Seira meletakkan kacamata besarnya di nakas samping tempat tidurnya, ia meredupkan lampu kamar juga mulai membaringkan tubuh lelahnya.
Saat ini pikirannya berkecamuk, ayahnya sakit, ibu tiri dan saudara tirinya entah kemana membawa semua harta ayahnya. Dan kini, Dirga ayah Seira harus bertanggung jawab atas semua kerugian perusahaannya sendiri.
"Seira!" Panggil suara lemah Dirga. Seira yang baru saja membaringkan tubuhnya langsung bangun dan berlari ke kamar ayahnya.
"Ayah, apa ayah butuh sesuatu?" Siera duduk di tepi ranjang ayahnya.
Dirga menggenggam jemari anaknya, "ayah minta maaf! Karena ayah sudah menyusahkanmu. Ayah tahu, kamu sangat menginginkan gelar sarjana kedokteranmu, tapi sekarang keadaan ayah pun seperti ini. Maafkan ayah, yang harus mengorbankan masa depanmu, nak." Dirga pada putrinya Seira. "Maafkan ayah nak, karena ayah harus mengorbankan dirimu sebagai jaminan hutang ayah!" Bathin Dirga menyesal
"Ayah, ayah jangan terlalu memikirkan Seira. Yang harus ayah pikirkan adalah kesembuhan ayah. Besok, Seira akan mencari pekerjaan, siapa tahu ada kerjaan yang bisa Seira lakukan. Ayah tidak apa-apa jika aku tinggal bekerja?" Seira begitu menghawatirkan keadaan ayahnya.
"Ayah, tidak apa-apa! Semoga kamu mendapat pekerjaan itu yah nak!"
Seira tersenyum dan mengangguk. "Ini sudah malam, ayah tidurlah!"
...
Malam itu, Seira sedang berjalan pulang dari tempat ia bekerja di restoran, rintik hujan pun mulai turun. Ia terus berjalan tanpa merasa curiga apapun terhadap dua orang yang berada dibelakangnya.
Namun, saat melewati jalan sepi, Seira dibekap dari belakang menggunakan saputangan, Seira sempat berontak namun sesaat kemudian matanya terpejam dan tubuhnya lunglai. Para penyekap membiusnya dan memukul pelan leher Seira sehingga membuatnya pingsan.
Mereka membawa Seira ke rumah besar seperti istana ditengah kota.
"Hmm!" Ini dimana, gumam Seira mencoba membuka matanya dalam keadaan tangan dan kaki diikat diatas kasur mewah serta gelap. Ia berusaha bangkut, namun ia merasa tak berdaya ketika menggerakkan kedua tangan dan kakinya. "Kenapa aku diikat! Tolong, siapapun tolong aku!" Teriaknya
Seira terus berteriak meminta tolong, hingga terdengar suara pintu terdengar dan seseorang melangkah masuk. Seira tidak dapat melihat dengan jelas, siapa orang itu.
"Tolong, tuan tolong lepaskan saya!" Pinta Seira pada seseorang yang ia rasa sudah dekat dengannya.
Orang yang baru saja tiba dikamar Seira itu mendudukan dirinya di samping Seira. Seira juga merasa kasurnya bergerak, ia berusaha beringsut takut terjadi hal-hal yang tak diinginkannya.
"Tuan, tolong lepaskan saya!" Pinta Seira lagi.
Orang itu berdecak, "heh, kenapa aku harus melepaskanmu! Jelas-jelas sekarang kamu adalah milikku."
"Tuan, apa maksud anda. Tolong lepaskan saya, ayah saya sakit, dia pasti butuh saya!"
"Ayahmu sudah pergi menyusul istri dan anaknya keluar negeri. Dia sudah menyerahkan hidupmu padaku. Jadi mulai sekarang kamu harus patuh terhadapku."
"Ayah menyusul tante Ine dan Marinka! Ini tidak mungkin!" Gumam Seira pada dirinya sendiri.
Karena penasaran akan reaksi Seira, orang itu menyalakan lampu kamar. Seira berkedip menyesuaikan penglihatannya.
Ia melotot ketika melihat laki-laki yang menjadi saingan kuat perusahaan ayahnya itu, Ervan Erlangga. Pengusaha kaya yang banyak ditakuti para pengusaha lainnya.
