五十

3.8K 580 30
                                    

Dingin Panas

Senin, 12.10 pm

Akhirnya waktu menunjukkan jam istirahat, Seungcheol ngelonggarin dasinya, terus keluar dari ruangannya. Entah kenapa, hari ini dia ngerasa sesak banget, entah karena kerjaan, atau hal lain.

Dia turun ke lobi, sepanjang perjalanan dia ngebales beberapa karyawan yang nyapa dengan anggukan dan senyum tipis. Tujuannya sekarang itu, Angels Cafe di depan perusahaannya. Seungcheol ngeliat jalan kanan-kiri dulu sebelum akhirnya nyebrang dan sampe di cafe-nya. Seperti biasa, pas dia buka pintu, selalu ada lonceng yang berbunyi, dan sapaan khas dari karyawan.

Siang itu, cafe cukup ramai, tapi untungnya, tempat biasa Seungcheol duduk, belum ditempati. Jadi tanpa nunda, dia langsung jalan ke meja pojok kiri dekat jendela yang juga dekat tempat barista nyiapin minuman. Seorang pelayan ngehampirin dia, pelayan ber-nametag Yoan itu nuangin air, "Pesanan biasa, Kak?" Seungcheol akhir-akhir ini emang sering berkunjung, bikin para karyawan sampai hapal pesanannya. Segelas Americano dan sepiring pasta. Kadang, dia pesan Tiramisu buat tambahan.

Seungcheol ngangguk, terus dia keinget sesuatu, "Jerry hari ini dateng, nggak?"

Yoan ngegeleng, "Nggak, Kak. Kakak coba cari Kak Jerry di florist-nya deh, biasa kalau dia gak di sini, berarti lagi ngurus toko bunga-nya. Kakak tau, kan?"

"Oh iya tau, yaudah makasih ya," Seungcheol senyum.

"Sama-sama, Kak. Pesanannya mohon ditunggu," setelah ngomong begitu, pelayan itu pergi dari meja Seungcheol.

Seungcheol menghela napas. Udah sekitar dua minggu-an semenjak mereka ngomong di restoran waktu itu, udah selama itu juga Seungcheol selalu mampir ke cafe buat nemuin Jeonghan, tapi dia kayak menghilang tiba-tiba. Seungcheol udah berusaha hubungin dia lewat telepon pun nggak berhasil, pesannya gak terbaca, telpon Seungcheol juga nggak pernah dijawab. Dia tau Jeonghan menghindar.

Lalu, Seungcheol baru sadar, kenapa dia lupa kalau Jeonghan juga punya toko bunga, kalau dia ingat, pasti dia bisa nemuin Jeonghan lebih awal. Rasanya Seungcheol mau ngacak rambutnya, tapi dia urung, habis ini dia masih kerja, dan nggak mungkin dia balik ke kantor dengan penampilan acak-acakan. Di tengah kepusingannya, Yoan dateng ngebawa pesanan Seungcheol. Setelah ngeletakkin makanan dan minuman, Yoan pamit lalu Seungcheol mulai makan. Setidaknya, dia harus isi tenaga dulu, kerjaannya masih banyak, belum lagi masalah sama Jeonghan, adek-adeknya, dan hal lain yang gak mau dia pikirin sekarang.

Pas makanannya udah sisa dikit, ponselnya bunyi, ada sedikit harapan kalau itu Jeonghan, tapi ekspektasi selalu jauh dari kenyataan. Yang nelpon dia bukan Jeonghan melainkan sekretarisnya, si Zidan.

"Halo? Kenapa, Dan?"

"....."

"Hah? Apa?!"

"....."

"Saya akan kembali, sekarang."

"....."

Telepon dimatiin sama Seungcheol. Dia selesein makanannya dengan cepat, terus neguk kopinya pelan-pelan. Sehabis ngelap mulutnya pakai tisu, dia langsung jalan ke kasir buat bayar. Setelah melakukan pembayaran, Seungcheol keluar dari cafe, lalu nyebrang ke perusahaannya. Langkahnya langsung mengarah ke lift, untungnya pas dia sampe, pintu terbuka, jadi dia bisa langsung masuk.

Seungcheol nekan tombol nomor 25, lantai tempat ruang kerjanya sekaligus ruang kerja para petinggi lain. Di dalam lift cuma ada Seungcheol sama tiga karyawan lain. Sepi karena jam makan siang belum habis, tapi Seungcheol harus balik. Tiga karyawan itu turun di lantai lima belas, setelah itu tinggal Seungcheol sendiri. Gak lama kemudian, dia akhirnya sampe di lantai dua puluh lima. Setelah keluar dari lift, Seungcheol jalan tergesa-gesa ke ruangannya.

WIDIANTARA | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang