Dia

1.2K 233 7
                                    

Happy Reading

Rain kini sudah sampai disekolah tanpa teguran seperti biasa Rain kini disuruh untuk keruang kepala sekolah terlebih dahulu, entah apa yang akan dibicarakan guru guru di ruang itu, yang terpenting Rain hanya menjalaninya saja.

Rain menghela napas berat sesaat Rain Sudah sampai di ruang kepala sekolah, pikiran Rain sudah terpaku bahwa alasannya dipanggil keruang ini pasti untuk membicarakan kasus telat Rain.

Tokk tok tok...

Rain mulai mengetuk pintu, dan membukanya secara perlahan lahan, tiba tiba saja sorot mata Rain langsung mengarah pada satu pria baru yang bertanya padanya tadi pagi.

"Rain, kesini kamu." ucap salah satu guru yang berada di ruangan tersebut, Rain pun hanya mengangguk ragu dan duduk disebelah pria yang tadi pagi Rain bertemu.

"Rain? ibukan sudah bilang, jika ada urusan rumah kamu selesaikan selepas pulang sekolah, kamu jangan pernah bolos dari kelas, dan jangan terlalu sering terlambat Rain, kamu perempuan, seharusnya kamu disiplin masuk Rain." guru itu menasehati Rain, Rain kali ini hanya bisa menunduk pasrah dengan untaian kata guru guru padanya.

"Rain jika kamu begini terus ibu tak segan mengeluarkan mu dari sekolah ini, Kamu ibu kasih satu kesempatan lagi jika kamu terus seperti itu, kamu akan ibu keluarkan dari SMA ini,"

Rain terpaku nyeri sesaat, pikiran Shifa ternyata benar, bahwa perlahan lahan Rain pasti akan dikeluarkan dari sekolah karena sikap yang tak disiplin ya itu. tapi bagaimana Rain ingin disiplin semua pikiran Rain hanya terfokus pada kesalahannya dulu, yang sampai saat ini masih belum bisa Rain lupakan.

"Kamu keluar." titah buguru itu lagi, kemudian Rain mengangguk pelan beranjak keluar meninggalkan ruangan.

"Jadi, gadis itu sekolah disini juga? terus mengapa ia selalu telat? apa ada masalah berat yang gadis itu pikirkan?" batin pria itu merasa kasihan pada Rain.

"Jason? kamu bisa masuk kelas 12 IPA 1, kamu tinggal lurus dari sini, kelasnya tak jauh dari sini,  silahkan Jason." Perintah buguru pula,pada pria yang ditemui Rain tadi, Jason ternyata dia adalah Jason pria yang bersimpati pada Rain.

"Baik Bu," ucap Jason cepat, kemudian beranjak dari duduknya, keluar dari ruang guru.

Sesaat Jason keluar dari ruang guru, Jason melihat Rain yang belum jauh dari koridor, Jason bergegas berlari menghampiri Rain, sungguh Jason sangat ingin tau apa masalah gadis itu sehingga membuat gadis itu  selalu telat masuk sekolah?

"Hai?" Sapa Jason disambung lirikan oleh Rain.

"Gue pengen tanya sama Lo, Lo ada masalah berat? sampai lo gak bisa tepat waktu ke sekolah?" ucap Jason pada Rain yang terus fokus pada jalanan koridor. tanpa mempedulikan adanya Jason di samping nya.

"Hello?" Rain  masih tak menjawabnya.

"Haiii?"

masih hening.

"Rain?" panggilan Jason itu kini membuat Rain berhenti karena merasa namanya disebut, Rain menoleh kearah Jason, disertai tatapan malas untuk melihatnya.

"Lo punya masalah apa? sampe lo telat masuk sekolah?" Jason kini bertanya kembali dan berharap agar gadis disampingnya ini menjawab nya.

"Lo gak harus tau semuanya, yang jelas Masalah gue terlalu berat, dan jika lo berada di posisi gue, lo gak mungkin hidup tenang, paham?" Rain menatap Jason tajam, kemudian Rain mendahului Jason berjalan ke kelansya sendiri.

"Masalah berat? diposisinya? gak akan tenang? hidup dia kayak sedang di teror."  gumam Jason sejenak akan mencari kelasnya itu.

°°°

"Haii Rain?" sapa Jason kembali pada Rain yang akan beranjak pergi dari mejanya keluar, namun kembali duduk karena Jason menghampiri nya.

"Mau ngapain lagi sih?" jawab Rain ketus, tanpa menatap wajah Jason sedikitpun.

"Iya maafin gue, jangan ketus gitu napa." Rajuk Jason pada Rain.

"Nyesel gue bisa sekelas sama lo, anak laki banyak tanya." 

"Ish, jangan gitu Rain tar suka malu lo nanti." Ucap Jason membuat Rain seketika melotot memandang Jason tak suka, seenaknya saja baru kenal sudah kepedean tingkat dewa bahwa Rain akan menyukainya.

"Too the point, lo ngomong bisa gak sih?"  ucap Rain kesal pada Jason.

"Iye, iye." pasrah Jason yang merasa takut pada gadis dihadapannya ini, jika sudah diambang badmood seperti itu, Rain menyeramkan seperti emak emak tetangga kompleks nya.

"Gue bakalan rubah lo Rain, gue gak mau biarin lo hidup kosong, walaupun gue gak tau apa masalah Lo, gue cuman pengen lo gak ngulangi hidup lo yang gak berguna seperti kemarin kemarin, gue janji bakalan buat lo sampai lo berubah drastis dari masalalu lo itu, karena dari awal gue liat lo, Lo baik Lo gadis cantik, hanya saja Lo tertutup oleh hidup kosong lo, gue janji Rain, gue janji," batin panjang Jason sesambil menatap Rain purau,

"Cepet ngomong?!" sentak Rain berhasil membuat Jason keluar dari lamunannya tadi.

"Iye, gue pengen jadi temen lo boleh? temen yang ada disetiap hari hari Lo, boleh kan?" pinta Jason yang langsung membuat Rain berdiri menatap Jason picik.

"Temen gue udah banyak, Lo gak ada lowongan buat jadi temen gue," jawab Rain singkat padat dan jelas, berniat melangkahkan kakinya namun terhenti karena lenganya yang dipegang erat oleh Jason.

"Percuma Rain temen lo banyak se-SMA ini, tapi Lo merasa kesepian, Lo menjalani hari sendirian, itu disebutnya Lo gak punya teman Rain, gak punya teman," tiba tiba saja nada Jason menjadi serius pada Rain.

"Lepasin gue?! kalo gak gue cakar muka Lo?!" ancam Rain pada Jason, dan Jason hanya memasang senyuman picik pada Rain.

"Biarin gue jadi temen Lo, atau gue gak bakalan lepasin Lo, dan sampai kemana mana gue bakalan ikutin Lo?" ancam balik Jason juga pada Rain.

Apa yang dilakukan pria ini? apa dia gila? dia memaksa menjadikanku sebagai temanya? secara paksa pula? sungguh pria ini benar benar membuat Rain prustasi, insiden yang dulu terjadi belum hilang dari beban Rain, sekarang harus ditambah ocehan paksaan dari pria ini? ahk! gila.

"Gimana Hem?" Jason bertanya sekali lagi disertai anggukan ecek.

Rain menghela napas beratnya, dan...

"Okey, Lo boleh jadi temen gue, asalkan lepasin tangan Lo! gue gak mau Lo nyentuh nyentuh gue?! paham Lo?!"   kesal Rain meluapkannya pada Jason, lalu dengan segera mungkin berlari meninggalkan Jason sendirian dikelas.

"Yes?! gue jadi temen Lo," Girang Jason dengan mengepal kedua lengannya, mengulurkan keatas dan menurunkanya kembali, sebut saja Jason sedang berlagak yes,

"Tenang Rain, gue bakalan ubah lo ke jalan yang seharusnya anak seusia kita ,bukan hidup kosong lo itu Rain," Gumam Jason lega, akhirnya Jason sedikit demi sedikit bisa membuat Rain kembali ke kehidupanya yang normal. itu suatu kebanggaan Jason yang besar, jika Jason berhasil. 

Tbc semuaa❤..

LUKA I [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang