06. Keputusan Buruk

1K 166 23
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan Nada masih berdiam diri di rumahnya Nathan. Entahlah, Nada pikir akan lebih baik jika dirinya pergi dari rumah. Namun di sisi lain juga, ia harus pulang takut terjadi apa-apa kepada kedua orang tuanya itu.

Nada jadi bimbang.

"Em, Nathan anterin pulang yuk."

Nathan yang sibuk memainkan game online itu pun menoleh. Nathan pikir, Nada akan menginap di rumahnya. "Kenapa? Bukannya lo masih ragu?" Tanya Nathan, lagi-lagi Nada menunduk.

"Gue ragu, tapi gue harus pulang. Gimana pun juga, gue anak kandung mereka. Gue, gak boleh egois."

"Yakin?" Ulang Nathan, dan Nada hanya mengangguk mantap.

"Ayo, gue anterin."

"Seriusan?"

"Serius, ayo. Seragam lo besok gue bawain, kata bunda masih basah."

"Pamit dulu, gue gak enak."

Nathan hanya mengangguk pelan sambil membawa jaket hoodie-nya keluar kamar. Oh ya mereka tengah duduk di kamar, Nathan bukan kamar sih tapi kaya tempat tongkrongan lagi.

Nathan keluar, lalu disusul oleh Nada yang mengekor dari belakang. Sesampainya di ruang tengah, Nada tersenyum tepatnya senyuman kikuk.

"Eh Nada. Mau kemana nih? Udah malem." Ucap Jaemin dengan senyuman tipis.

"Anu— Nada mau pulang om, tante. Takut mamah sama papah nyariin."

"Gak mau nginep nih? Padahal kalo gak mau pulang nginep di sini aja."

"Hehe, engga tante. Lain kali aja, em Nada pamit om, tante. Makasih buat hari ini."

"Sama-sama, jangan kabur-kaburan lagi ya. Terlebih lagi kamu cewek." Peringat Natta, dan Nada hanya tersenyum simpul.

"Bun, yah. Nathan nganterin Nada dulu."

"Hati-hati, jangan ngebut loh. Kasian anak orang."

"Gak papa, anak orang ini. Ayo."

Nada menatap Nathan sinis, kemudian menatap Natta dan juga Jaemin dengan senyuman manis. Orang tuanya baik, kenapa anaknya amit-amit sih? Gumam Nada kesal.

Sampai di depan teras, udara dingin kembali menusuk kulit Nada dengan mudah. Iyalah udah hampir jam 10 malam, ini malah mau keluar apalagi abis hujan lagih.

"Gue gak bawa jaket dua, males. Jadi peluk aja kalo dingin mah." Jelas Nathan peka.

"Enak di lo gak enak di gue." Tolak Nada mentah-mentah, padahal mah.

"Ya kita sama-sama untung lah, lo anget, gue anget. Infas?"

"Eh iya juga sih."

"Yeu, katanya anak IPA. Masa gak tau simbiosis mutualisme." Ujar Nathan kembali menoyor jidat Nada.

"Sakit! Ya kan gue lagi gak fokus, jadinya linglung. Maaf."

"Polos banget lo. Ayo naik."

Nada menghela nafasnya dengan kesal, kurang ajar banget anak ini. Dikira jadi anak ambisius gak cape apa, mana lagi di sebut polos lagih. Eh emang polos sih.

Nada naik ke atas motor ninja milik Nathan dengan hati-hati. Takut jatuh terus kalo jatuh nanti diketawain lagih sama Nathan. Au ah gelap.

"Diem, motornya jangan digoyangin." Peringat Nada tegas.

"Iya, cepetan. Kesel tau."

"Ya sabar dong— NATHAN! ATUH JANGAN DIGOYANGIN! TAKUT JATOH NIH!"

Nathan tertawa dengan puas, lalu tangan kirinya memegang tangan kanan Nada untuk membantu sang cewek naik ke atas motornya. Sedangkan kaki panjangnya, berusaha menahan bobot motor dan juga bobot penumpang yang ada di motornya.

Racing 2 ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang