07. Permintaan Nathan

1.1K 158 5
                                    

Di dalam mobil yang mewah, Nada terduduk lesu sambil menghela nafasnya beberapa kali. Mata sebelah kanannya lumayan bengkak karena benturan semalam yang disebabkan oleh sang ibu yang masih membekas.

Guanlin menoleh dengan tersenyum samar
ternyata anaknya terluka oleh ibunya sendiri.

Guanlin pun gak abis pikir banget sama istrinya itu, ralat mantan istri maksudnya.

Tiba-tiba lamunan Guanlin terpecahkan, ketika Nada memangilnya dengan sebutan papah sebanyak tiga kali. Guanlin pun menoleh kepada putrinya.

"Kenapa? Mata kamu sakit?" Tanyanya khawatir.

"Engga ko pah, Nada mau pamit soalnya sebentar lagi bel. Papah hati-hati di jalannya ya."

"Iya, fokus belajarnya ya nak. Jangan pikirin soal yang tadi malam. Nanti kamu sakit lagi."

"Iya papah, jangan khawatir. Nada nurut ko, Nada duluan pah."

"Ya, papah juga mau ke kantor."

Mengangguk mengerti akan ucapan sang papah, Nada keluar dengan senyuman khasnya dipagi hari. Menyapa siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor sekolahnya.

Di dalam mobil Guanlin hanya bisa tersenyum masam. Anaknya padahal sangat baik, kenapa ibunya malah menyebutnya tidak berguna? Mungkin mantan istrinya salah obat.

"Nada—! Eh, matanya kenapa!"

Sontak Nada melebarkan matanya terkejut, ketika Vania dengan lantang berbicara seperti itu kepadanya. Dasar ember bocor! Gak anak gak bapa, sifatnya sama aja.

"Hesh! Mata gue gak papa, cuma kemasukan debu!" Bela Nada, karena tidak mau ada salah paham antara dirinya dengan keluarga kecilnya.

Meskipun itu kenyataannya.

"Seriusan? Ini kayaknya bekas..." Ucapan Audrey memelan, saat satu kemungkinan muncul dibenaknya.

"Serius, semalem kan lagi beres-beres gudang, mau cari buku kelas semester 1 mata pelajaran fisika. Guenya lupa kalo gudang udah lama gak diberesin dan banyak debunya alhasil mata gue kena imbasnya." Jawab Nada panjang lebar.

"Eh ya, semalem nelpon ada apa? Maaf, guenya ketiduran." Timpal Vania, dan Nada semakin tersudut. Sedangkan Audrey hanya diam, berusaha mencari titik kebohongan Nada.

"Hehe, gabut. Jadi nelpon lo deh."

Satu detik, dua detik.

Mereka masih diam, hingga di detik ketiga mereka berdua tersenyum bersamaan. "Sialan! Gue kira ada apa!" Protes Vania dan langsung memeluk Nada.

"Tau ih, gua khawatir tau gak. Soalnya gue takut lo diapa-apain. Tapi lo malah bercanda! Kesel gue!" Sahut Audrey dan menjitak kepala Nada pelan.

"Hehe, maaf. Gak sekali-kali lagi deh." Ujarnya tersenyum lembut.

"Ya emang gak boleh! Bikin orang khawatir aja! Dasar." Umpat Vania masih kesal. Sabar boss ku!

"Udah-udah, daripada ribut kita ke kelas yuk. Bentar lagi bel soalnya." Ajak Audrey. Lalu diangguki oleh Nada dan juga Vania secara bersamaan.

Sepakat untuk masuk ke dalam kelas, akhirnya mereka sampai di kelas tercinta dengan tawa kecil mereka. Tidak terlalu jauh sih dari tempat mereka tadi ngobrol. Makanya cepet masuk ke dalam kelasnya.

Racing 2 ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang