🔗 Proof [30] - KTH pov.

3.5K 631 54
                                    

Taehyung POV.

.
.
.

Aku bingung. Saat membuka mata, suasana yang aku lihat bukan seperti kamarku.

Bahkan tubuhku seperti mati rasa. Sangat sulit untuk melakukan pergerakan kecil. Apa aku terlalu lama tidur?

"Syukurlah kau akhirnya kembali hidup."

Mendengar suara itu, aku baru menyadari ada orang lain disini.

"Ken?" Suaraku terdengar lemah. Sudah berapa lama aku tertidur? Untuk berbicara saja rasanya lidahku kelu.

"Sebentar lagi dokter datang."

Aku tertegun melihat penampilan Ken yang terlihat berbeda. Aku seperti sedang berkaca, karena dia terlihat sama sepertiku.

Aku tidak melihat keberadaan Jungkook disini. Ah iya, aku sudah mengingatnya sekarang; kejadian sebelum aku terbaring lemah disini.

"Ken,"

"Hm?"

"Jungkook ... mana?"

Aku melihat raut wajah Ken berubah ketika aku meyebut nama Jungkook.

Yang ada dipikiranku sekarang adalah; Jungkook kembali menjadi aggota organisasi gelap itu dan dia meninggalkanku.

Aku kecewa padanya. Atau memang selama ini Jungkook tetap terhubung dengan kelompok gelap itu dan berbohong soal dia yang sudah bukan menjadi anggotanya lagi agar aku tutup mulut dan tidak membocorkan soal markas itu?

Sebenarnya bukan itu yang aku pertanyakan. Aku ingin tahu, apakah Jungkook benar mencintaiku? Atau dia hanya berbohong soal perasaannya padaku?

Seorang dokter masuk dan memeriksa kondisiku.

"Keadaannya sudah stabil. Dia hanya perlu istirahat agar lukanya segera membaik."

Aku mendengus dalam hati mendengar ucapan dokter. Istirahat? Bahkan aku merasa sudah tertidur selama bertahun-tahun hingga saraf ditubuhku terasa mati. Tidak mungkin aku terus-terusan berbaring disini.

Dokter itu sudah pergi. Aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku, tetapi rasanya kaku.

"Ken, bantu aku." Akhirnya aku meminta bantuan pada saudaraku.

"Kau mau apa?"

"Aku ingin duduk dan bersender saja."

Ken membantuku untuk duduk. Aku tak mengira jika Ken ada disini ... menjagaku?

"Ambilkan minum." Aku menyuruhnya lagi, lebih tepatnya meminta tolong.

"Ambil sendiri. Jangan manja."

Aku berdecak pelan. "Tidak sampai. Tubuhku terasa lemas. Aku minta tolong ambilkan minum itu. Aku haus sekali."

Ken memberikan segelas air itu padaku. Terlihat seperti tidak ikhlas melakukannya.

"Terimakasih." Aku mengucapkan terimakasih padanya. Bukan hanya soal segelas air ini, melainkan untuk semuanya.

Aku melihat Ken akan pergi dari ruangan ini.

"Mau kemana?"

Ken menoleh padaku. "Aku mau pulang. Kau kan sudah bangun. Cepat sembuh." Dia pergi begitu saja. Padahal aku masih ingin berbicara dengannya. Entah membahas apapun itu. Aku ingin memulai sebuah obrolan yang baik dengannya.

•••

Sudah tiga hari aku menjalani pemulihan di rumah sakit. Tapi dokter belum mengizinkanku pulang jika tidak ada sanak keluarga yang memberi persetujuan. Aku bahkan menjadi seperti anak sebatang kara sekarang. Ken juga tidak lagi datang menjengukku setelah aku sadar waktu itu. Benar-benar saudara yang jahat.

Proof「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang