⛅s.e.m.b.i.l.a.n⛅

426 59 10
                                    


Comment dan Vote kalau kalian suka ceritanya~


Enjoy Reading Yeorobun ^-^


Yang merasa belum biasa sama 🔞🔞🔞bisa berhenti baca bagian pergantian latar waktu, ketika Yangyang memanggil Kun, okey?

*Seharusnya saya up semalem aja,  biar enak bacanya, tapi ga papa ya? Pagi pagi disuguihin beginian

*Seharusnya saya up semalem aja,  biar enak bacanya, tapi ga papa ya? Pagi pagi disuguihin beginian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

⛅⛅⛅

.


Kun menatap semangkuk ramyeon yang masih mengepul diatas meja. Ia baru saja melangkah lega dari dapur, memastikan tempat kesayangannya itu tetap utuh.

Bagaimana tidak?

Saat Kun membuka pintu depan beberapa belas menit yang lalu, ia disuguhi pekikan dari sana. Lalu hal yang selanjutnya tertangkap kedua netranya adalah Yangyang dengan senyum bodoh sembari memegang spatula, keluar dari balik pintu kaca, memberi pernyataan sambutan atas kepulangan dirinya.

Serta merta, Kun berlari selebar yang langkahnya bisa untuk mencapai tempat sakral di apartemennya tersebut. Memastikan semua baik baik saja, meski dalam kenyaataanya tidak.

Setidaknya tidak ada asap kebakaraan, penggorengan berwarna hitam, atau lebih parah, banjir dadakan. Hanya genangan air dibawah wastafel, cairan kental putih telur diatas meja dan tempat sampah yang terguling, memperihatkan beberapa cangkang telur juga bungkus bumbu ramyeon yang berserakan.

Kun baru saja keluar untuk membeli beberapa barang, juga memberi set celemek baru di toko grosir terdekat.

"Ayo duduk" Yangyang mendongak.

Pemuda Liu itu membuka bungkus sepasang sumpit kayu, menyerahkannya pada Kun. Menghentikan aktifitasnya sejenak dari mengaduk ramyeon miliknya sendiri.

Kun tidak suka ramyeon kuah yang diaduk. Lelaki yang notabene-nya telah menginjak usia akhir dua puluh itu memilih membiarkan telur dan sayuran tertata rapi diatas gulungan putih matang tersebut, lalu memakannya dengan takaran pas.

"Saldoku tidak cukup untuk membeli ayam, dan aku kelaparan. Kupikir kau akan lama, jadi aku membuat ramyeon" Yangyang bercerita, sembari mengangkat sumpit. Membiarkan kepulan asap bersatu dengan udara.

"Dengan membuat dapurku menjadi bangkai titanic?"

"Tidak begitu, Yak! Bisakah kau lebih menghargai usahaku? Aku bekerja keras untuk membuat ini tau?"

INterlude [KUNYANG] || Present ; pria bercangkir biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang