⛅delapanBELAS ⛅

285 42 10
                                    


Comment dan Vote kalau kalian suka ceritanya~


Enjoy Reading Yeorobun ^-^


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

⛅⛅⛅

.


Yangyang segera memesan taksi begitu sambungan telepon diputuskan secara sepihak oleh Kun. Kembali dengan tergesa kedalam, pamit kilat pada Xiaojun sekaligus memberikan tatapan tajam pada pria disampingnya, dan mengisi data peminjaman buku secepat mungkin.

Begitu keluar, sebuah mobil berwarna putih telah menunggu, bersiap mengantarkannya menuju apartemen Kun, dengan upah yang telah ditetapkan. Sebagai bayaran atas jasa yang ditawarkan.

Yangyang tak peduli jika uangnya kembali melayang. Ada euforia bahagia yang terlanjur meletup memenuhi rongga dada. Pikirannya dipenuhi tanda tanya juga kata terakhir Kun ditelepon. Itu artinya, ia diminta secepatnya datang. Apakah Kun membutuhkannya?

Wah, itu kemajuan luar biasa.

Yangyang duduk dikursi belakang sambil mengigit bibir, menyandarkan punggung pada empuknya jok taksi. Mengingat pertemuan terakhirnya dengan Kun yang tak terduga. Beruntung keduanya bisa saling mengatasi dengan baik. Sama sama bersembunyi. 

Yeah, Kun tampak begitu bahagia bertemu Ten. 

Tak masalah, ia terlanjur senang, Kun akhirnya menelpon!

Taksi yang ditumpanginya berhenti disebuah bangunan tinggi menjulang berlantai empat puluh. Yangyang mengambil opsi pembayaran online, supaya tak merepotkan. Segera dibawanya ransel melangkah, memasuki pelataran. 

Dalam satu menit, ia berhasil masuk ke salahsatu lift terdekat, dengan santai menekan tombolnya. Menuju lantai dimana Kun tinggal.  Hingga menghentikan kakinya kedepan pintu coklat, mengarahkan jemari pada bel yang ada. 

Harapan tinggal harapan. 

Yangyang membeku begitu yang membuka pintu bukanlah Kun, melainkan seorang lelaki manis dengan pipi chubby dan berkulit putih. Tersenyum lebar menyambutnya. 

Lelaki ini.. Siapa?

"Yangyang ya?" Tanyanya, tetap dengan senyum lebar. Kali ini membuka lebih banyak akses supaya Yangyang bisa masuk

Pemuda Liu itu mengangguk kaku, menelan ludah.  Mengapa berbagai presektif timbul tenggelam di kepalanya? dan kenapa dadanya seolah dihantam suatu yang tak kalah menghampit dari kemarin?

INterlude [KUNYANG] || Present ; pria bercangkir biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang