"Lo mau kemana Cha?" Tanya Maira. Maira melihat Chaca degan kaos oblong warna hitam dan lejing nya. Dan rambut yang dia ikat asal serta membawa dompet ditangannya.
"Gue mau kedepan Ra. Cari angin sekalian nyari makan. Siapa tau ada mamang sate lewat," ucap Chaca dengan senyuman. Maira tau dibalik senyuman itu masih ada luka yang membekas. Chaca masih saja berpura-pura kuat dan belum mau menceritakan apa yang terjadi dengan nya dan Alfath tadi.
"Gue temenin ya," Maira menawarkan tetapi Chaca menggeleng pelan.
"Gak usah Ra, gue pengen sendiri. Dan juga gak usah jemput gue kalo gue udah melebihi batas jam. Gue pasti pulang kok," balas Chaca meyakinkan Maira. Maira pun hanya bisa pasrah dengan permintaan temannya ini. Maira tahu temannya butuh waktu untuk menenangkan diri. Tapi ini sudah malam rasa cemas tak berhenti mengelilingi Maira.
...
"Kak, kak Alfath sama Chaca ada masalah apa si? Kak Aksa tau?" Tanya Aileen kepo sambil memakan spaghetti nya.
"Kalo makan gak boleh ngomong," balas Aksa meledek Aileen. Karena memang Aileen bertanya dengan mulut yang terisi penuh dengan spaghetti bagaimana Aksa tidak tertawa melihat itu.
Dengan pipi Aileen yang tembem ditambah Aileen yang sedang mengunyah makanan dalam mulutnya itu menambah keimutan didalam dirinya.
"Ihh gemes banget deh pipinya," geram Aksa lalu mencubit pipi Aileen
"Sakit kak! Jangan dicubit dong," Aileen lalu menepis pelan lengan Aksa. Aksa hanya terkekeh melihatnya.
"Terus kalo gak dicubit mau diapain? Dicium?" Goda Aksa dan itu sempat membuat Aileen malu tetapi hanya sebentar.
"Udah mulai mesum ya,"
"Lah kok mesum? Kan sama pacar sendiri," balas Aksa tak mau kalah.
"Belum muhrim, tunggu udah halal dulu," ucap Aileen. Ntah darimana dia terpikir perkataan seperti itu.
"Kelamaan, sekarang aja deh. Percobaan gitu"
"Beneran mau cium?" Sekarang Aileen menyodorkan pipinya.
Dan ketika Aksa mau melesatkan bibirnya ke pipi Aileen. Aileen dengan cepat menghalangi nya dengan gelas yang berisi jus apel punyanya.
"Cium pantat kuda sono," ujar Aileen diakhiri dengan kekehannya. Dan kasihan melihat Aksa yang merasa kedinginan akibat menyium gelas itu.
"Aileen jahat ih," dan Aksa kembali mencubit pipi Aileen lagi.
"Idihh, alay banget" balas Aileen setelah mendengar ucapan Aksa tadi.
...
Sepertinya komplek perumahan Maira dan sepi. Tidak ada satupun penjual makanan di gerbang komplek itu. Biasanya banyak sekali disana berbaris pedagang, dari mulai sate, martabak dan makanan lainnya.
Akhirnya Chaca memutuskan untuk duduk di bangku taman dekat komplek itu. Disana sepi tidak banyak orang. Hanya ada satu dua saja. Mungkin orang-orang itu sama seperti Chaca yang ingin menenangkan diri dan melupakan sejenak masalahnya.
Chaca menatap langit yang gelap. Tak ada satupun bintang disana. Bulan pun tampak redup tidak memiliki cahaya. Sama seperti hati Chaca sekarang, mendung. Tinggal menunggu hujan datang dan Chaca pun bisa menangis tanpa ada yang mengetahui.
"Bintang kenapa gak temenin bulan? Bulan nya kasihan sendirian," ujar Chaca bermonolog sendiri sambil tersenyum pahit mengingat kejadian tadi.
"Kakak jangan jadi kayak bintang ya, ketika bulan nya redup bintang malah menghilang. Chaca mau kak Alfath selalu ada disamping Chaca," lanjut Chaca bermonolog sendiri masih sambil menatap ke arah langit. Tak lama kemudian setitik air jatuh ke pipi Chaca dan dilanjutkan dengan hujan yang sangat deras membasahi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA dan SAHABAT (NUCA's Story)
Teen Fiction[Slow Update🙂] -On Going- Nayara yang terkenal dingin, Umaira yang disukai karena sifatnya yang kalem dan pendiam, Clarisa seorang anak baru yang cuek dan jutek, dan Aileen yang sangat frontal dan pedas kata-katanya. Bagaimana mungkin empat orang g...