⛅Dua~Satu⛅

271 41 34
                                    


Comment dan Vote kalau kalian suka ceritanya~


Enjoy reading semua~~

Enjoy reading semua~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Warning! time loncat ke 2 minggu kemudian)

.

⛅⛅⛅

.


Kun menghembuskan nafas jengah, memukul pelan setir mobilnya, lalu menatap tanpa minat pada deretan kendaraan yang mengular didepan. Menutup semua akses jalan yang tersisa.

Konser jalan sialan!

Lelaki berumur akhir dua puluh itu meraih ponsel yang terletak disaku. Setelah sebelumnya menarik lengan kaus rajut birunya hingga siku.

"Maaf"

Pandangan Kun tak teralih, tetap mengutak atik ponsel meski lelaki dengan hoodie yang duduk dikursi penumpang kini nyaris merengket. Takut jika Kun memaki maki menggunakan kata kasar. Memakinya.

Ya, ini semua memang salah Yangyang. Coba saja dia tak membuat Kun sakit telinga atas rengekan meminta ayam. Mungkin Kun sudah duduk nyaman diatas sofa sambil membaca buku yang baru dipinjamnya dari perpustakaan.

"Aku kan tadi sudah bilang pesan delivery saja, biar diantar ke...."

"Bisa diam tidak?!" Kun menghadrik, menatap Yangyang nyalang.

Pemuda Liu itu sontak menutup mulut, membuang pandangan keluar jendela mobil. Menahan air mata yang entah memaksa berdesakan keluar.

Sial! Kenapa ia bisa menangis hanya karena dibentak?

Lagipula, ini sebenarnya bukan sepenuhnya salah Yangyang. Tapi kenapa hanya ia yang minta maaf? Kenapa seolah hanya Kun yang berhak kesal dan marah?

Yangyang hanya meminta ayam, ditambah satu cup Ice Aloevera yang sering dibuatkan Papi setiap ia datang berkunjung. Namun, Kun justru menyeretnya menuju basement, mengemudikan mobil kemari, dan berakhir terjebak dalam anteren kendaraan yang saling berebut jalan. Ah, bukan itu akhirnya, Kun menyalahkannya, dan berakhir seperti ini.

Sedangkan yang membentak, kembali fokus pada gawai ditangan. Mengabaikan pemuda Liu yang sibuk menetralkan segala pemikiran yang mendadak berkecamuk.

Apa Kun tidak berniat meminta maaf padanya?

Yangyang tersenyum kecut. Siapa dia meminta Kun mengucapkan kata murahan itu? Ia bukan Chenle atau Ten, yang punya tempat khusus dihati Kun.

Ia hanya seorang remaja yang suka membolos, punya hidup liar demi mendapat uang dari jernih payah, tak sengaja bertemu Kun di perpustakaan hari itu. Ketika hujan dan Lino tak menepati janjinya untuk balapan bersama.

INterlude [KUNYANG] || Present ; pria bercangkir biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang