Twenty-four

2.3K 310 183
                                    

Happy reading 🐻
Jangan lupa Follow this acoun, dan voment juga 🙃(kgk mau tahu gw🤣)

.
.
.

Taehyung sama sekali tidak diberitahu bahwasanya kekasihnya itu sudah tersadar kembali. Mereka takut jika Taehyung tidak akan bisa pokus dan melakukan kesalahan lagi.

Jadi kedua orang tua Yerin berencana untuk memberikan Taehyung kejutan saat ia pulang dari Rusia nanti.

Sekarang Yerin juga sudah bisa berbicara lagi, lantaran alat pernapasan yang memasuki mulutnya sudah bisa dilepas. Secara keseluruhan pisik Yerin sudah bisa dikatakan sembuh tapi masih harus diperiksa lebih lanjut, takut jika ada pendarahan pada otaknya. Dokter Geun dan beberapa perawat berusaha keras untuk menyembuhkan luka-luka Yerin, apalagi di bagian kepala yang tulang-tulang sedikit retak.

"Kenapa kakiku sakit jika digerakkan? Badanku juga sangat sakit," tanya Yerin pada Dokter Geun yang sedang berdiri di sampingnya.

Dokter Geun tersenyum.

"Itu karena anda terlalu lama berbaring jadi semua otot-ototnya kaku karena tidak digerakkan sama sekali."

Yerin terdiam sejenak.

"Tapi aku tidak akan lumpuhkan?"

"Tentu saja tidak, kaki anda bahkan tidak mengalami luka, kau harus rajin berjemur lalu bergerak agar otot-otot badanmu bisa normal kembali."

Yerin mengangguk mengerti.

"Baiklah." Jawab Yerin singkat.

Sedari tadi Yerin tidak bisa mengalihkan tatapannya pada pintu kamar, dia berharap Taehyung datang dan bisa memeluknya. Kemarin ia mendengar sangat jelas jika diluar itu adalah suara Taehyung tapi sampai saat ini Taehyung tidak datang bahkan kedua orangtuanya tidak mengatakan apapun mengenai Taehyung.

"Nona kami pergi dulu," ujar Dokter Geun.

"Iya, terimakasih."

.

Cklek

Yerin langsung melihat kearah pintu, ada rasa senang dalam benaknya, ia berharap itu adalah Taehyung tapi sepertinya harapan itu sirna karena di sana yang datang adalah kedua orangtuanya dan juga kakak-kakaknya.

Sangat jelas Yerin mendengus dan segera mengalihkan perhatian.

"Kau seperti tidak senang kami datang," ucap Ji-Sung saat melihat raut Yerin yang tidak antusias sama sekali.

Yerin tidak menjawab, ia mengabaikan apa yang Ji-Sung katakan. Yerin lebih memilih untuk menurunkan sedikit sanggahan kasurnya dan berbaring kembali.

Min-rae menghampiri putrinya, ia ingin sekali mengusap kepala Yerin namun ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu tepat ketika dirinya hendak menyentuh puncak kepala Yerin, Yerin menangis dan membentaknya karena merasa kepalanya akan pecah jika disentuh.

"Sayang jangan tidur dulu, kau harus makan," pinta Min-rae, memegang pundak putrinya.

"Makanlah lebih dulu aku nanti saja."

"Tapi sayang...."

Yerin menatap wajah sang ibu dengan tatapan sendu.

"Kumohon, aku sedang tidak ingin makan." Yerin memunggungi ibunya dan mulai memejamkan matanya kembali.

"Kau benar-benar tidak merindukanku? Rin, dari tadi kau terus tidur dan tidak ingin bicara padaku, kau juga jarang bicara pada Sojung, bukannya kau sangat berharap bisa bersama dengan kakak perempuanmu lagi?" ujar Ji-Sung, ia segera menggandeng tangan Sojung dan membawanya mendekat ke arah ranjang Yerin.

Cardiologist [Taerin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang