New mengalih kan pandangan nya ke arah lain." Apa sih lo ga usah sok perduli deh."
"Tapi gue perduli."
"Jangan urusin hidup gue dan jangan perduliin gue. Ga butuh."
New lalu pergi menyusul Gun, meninggal kan Tay yang berdiri di situ. Jujur saja, New tidak suka jika privasi nya di usik orang lain.
"Kenapa?"
"Ga papa, Gun."
"Kalo dia mau bantu lo kenapa ga mau?"
"Bantu apaan sih? Emang gue kenapa? Pada aneh deh. Udah ah gue balik aja." New lalu pergi meninggalkan Gun.
New sangat menghindari percakapan seperti ini karena sangat tidak nyaman.
⛅⛅⛅"Tay, udah hampir beberapa hari lo ga nemuin pemilik gelang?" Tanya Jumpol.
Mereka bertiga sedang duduk sambil makan gorengan di warung belakang sekolah. Biasa, jam kosong dan lagi-lagi mereka bolos mengerjakan tugas padahal sudah di beri peringatan.
Tay memggeleng." Belom. Lagian susalh lah nyari, gimana juga cara nya, di balas di akhirat aja gitu kek."
"Kan biar kayak di cerita cerita gitu, akhir nya lo bisa pacaran sama penolong lo gitu."
Tay sedikit tertawa dan meremehkan." Apaan sih lo, ada-ada aja. Ini real life kali."
"Ga ada yang ga mungkin."
"Iya ga ada yang ga mungkin tapi halu lo kelebihan anjir."
"Eh btw lo lagi deket sama orang yang nangisin Film itu ya? Siapa? New?" Tanya Sing mengalih kan topik.
"Deket apaan anjirt."
"Ya termasuk deket lah. Emang gue ga tau lo abis jalan sama dia?"
Tay menghela nafas." Ya elah jalan cuman nemenin. Lebay lo."
"Tapi itu deket."
"Ya terus kenapa?"
"Kan lo bilang gelang nya inisial N, N itu New kan? Takdir nyatuin kalian ya karena alasan itu."
Tay terdiam sejenak.
Kenapa dia tidak kepikiran dari kemarin? N bisa saja menjadi New kan? Ah masa iya? Kenapa New tidak bilang?
"Apaan sih lo. Jangan buat cerita gue kayak cerita wattpad deh. Aneh-aneh aja."
"Tapi bisa jadi."
"Ah ga tau lah. Pusing juga gue jadi nya,"
"Kalo emang bener dia ya waktu yang bakalan jawab."
⛅⛅⛅Tay lagi-lagi muak dengan pemandangan di depan nya saat ini. Mama nya sedang bercumbu dengan pria yang tentu saja berbeda dengan pria yang ia lihat minggu kemaren. Hati nya begitu teriris.
Tay berjalan melalui mama nya seolah tidak terjadi apa-apa. Tay tidak ingin bertengkar sekarang. Adu argumen dengan mama nya hanya membuat darah nya naik.
Tay membanting tubuh nya di kasur nya. Dia menutup mata nya sejenak. Dia ingin marah pada semesta karena membuat hidup nya jadi begini. Ia marah pada semesta karena nasib buruk selalu menimpa nya.
Tay marah pada semesta karena tidak mempunyai keluarga yang sayang. Marah pada semesta karena nasib nya yang buruk.
"Tay?"
Mama Tay masuk ke dalam kamar nya.
"Pergi, ma."
Katakan lah Tay jahat, tetapi dia jijik melihat ibu nya sendiri. Ibu nya yang menjadi pelacur di rumah nya sendiri. Ibu nya juga yang membuat Tay mempunyai penyakit yang tidak sembuh-sembuh sampai saat ini.
"Tay,"
"COWOK MANA LAGI SIH MA? HAH!? MAMA GA MALU?!" teriak Tay frustasi.
"Ini juga buat kamu!"
"Buat aku apa nya? Mama terlalu rakus dengan uang sampai rela jual badan."
"Kamu harus mengerti."
"Ngerti apaan sih? Mama harus nya ngertiin aku! Aku punya penyakit kepanikan gara-gara siapa? Mama!"
Mama Tay menunduk." Mama minta maaf.".
"Udah lah ma. Mending mama urusin lagi tuh kerjaan mama." Tay memakai jaket nya lalu keluar dari kamar sambil membanting pintu.
Tay lelah.
Dia ingin hidup normal dan bahagia. Dia ingin hidup tanpa harus memakai topeng.
Dia ingin hidup tanpa harus takut tiba-tiba penyakit nya kambuh kembali.Tay turun dari mobil nya dan duduk di sebuah kursi di pinggir danau. Dia menoleh pada orang di sebelah nya.
New.
Cowok itu sedang mengisap rokok dengan hikmat sambil menutup mata nya seolah membiar kan angin membawa dan menghilang kan masalah nya.
"New?"
New kaget ketika melihat ternyata itu adalah Tay. Dia tertangkap kalau dia merokok. Habis sudah.
"Lah?! Lo ngapain?!"
"ini kan tempat umum jadi ya suka-suka gue lah. Gue udah pernah denger lo nangis jadi ga usah canggung gitu."
New kembali merasakan malu. Kenapa Tay harus mengungkit masalah itu lagi sih!? New padahal sudah hampir melupakan nya.
"Lo ngapain di sini?"
New memperlihat kan rokok nya." Nih, lo ga liat?"
"Demi apa lo ngerokok?"
Tay sedikit terkejut karena anak diam dan kalem seperti New ternyata merokok juga.
"Tapi lo diem. Ah, kayak nya lo dah tau semua aib gue. Benci banget gue sama lo." Kesal New.
"Aib dari mana?"
"Gue nangis, gue ngerokok. Bagi gue itu aib yang ga boleh orang tau." Ucap New.
"Ga ada yang salah."
"Gue nangis kayak banci."
Tay terkekeh sedikit." Lo manusia. Nangis itu wajar. Mau lo cowo kek , cewe kek, cewo kek ya kalo nangis itu wajar."
New terdiam.
"Yang ga wajar tuh orang yang suka nge judge lo dan terlalu ngurusin hidup lo."
New masih terdiam. Tay menjadi yang pertama, lagi dalam memotivasi New.
"Gue tau lo stress, tutup mata lo dan nikmati angin nya. Biar angin nya bawa semua masalah lo."
Tay menutup mata nya. Angin meniup wajah nya. Bayangan masa kecil nya yang indah tergambar jelas di pikiran nya. Gambaran bagaimana dulu Tay bahagia.
Bagaimana dulu ia tidak harus menjadi orang yang berbeda.
"Gue ga perduli sebenernya sama lo tapi karena sogokan biar lo ga nyebar aib gue." Ucap New.
Tay sedikit terkekeh." Kalau peduli bilang aja kali."
"Gak jelas, hih. Nyesel gue ladenin lo."
Tay dan New menutup mata nya menikmati angin malam yang dingin menerpa mereka.
Danau dan angin menjadi saksi bahwa mereka membutuh kan satu sama lain.
⛅⛅⛅Ku lanjut yah,,,

KAMU SEDANG MEMBACA
Mimeomia - TayNew
Fanfiction"Rasa nya sakit ketika aku harus menjadi dua orang yang berbeda." - Tay Tawan- " Kita sama-sama tersakiti. Kenapa tidak saling melengkapi?" - New Thitipoom- New tidak pernah tau dia akan di pertemukan dengan Tay, anak bobrok dan nakal dari kelas seb...