25'Would You?

303 61 36
                                    

Allen berguling-guling di ranjang hingga tengah malam untuk mencari posisi tidur yang nyaman namun matanya sulit sekali untuk tertutup.

Ia baru tersadar jika dirinya adalah Vampire yang memang sangat sulit untuk tertidur malam, di situlah dirinya merasa bodoh seketika.

Allen meninju tempat tidur dengan kesal kemudian mengacak-acak rambutnya. Selain tak bisa tidur, pikiran-pikiran mengenai hari esok tentang ujian finalnya masih menghantui dirinya.

Ia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hari esok, di tambah sekarang dirinya bukan lagi mahluk yang bisa leluasa berada di bawah sinar matahari.

Telinganya berdengung seketika dan ia mendengar suara langkah kaki mendekat, siapa lagi kalau bukan Serim. Entah apa yang dipikirkannya, ia langsung menarik selimut dan pura-pura tidur.

Benar saja, Serim membuka pintu kamar sementara dirinya sudah pura-pura menutup matanya. Telinga Allen masih mendengar suara langkah kaki Serim dan semakin mendekat.

Serim membetulkan selimut Allen dan kemudian duduk di samping dirinya yang pura-pura terlelap.

Serim membelai surai pendek Allen dengan lembut kemudian tersenyum sambil menatap jari Allen yang sudah dihiasi dengan cincin identitas.

"Aku senang kau memakainya" gumamnya yang masih senantiasa membelai rambut Allen lembut.

Serim terdiam sebentar sambil menggenggam tangan Allen. "Aku sudah mencintaimu dan aku bermaksud menjadikanmu milikku, tapi aku tau kau belum siap untuk itu semua" Serim tertawa lirih. "Tapi jika kau berkenan, aku ingin sekali menikahimu. Apa kau mau?"

Mata Allen masih terpejam, namun telinganya sudah benar-benar mendengar ucapan Serim barusan. Ia bahkan bisa merasakan tangan Serim yang senantiasa membelai rambutnya dengan lembut.

"Maafkan aku, aku hanya berani mengatakannya saat kau sedang tidur. Aku tidak yakin bisa mengutarakan ini saat kau dalam kau sadar, karena aku tau kau pasti marah kepadaku jika mendengar ini." Serim menghela napas gundah namun tak lama ia mengecup kening Allen lama lalu berbisik. "Berjuanglah Allen, semoga kau lolos di ujian final mu minggu depan"

Allen membuka mata perlahan ketika Serim sudah menghilang dari balik pintu, meninggalkan Allen yang kembali dilanda gelisah karena ucapan dari Serim barusan.

"K-kau begitu baik padaku Serim. Apa kau yakin dan tidak masalah jika hubungan kita lebih dari ini?" Gumam Allen resah dan takut.

-🥀-

One weeks later..

Allen melesat menuju akademi sementara Serim mengikutinya dari belakang. Matanya menajam dan melihat butiran embun mengambang di udara yang membentuk sebuah kabut yang dingin.

Ia menerobos ribuan gugusan embun dengan kecemasan yang masih melandanya. Ada banyak hal yang ia pikirkan saat ini, namun di antara semuanya adalah ujian final yang akan ia hadapi dan juga ucapan Serim kala itu.

"Tapi jika kau berkenan, aku ingin sekali menikahimu. Apa kau mau?"

Sial!

Kata-kata itu masih terngiang di benak Allen, mengusik seperti parasit yang menambah kegelisahannya. Jika suatu saat Serim benar-benar mengatakan hal tersebut secara langsung. Jawaban apa yang harus ia berikan kepadanya?

"Allen?" Tanpa sadar, Serim sudah melesat di sampingnya. "Apa ada yang mengganggumu?"

Allen menggeleng cepat sambil tersenyum sejenak. "Tidak ada, aku hanya merasa gugup di ujian kali ini"

A Flor de Flor🥀 {Sellen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang