- Ch. 10: Invitation -

359 47 1
                                    

"Sakura..." Panggil Makoto sembari mendekat membuat Sakura langsung mematikan ponselnya.

"Iya, paman?"

"Sebulan lagi Shihochi akan menikah dengan putra dari Keluarga Sasame. Aku tahu ini mungkin terasa mendadak, tapi aku berharap kau bisa datang ke sana untuk menggantikan posisi Satoru." Makoto tersenyum tipis.

"Tentu saja paman, aku akan datang. Lagipula aku sudah berjanji." Balas Sakura ikut tersenyum.

"Oiya, karena ini acara pernikahan, jangan lupa untuk membawanya." Lanjut Makoto membuat Sakura terdiam bingung.

Membawanya? Siapa? Batin Sakura. Ia mulai mendapat firasat yang tidak enak.

"Aku tahu kau sekarang tinggal bersama kekasihmu yang seorang polisi. Jadi, tidak usah berpura-pura begitu.

"Jangan lupa mengajaknya ya, kami sangat menunggu kedatangan kalian." Pesan Makoto, lalu mengajak Matsumoto pergi menyapa tamu. Sakura mengangguk kecil dan terpaksa menunjukkan senyumnya.

***

"Ketemu, Aryn."

Orang itu terlonjak kaget. "Kaito?! Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian mau mencuri barang milik tuan ya?"

"Kurasa harusnya aku yang berkata seperti itu." Ucap Kairi melempar kartunya dan membongkar penyamaran gangler itu. Detik berikutnya ruangan itu sudah penuh dengan suara tembakan.

9-0-3

"Koleksimu kami ambil." Ucap Umika dan Touma bersamaan. Keduanya menendang gangler itu.

Bukannya pasrah dan meratapi nasibnya, Aryn justru tertawa. Hal itu membuat Lupin bingung.

"Hahaha... sepertinya kalian belum menyadarinya..."

"Apa maksudmu?" Tanya Kairi mulai waspada.

"Seluruh koleksi itu akan hancur, jadi sia-sia saja kalian mencoba mengumpulkannya. Apa teman kalian itu belum mengatakan kalo ini menyangkut balas den-"

***

S-Nize

Magical Change

Super Magical Strike!

***

BOOM! Aryn meledak begitu saja. Tak lama, terdengar suara langkah kaki menuruni tangga di dekat mereka.

"Terlalu banyak bicara." Komentar Sakura memegang sebuah koleksi yang mirip dengan X-changer milik Noel. Hanya saja itu bukan sepasang.

"Balas dendam. Apa maksudnya itu?" Touma melempar tatapan dinginnya.

"Sebaiknya kalian tidak ikut campur."

"Kau..." Geram Kairi sembari mengepalkan tangannya.

"Dengan sikapmu begini, untuk apa kami harus per-"

"Lalu kenapa kalian datang kemari?" Pertanyaan itu sukses membuat Kairi terbungkam.

"Aku sudah bertanya kalian percaya atau tidak. Dan kalian sudah menjawabnya dengan muncul di sini. Jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu lagi." Ucap Sakura, lalu beranjak meninggalkan tempat itu.

***

"Sakura, sesuai yang ku janjikan waktu ini. 9 koleksi terakhir." Ucap Makoto menyerahkan sebuah kotak pada Sakura. Acara pamerannya baru saja berakhir

"Terima kasih banyak paman. Maaf, aku sudah merepotkanmu." Balas Sakura tersenyum manis.

"Tidak merepotkan kok. Lagipula aku juga tidak sengaja menemukannya waktu itu. Jadi langsung saja aku ambil."

"Jadi berapa totalnya paman?"

"Tidak perlu."

"Jangan begitu paman. Aku tidak enak. Setidaknya biarkan aku membayarnya meski hanya seperempatnya saja."

"Sudah ku bilang itu tidak perlu. Tapi jika kau tetap bersikeras untuk membayarnya, bayar saja dengan kehadiranmu dan dia dalam pernikahan Shihochi nanti.

"Selain dari itu, aku tidak akan menerima sepeser uang darimu." Putus Makoto dengan tegas.

"Wakatta. Lagipula memang tidak ada pilihan lagi."

Setelah percakapan itu, Sakura kemudian pamit untuk kembali berkerja. Sesampainya di luar gedung, Matsumoto langsung menghampirinya.

"Nona, tuan muda tengah menunggu anda di taman." Ucapnya.

Sakura menghela napasnya sejenak. "Pergi dan temui paman. Nanti aku akan pergi sendiri."

"Baik nona. Jika perlu sesuatu, hubungi saja." Matsumoto membungkuk sebelum akhirnya pergi.

***

Noel menunggu di taman yang ada di luar galeri seni itu dengan gelisah. Lagi-lagi gadis itu membuatnya bertanya-tanya. Sedangkan Kairi dan yang lainnya kembali ke Poirot.

Sebenarnya mereka tidak mau pergi dan ingin mendengar penjelasan gadis itu. Namun, karena saat ini mereka berstatus buronan polisi, mereka tidak ingin mengambil resiko dan ketahuan oleh anggota polisi yang berjaga di luar galeri.

Di saat menunggu Sakura, ponsel Noel berdering. Sebuah nama yang sangat ia kenal tertera di layar.

Hikari is calling you...

"Bonjour, Hikari-kun. Ada apa kau meneleponku?" Ujar Noel menjawab panggilan itu.

"Pernikahan?"

"Aku tidak menyangka kau akan segera menikah. Kapan pernikahannya? Sebulan lagi?"

"Oui, tentu saja. Aku pasti akan datang. Tidak mungkin aku tidak datang ke pernikahanmu."

"Baiklah, adieu..."

Selepas memastikan bahwa pembicaraan Noel telah selesai, barulah Sakura melanjutkan langkah kakinya menghampiri pemuda berambut cokelat itu.

"Kau harusnya pergi bersama Lupin, Noel." Ucap Sakura.

"Aku tahu koleksi tadi hanya sebuah panjangan." Balas Noel seraya memasukan ponselnya ke saku celana. Sakura menghela napasnya. Tidak seharusnya Noel tetap menunggunya di sini.

"Akan ku jelaskan tapi tidak di sini." Ucap Sakura lalu menarik Noel pergi dari sana. Tak jauh di belakang mereka, seorang pria tampak tersenyum melihat hal itu.

It begins...

.

.

.

.

.

.

.

Sorry aku lupa update kemarin :")

Aku ingatnya tanggal 14, eh ternyata aku janjinya tgl 13 ya :''''

Yaudah deh, kalau gitu lusa aku update lagi. Anggap saja sebagai pengganti buat yang kemarin :)

Jan lupa vote dan komen yaaa

See you next chap on 16 Des

Adieu...

Lupinranger VS Patranger: Revenge of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang