelah nya. Tidur rupa nya. Tadi bilang nya tidak mau, sekarang malah tidur.
Tay melepaskan genggaman itu lalu pergi meminum obat nya agar New tidak melihat nya. Setelah itu Tay kembali ke tempat tidur.
Tay mendekat kan bibir nya pada telinga New dan membisik kan.
" Makasih ya."
⛅⛅⛅Haiiii,, aku update nya dikit yh soalnya lagi ulangan,, see you in the next chapter!

KAMU SEDANG MEMBACA
Mimeomia - TayNew
Fanfiction"Rasa nya sakit ketika aku harus menjadi dua orang yang berbeda." - Tay Tawan- " Kita sama-sama tersakiti. Kenapa tidak saling melengkapi?" - New Thitipoom- New tidak pernah tau dia akan di pertemukan dengan Tay, anak bobrok dan nakal dari kelas seb...