Prologue

6.9K 342 9
                                    

Masa putih abu-abu adalah masa yang paling penuh kenangan indah. Masa di mana kita bertindak gila dengan teman sekelas, pusing dengan sejumlah tugas, bertemu dengan sahabat, naksir kakak kelas, berkenalan dengan yang namanya cinta, sampai tahu bagaimana menyakitkannya patah hati. Masa di mana anak remaja dituntut untuk bisa berpikir dewasa dan mulai merencanakan masa depan seperti apa yang mereka inginkan. Mulai menargetkan perguruan tinggi, pekerjaan yang akan dilakoni, sampai tipe pasangan sehidup semati.

Seharusnya, begitu.

Namun, keputusan yang harus diambil seorang Khaesa Valeria ternyata bukan hanya itu. Jauh dari memutuskan antara masuk Kedokteran dan Perbankan, masih lanjut di Jakarta atau ingin kuliah di Bandung, Sasa justru dibingungkan dengan siapa yang akan dia pilih untuk menemani masa putih abu-abunya yang hanya tersisa 1 tahun.

"Pokoknya, kamu harus kuliah di Widyatama, biar kita bisa berangkat sama pulang ngampus bareng. Kayaknya seru."

Itu yang sering Ivan katakan saat mereka berkencan. Pacar Sasa yang sudah bersama selama 6 bulan ini. Meski penampilannya berantakan dan kadang emosinya tidak bisa dikendalikan, tetapi Sasa akan selalu menjawab bahwa Ivan itu baik. Dalam momen tak terduga, dia juga bisa sangat romantis, membuat Sasa akan langsung lupa bahwa beberapa saat sebelumnya dia sempat dibentak, dimaki, bahkan sampai disakiti secara fisik. Sasa sangat mencintai Ivan. Terlalu mencintai sampai logikanya tidak bisa bekerja dengan baik.

Setidaknya begitu, sampai ia bertemu dengan Mahesa.

"Jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan, nikmati aja dulu apa yang lo punya hari ini. Belum tentu juga raga kita masih bernyawa sampai besok. Yang jelas, bersyukur itu adalah sebuah keharusan. Supaya kita bisa terus bahagia."

Ini adalah jawaban sederhana yang Mahesa beriakan saat Sasa bercerita bahwa ia takut tidak berhasil masuk Widyatama. Terkesan nyeleneh, tapi ada benarnya juga. Di balik penampilannya yang tengil, Mahesa adalah sosok laki-laki yang lembut, mengayomi, dan sangat penyabar. Dia akan tetap mengangguk saat Sasa mengomel tentang baju yang ia beli di online shop tidak sesuai dengan gambar, dia akan terus bertanya mengenai drama Korea yang Sasa tonton meski tidak mengerti alurnya, ia juga akan ikut tersenyum saat Sasa menceritakan hal-hal yang membuatnya takjub.

Mereka itu dekat. Terlalu dekat untuk disebut teman, tetapi juga tentu bukan pacar.

"Gak mungkin selamanya lo kayak gini, 'kan, Sa?" tanya Alin, sahabat Sasa yang dipertemukan di masa putih abu-abu. Saat ini ia tidur di atas kasur sambil menikmati kesejukan di wajahnya. Seperti biasa, setiap minggu, Alin harus melakukan perawatan pada wajahnya. "Hidup ini selalu tentang pilihan, Sa. Lo gak bisa tetap mempertahankan dua-duanya, itu namanya lo serakah."

Seketika Sasa terdiam. Jujur, ini adalah pertanyaan yang cukup sulit untuknya. "Gue gak tahu, Lin," jawab Sasa dengan nada putus asa.

Alin berdecak saat itu juga. Dia melirik sahabatnya yang sedang membaca novel itu dengan malas. "Tiap kali gue tanya, pasti jawabannya itu mulu. Gak punya pendirian banget lo jadi cewek. Sekarang itu zamannya emansipasi wanita, Sa, dan lo harus bisa memutuskan untuk masalah ini."

Kesal karena tidak didengarkan, Alin memilih untuk mengakhiri waktu senang-senang dengan masker dan segera merebut paksa novel yang ada di tangan Sasa. Membuang masker tepat ke tong sampah yang ada di sudut kamar, juga menyimpan novel ke atas nakas. Dia mendorong tubuh Sasa sampai gadis itu terbaring.

"Mending, sekarang lo tidur. Siapa pun yang nanti datang ke mimpi lo, itu yang harus lo pertahankan. Karena sebenarnya alam mimpi juga bisa memberi gambaran apa yang hati kita pengin," ucapnya panjang lebar sambil ikut memejamkan mata. "Tidur, Sa. Besok lo harus ambil keputusan besar."

"Tapi, gimana kalau nanti gak ada siapa-siapa di mimpi gue, Lin? Apa itu artinya gue harus melepas mereka berdua?" tanya Sasa sejurus kemudian.




Selamat pagi, Legiuns ....

Di sini ada yang pernah selingkuh? Atau diselingkuhi mungkin? Pernah juga cinta dua hati? Aku maklum kok, hati yang kita miliki juga gak sepenuhnya punya kita, ada Allah yang lebih berkuasa atas perasaan kita. Apalagi kalo kejadiannya masa SMA gitu kan, masih labil. Di sini, kita bakalan flashback bareng ke masa itu?

Hah? Flashback bareng gimana?

Iya, aku juga pernah sayang sama dua orang gitu. Ehehehe .... Pokoknya, jangan lupa masukin 'Flimflam' ke library kalian, yaaa. Wufyu!

Bini Ceye,
06:04, 02 Desember 2020.

Flimflam [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang