23 - Puncak Rasa Sakit ⚠️

12.1K 1.3K 173
                                    

⚠️Trigger warning⚠️

Self-harm, feeling useless, toxic family.
Bisa skip part ini jika merasa tidak nyaman.

Hidup memang akan ada masanya saat sedang tidak baik-baik saja, tapi kamu hebat sudah bertahan dan berjuang sejauh ini. So, please don't give up!

Love u.

*****

Berusaha membahagiakan orang lain tidak harus mengorbankan diri sendiri.

*****

Untuk kesekian kalinya dalam beberapa menit terakhir, gadis itu terus menahan sesak. Apa yang ia takutkan selama ini mungkin akan menjadi kenyataan--parasit di keluarga.

Nadia akan kembali meminta kepada orang tuanya karena gaji terakhir yang ia dapatkan dari Mbak Tara tidak mungkin bisa membayar biaya hidup di sisa masa kuliahnya.

Bahkan, Nadia merasa akan habis sebelum awal semester tiga. Berulang kali ia mengajukan banding UKT ke pihak fakultas, selalu dianggap abai karena statusnya sebagai anak PNS.

Otaknya memang telah berubah susunan sehingga membuatnya menjadi gadis pemikir seperti ini. Pikirannya selalu mengatakan jika dirinya adalah pecundang penuh kebohongan yang tidak pantas untuk bangkit. Gadis itu merasa hidupnya tidak ada artinya dan penuh dengan dosa.

Sebuah suara notifikasi chat menjadi sesuatu yang berhasil membuatnya mengerjap setelah lama memejamkan mata di atas kasurnya. Tangannya meraba sekitar, mencari keberadaan benda pipih itu.

Sebuah pesan masuk dari teman sekelasnya di grup membuat mata yang awalnya terpejam telah terbuka dengan sempurna.

Zenith
Guys, nilai Dasar Epid sama Sosankes udah keluar ya

Suatu kebiasaan yang selalu ada di grup kelas acap kali terdapat nilai yang baru di-input oleh dosen. Salah satu mahasiswa akan menginfokan di grup seperti ini.

Nadia kembali menghela napasnya panjang berulang kali sebelum layar ponselnya telah beralih ke website kampus. Tangannya terasa berat untuk menekan kolom transkrip nilai. Pasalnya, dua nilai yang baru di-input tersebut menentukan IPK final di semester ini.

Ia sama sekali tidak memiliki harapan pada nilai Dasar Epid. Mungkin, mendapat nilai B saja ia tidak mampu mengingat tiga soal waktu itu hanya ia kerjakan asal tanpa penulisan rumus yang jelas.

Setelah layarnya menampilkan kolom nilai, Nadia hanya mampu menatapnya dengan nanar. Cukup lama hingga akhirnya sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

"Halo, Bu?" Nadia menjawab telepon ibunya dengan nada yang bergetar.

"Di mana?"

"Nadia di kos."

"Kapan pulang?"

Nadia menggigit bibirnya sebelum memutuskan untuk menjawab, "Kayaknya Nadia liburan ini nggak pulang, Bu."

"Kenapa?" Belum sempat Nadia menjawab, wanita tersebut lantas membombardirnya dengan pertanyaan yang membuat Nadia kian tersudut. "Udah lupa sama rumah? Udah lupa sama keluarga?"

"Enggak, Bu. Nadia cuma mau--"

"Mau apa? Kalau lupa juga nggak apa-apa, kok." Terdengar helaan berat di seberang sana membuat Nadia meremas ponsel yang menempel di telinga kanannya dengan keras.

Impostor (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang