Hari yang ditentukan pun tiba ketika Allen melihat Woobin dengan setelan tuksedo yang menawan.
"Bagaimana menurutmu Allen? Apa penampilanku sudah sempurna?"
Allen mengacungkan dua ibu jari sekaligus. Allen membetulkan dasi pita Woobin dan membenahi rambutnya sedikit.
Woobin terlihat tegang dan berkali-kali menghela napas. "Apakah seperti ini rasanya menjadi pengantin? Aku benar-benar gugup"
"Iya" Sahut Allen. "Itu juga yang aku rasakan ketika menjadi pengantin"
"Hey kalian! Mau sampai kapan membuat Jungmo menunggu?"
Serim sudah berdiri di depan pintu dengan melipatkan kedua tangannya di dada.
"Ah! Park Serim, ada yang ingin aku tanyakan padamu"
Serim menatap Allen bingung, sementara Allen hanya mengedikkan bahunya.
"Waktu kau menikah, apa Allen terlihat tampan di matamu?" Tanya Woobin dengan nada antusias.
Serim melirik ke arah Allen sejenak penuh tanya sebelum akhirnya menjawab. "Tentu saja. Setiap pengantin pria dominan pasti akan melihat mempelai submisif nya begitu tampan"
"Begitukah?"
"Ruby, kurasa kau harus cepat-cepat menemui Jungmo dan menyelesaikan upacara pernikahan" Allen menyeret Woobin dengan gemas.
Woobin dan Allen berjalan dengan hati-hati dan langkah mereka terhenti ketika Woobin melihat sosok pria sudah berdiri di lorong dengan tuksedo hitamnya.
"A-Ayah?"
Ayah Woobin mengulurkan tangan ke arah Woobin. "Bukankah seorang ayah harus mengantar anaknya untuk menemui pasangan hidupnya?"
Woobin dan Allen terdiam sejenak.
Setelah itu, Woobin menerima uluran tangan dari ayahnya. Allen melihat senyuman tersungging dari wajah ayah Woobin.
"Kini aku menerimamu kembali sebagai anakmu" Ujarnya kemudian menghela napas. "Walaupun, ini sulit bagi ayah. Tapi kau kini tetaplah anakku"
Ayahnya menatap Woobin lekat meski hanya sejenak. "Setidaknya kau bahagia dengan jalanmu Woobin, meskipun kau menyukai laki-laki"
Woobin cukup mengerti dengan perasaan ayahnya. Meskipun Woobin membenci ayahnya begitu pula dengan ayahnya yang membenci Woobin, tapi mereka tidak bisa saling membenci begitu lama. Mereka juga masih saling membutuhkan cinta masing-masing.
Ayahnya meraih tangan Jungmo dan tangan Woobin agar mereka saling bergandengan dan bertautan. "Jagalah putraku, jagalah dia meskipun kau harus mempertaruhkan nyawamu"
Jungmo mendengus tersenyum. "Aku mencintai Woobin dengan segenap hatiku. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengecewakanmu"
"Aku percaya padamu" Ayah Woobin menepuk bahu Jungmo.
Allen kemudian tersenyum ke arah mereka dan kembali ke tempat duduknya di samping Serim ketika Woobin dan Jungmo berjalan menuju altar.
Serim menautkan jemarinya di jemari Allen ketika Woobin dan Jungmo kini membacakan ikrar pernikahan mereka.
Seketika semua tamu riuh bertepuk tangan dan ada pula yang bersorak gembira ketika bibir Woobin dan Jungmo bersatu. Menyalurkan rasa cinta mereka berdua.
Berbahagialah Woobin, pada akhirnya kau menikah dengan Jungmo. Gumam Allen membatin dengan senyum yang tulus.
Aku turut bahagia.
.
.
.
.
..
.
.
.
..
.
.
.
..
.
.
.
..
.
.
.
._____________
Yap, dengan berakhirnya special chapter ini. Maka, A Flor de Flor has officially ended.
Thank you for all you votes and comment~
Jangan lupa mampir di book lainnya ya~
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
A Flor de Flor🥀 {Sellen}
Fiksi Penggemar[END] Apa yang terjadi jika 2 bunga berbeda spesies jatuh cinta? Sama halnya Vampire dengan manusia, apa yang akan terjadi? 👉Sellen Dom! Serim Sub! Allen [07.12.20 - 27.02.21]