28. Kenyataan Pahit?

587 86 15
                                    

kayanya bakalan jarang update deh, tapi ga tau deng.

***


Di rumah sakit, Nathan sama yang lainnya dapet kabar kalo Nada hilang, diculik sekelompok orang ga diketahui identitasnya. Nathan jelas-jelas panik, entah kenapa pikirannya melayang kepada Mahesa dan juga komplotannya saat ini.

Diam-diam, Nathan mengeratkan tangannya erat lebih erat dari sebelumnya.

"Anjing!" Umpatnya kesal, kemudian meninju tembok rumah sakit dengan keras.

Nathan memijat pelipisnya pelan lalu sedikit mendongak ke arah atap rumah sakit kemudian merenung. Kenapa Mahesa nyulik Nada sih? Jelas-jelas masalahnya dengan dia bukan sama Nada.

Rivaldo, Kevin sama Rian juga cuma bisa diam. Berpikir sekeras mungkin Nada dibawa pergi kemana oleh komplotannya Mahesa.

"Nath, kita cek markas mereka aja gimana? Siapa tau Nada di bawa ke sana? Atau engga kita dapat clue?" Saran Kevin setelah sekian lama berpikir.

Tadinya Nathan ingin menolak, percuma. Mahesa ga akan segampang itu buat nyembunyiin Nada dari Nathan. Pastinya juga Nada di bawa pergi jauh, paling jauh luar kota.

"Oke kita coba ke sana."

"Ayo, takutnya mereka keburu kabur." Usul Rian.

Namun baru juga mereka berlarian dari koridor menuju pintu keluar, tiba-tiba Jaemin datang dari depan pintu dengan raut wajah yang benar-benar datar.
Tatapannya mengarah kepada putra satu-satunya, yaitu Nathan.

"Nathan, ikut ayah sebentar."

"Tapi ayah, Nathan—"

"Kamu ga boleh cari Nada sebelum kamu bicara sama ayah Nathan." Tegas Jaemin cukup jelas kepada Nathan.

Menghela nafasnya gusar, mau tidak mau akhirnya Nathan mengangguk. Mengikuti ucapan sang ayah untuk kali ini saja, meskipun suasananya lagi genting gini.

"Kevin, gue serahin semuanya sama lo."

"Oke, kalo gitu kita bertiga pergi dulu. Lo ga usah khawatir."

"Hati-hati bro!"

"Masuk."

Di dalam ruangannya Jaemin, Nathan masuk kemudian langsung duduk di hadapan sang ayah dengan perasaan ga enak. Semoga, bundanya ga tau.

"Jujur sama ayah, kamu punya masalah lagi sama Mahesa? Iya?"

Nathan diam, lalu memalingkan wajahnya sekilas dari hadapan Jaemin.

"Jawab ayah Nathan."

"Iya, punya."

Bugh!

Brak!

Semula kursi yang tengah Nathan duduki tadi kini sedikit terlempar ke arah belakangnya. Setelah tubuh Nathan diguncang hebat oleh tinjuan dari Jaemin tadi.

"Punya masalah apa lagi? Hah?"

"M-masalah dulu."

Bugh!

"Belum selesai juga iya?"

"B-belum."

Brak!

Dengan kesal Jaemin menendang kursinya kasar dan kini tatapannya beralih kepada Nathan yang sudah terbatuk-batuk sambil mengeluarkan beberapa tetesan darah dari mulutnya.

"Nathan kamu ini udah besar. Kamu seharusnya bisa bersikap dewasa, bukan cuma kamu korbannya. Tapi Nada, dia yang ga tau apa-apa jadi korban Nathan. Ngertiin keadaan."

Racing 2 ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang