5'Amigo?

430 72 2
                                    

Allen membuka matanya saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya, lalu ia mengecek arloji yang berada di sebelahnya menunjukkan pukul setengah enam pagi. Siapa yang mengetuk pintu kamarnya sepagi ini? Woobin? Atau Jungmo?. Itu semua tidak mungkin karena Allen sangat tau tabiat mereka. Biasanya mereka akan langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu bahkan saat dirinya tidak ada.

Saat ia ingin membukakan pintu, tiba-tiba saja ponselnya bergetar dan menampilkan nama Park Serim di layar ponsel miliknya. Allen pun menjawabnya.

"Halo? Allen? Kau dimana?"

"A-aku masih berada di kamar"

"Ah, kalau begitu cepat ke ruang studymu. Aku sudah menunggumu"

"Sebenarnya aku tadi mampir ke kamarmu, tapi aku tidak ingin menganggumu jadi aku memutuskan untuk langsung menuju ruang study"

"E-eum baiklah, aku akan bersiap"

"Kalau begitu sampai nanti di ruang study"

Allen memutuskan panggilan tersebut.

Allen dan Serim memutuskan untuk saling bertukar nomor dengan satu sama lain, ini adalah hal yang jarang di lakukan oleh para murid dan mentor di Cravity akademi.

Butuh beberapa waktu untuk menyadarkan Allen kalau tadi, barusan yang menelfonnya adalah Serim. "Sial!"

Allen lupa kalau ia tidak boleh membiarkan mentor menunggunya. Bergegas ia melemparkan ponselnya ke sembarang arah, berlari menyambar handuk dan menuju kamar mandi.

Selesai mandi ia mengambil kemeja berwarna putih dengan jaket kulit berwarna coklat dan kemudian mengenakan Celana jeans panjang dan sepatu semi boots.

Allen keluar kamarnya dengan sedikit tergesa membuka pintu dan keluar tanpa menguncinya kembali.

"Sial!"

"Sial!"

"Sial!"

Umpatnya.

Allen perlahan mengetuk pintu ruang Study nya dan membukanya secara perlahan, menampakkan Serim yang sudah menyambutnya dengan senyuman. "Maaf telah membuatmu menunggu Serim. Aku tidak tau kalau kau akan menungguku sepagi ini"

"Tidak perlu khawatirkan itu, yang terpenting adalah ini. Makanlah ini dan habiskan" Serim kemudian menyodorkan sebuah kotak sarapan berwarna hitam kepada Allen.

"Terima kasih tap-"

"Aku tau kau belum sarapan, jadi makanlah."

"Tap-"

"Cepat duduk dan makanlah, aku tidak suka ditolak" ucap Serim dengan sedikit meninggikan suaranya.

Allen mendenguskan nafasnya dengan kasar dan sedikit resah. "Kau tidak perlu repot-repot membawakanku bekal setiap pagi Serim"

"Memang kenapa? Tidak boleh?"

"Bukan begitu, hanya saja kau sebagai Vampire terlalu baik kepada manusia sepertiku"

"Itu membuatku ta-"

"-Takut kalau semisal kau akan aku jadikan Vampire sebagai ganti?"

Serim Tersenyum kecut.

"Kau masih saja takut padaku ternyata"

Allen mengangguk.

"Sudah berapa kali aku bilang? Tidak perlu takut padaku Allen, anggap saja kita teman sekarang"

"B-baiklah, aku akan berusaha untuk tidak takut padamu dan menganggapmu teman sepenuhnya"

Serim mengangguk. "Memang itu mauku dari awal"

A Flor de Flor🥀 {Sellen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang