3'No tengas miedo

535 86 40
                                    

"Tolong tutup tirainya, itu menyilaukan ku."

Sontak suara itu membuat Allen segera menutup tirai dan memblokir cahaya untuk masuk.

Dia sosok yang memiliki tatapan tajam, kulut putih pucat, dan iris mata berwarna merah darah, dengan kuku yang sedikit lebih panjang dari manusia.

"Park Serim?" gumamnya pelan

Ciri-ciri itu membuat Allen berdecak merinding karena ia yakin kalau mentornya kali ini adalah Vampire bukan manusia biasa.

"Apa yang kau lakukan berdiri disitu? Duduklah" ucap pria itu.

"B-baik Sir" allen kemudian menarik kursi bangkunya. "akkhh" saat Allen ingin duduk tiba-tiba saja jarinya tergores oleh ujung meja yang sedikit tajam itu.

Seketika Serim mengangkat sebelah alisnya, darah sekecil itu membuat hasrat Vampirenya beraksi tak lama ia pun langsung berdiri seketika.

Bughhh!

Allen terjatuh dikala Serim mendorong pundaknya dari belakang dan punggung kepalanya terbentur oleh meja yang ada dibelakangnya itu. "A-apa y-yang kau lakukan Sir." tanya Allen sambil meringis kesakitan.

"Kau tenanglah, aku tidak akan menyakitimu" gumam Serim di telinga Allen.

"Kau jangan menyentuhku!" Allen kemudian berusaha mendorong Serim sekuat tenaganya, namun nihil tenaga serim lebih kuat darinya.

"Sudah aku bilang jangan takut padaku" Suara Serim itu berhasil membuat Allen memalingkan pandangannya.

Kemudian Serim meraih jemari Allen dan melumat jari Allen yang terluka akibat goresan tadi. Sontak Allen menggigil seketika memejamkan matanya karena lumatan serim itu terasa dingin tidak hangat seperti manusia biasa.

"Lukamu sembuh" ucap Serim yang kemudian kembali ke arah mejanya.

Allen masih diam terpaku di bawah meja, bingung apa yang terjadi padanya. Ia meraba-raba jarinya yang sembuh tanpa adanya bekas luka sedikitpun.

"Mau berapa lama kau diam disana?"

"Kemari, naik dan duduklah di bangkumu" titah Serim yang menatapnya tajam.

Allen berdiri lalu kembali menuju bangku miliknya dan kemudian ia duduk. Di hadapannya kini terdapat Serim yang masih menatapnya tajam, sedangkan Allen hanya mampu menundukkan kepalanya.

"Kau masih takut padaku?" tanya Serim dengan membaca beberapa tumpukan kertas yang ia bawa.

"Siapa yang tidak takut pada mahluk sepertimu Sir"

Serim pun tersenyum kecut mendengar penuturan Allen itu. "Tatap aku"

Allen hanya diam tidak bergerak sedikitpun.

"Hei, tatap aku" titah Serim dengan sedikit meninggikan suaranya.

Serim pun menjulurkan tangannya dan meraih tengkuk Allen dan menangkupnya perlahan hingga netra mereka saling temu. "Begitu, tatap aku begitu"

"Oh ya, tadi kau juga memanggilku apa? Sir?"

Allen mengangguk

"Jangan panggil aku Sir, aku masih terlalu muda, usiaku masih 98 tahun"

Seketika Allen melonjak kaget, tidak sampai berdiri atau sebagainya ia hanya sedikit membulatkan matanya.

90 tahun kau bilang? Itu sudah terlalu tua- ucap Allen dalam hatinya.

Serim tersenyum tipis melihat kelakuan Allen yang sedikit terkejut itu.

"Kau tidak percaya kalau aku masih tidak setua apa yang kau pikirkan?"

A Flor de Flor🥀 {Sellen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang