26'Final Exam

278 57 12
                                    

Serim memekik kesakitan ketika tubuhnya terdorong hingga tertabrak ke dinding. "Allen?"

"Bukankah aku sudah bilang padamu jangan melakukan hal seperti itu lagi?!" Teriaknya refleks.

Allen terdiam dengan napas tak teratur dan di situ ia baru sadar bahwa rasa gugupnya membuat suara Allen meninggi.

Sial!

Apakah Serim marah kepada Allen?

"M-maaf Serim" gumam Allen melembut. "A-aku tidak bermaksud untuk—"

"Tidak apa-apa" sahut Serim sambil berdiri perlahan dan tersenyum masam. "Kau benar Allen. Seharusnya aku tidak melakukan itu padamu, maafkan aku"

"Serim?"

"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi" Serim melangkah menuju jendela

"T-tidak, bukan begitu maksud—"

"Bersiaplah untuk ujian mu hari ini Allen. Aku percaya kau tidak akan mengecewakanku. Aku selalu menunggu di rumah"

"Serim tunggu!"

Serim sudah melesat sebelum dirinya menyelesaikan ucapannya. Allen berniat untuk mengejarnya namun Serim melesat begitu cepat.

Allen menghela napas sedih sambil menatap kotak makan milik Serim. "Kau bahkan belum menyentuh makananmu"

Allen terduduk melipat lututnya di bawah jendela, menangisi kepergian Serim yang menyakitkan. Air matanya mengalir lumayan deras ketika melihat rasa kecewa dan juga pasrah dalam tatapan sendunya.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku?" Jeritnya dalam hati.

-🥀-

Allen bergegas menyusuri lorong dengan beberapa perlengkapan untuk ujian. Ia sudah memakai jubah ber-hoodie besar tanpa memikirkan para pasang mata yang memperhatikannya.

Tak butuh waktu lama Allen sampai di lapangan. Ia bersyukur ujian kali ini tidak berbasis nomor urut jadi dirinya bisa berdiri di tempat manapun.

Ia berdiri di bawah bayangan pohon dan menyendiri setelah ia menemui Yena. Melamuni hal yang baru saja ia lalui bersama Serim dam itu cukup menganggu pikirannya.

"Allen!"

Woobin melambaikan tangan dan berlari ke arahnya. Allen hanya tersenyum dan membalas lambaiannya.

"Sudah kuduga kau akan berdiri di tempat seperti ini."

"Yah, kau tau sendiri sekarang sinar matahari adalah musuh terbesarku. Dia bisa membunuh tanpa menyentuhku sekalipun" Allen menyandarkan punggungnya sambil melipat tangan.

"Dimana Jungmo dan Minhee?" Tanya Allen.

"Mereka sedang menemui mentor masing-masing"

Allen hanya menganggukan kepalanya singkat.

Tak lama, suara podium berbunyi. Membuat Allen dan Woobin terdiam. Para peserta sudah berkumpul dan Allen bisa melihat Jungmo dan Minhee di sebelahnya.

"Perhatian semua!" Eunbi mengangkat tangannya.

"Sesuai dengan pemberitahuan minggu lalu, hari ini kita akan mengadakan ujian final, karena pihak akademi akan memulai ajaran baru dan menerima para peserta baru." Ujar Eunbi.

"Kalian akan dibagi menjadi dua tim, Tim A dan Tim B. Ujian final kali ini, setiap tim akan menjaga satu Crystal agar tidak hancur yang akan kami berikan di setiap tim."

"Untuk pembagian tim, kalian bisa melihatnya di layar"

Satu layar lebar besar telah turun perlahan dan menampilkan nama tim dan anggotanya.

A Flor de Flor🥀 {Sellen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang