Kukuruyukkk!!
"Woammmm!!" Iren mengolet di atas ranjang. Kiki menggonggong membuat suasana pagi menjadi lebih ceria.
Iren mengambil handuk dan peralatan mandinya, lalu masuk ke dalam kamar mandi. 15 menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi. Iren mengenakan seragam, sepatu, lalu memungut tasnya. Kemudian, Iren turun ke lantai bawah, di mana keluarganya berada.
"Halo!" Sapa keluarga Iren.
"Hai." Iren duduk di bangku ruang makan dan sarapan bersama keluarganya.
Kraukk...kraukk...
"Ckckck, makan pelan-pelan dong, Dek!" Tegur Kak Ines sambil menggeleng kepalanya.
"Hehe. Ya maaf." Iren nyengir lalu melanjutkan sarapannya. Setelah melakukan aktivitas lagi, Iren menaiki montornya dan melaju ke sekolah.
"Hai Iren!" Sapa Lola sesampainya Iren tiba di tempat parkir sekolah.
"Halo. Apa kabar?" Jawab Iren sambil merapikan dirinya sebelum masuk ke sekolah.
"Aku baik. Ayo masuk!"
Lola dan Iren bergandengan tangan ketika mereka berdua masuk ke dalam sekolah. Udara begitu dingin hari ini. Angin berhembus dan membuat orang-orang merinding karena kedinginan. Iren menggosok-gosokkan kedua tangannya agar badannya hangat.
Sesampainya di kelas, udara menjadi lebih terasa dingin. Padahal AC tidak dinyalakan. Semua siswa terlihat sedang mengenakan jaketnya masing-masing. Melihat hal itu, Iren dan Lola ikut mengenakan jaket yang mereka bawa. Iren dan Lola duduk di bangku mereka dan memulai pembelajaran.
"Weii, hari ini dingin banget udaranya. Aneh ga sih?" Buka Mila sesudah bel istirahat berbunyi.
"Ya ga aneh sih. Biasa aja. Tapi justru enak kalau udaranya dingin begini awokawokawok," sahut Ali.
Di sisi lain, Iren sedang fokus menggambar, tidak ikut mengobrol dengan teman-temannya. Iren melamun ke lukisannya. Tatapan kosong, sepertinya Iren sedang memikirkan sesuatu. 'Kenapa perasaan gue ga enak banget ya. Kayak ada yang aneh nanti. Tapii...sudahlah. Gue ga boleh kayak gitu,' batin Iren cuek lalu melanjutkan karya lukisnya itu.
"Permisi."
Seseorang menampakkan batang hidungnya di ambang pintu. Seluruh siswa kelas 11 MIPA I memasang pusat perhatian ke arah itu. Ada seorang bapak berjas di sana. Pak William.
"Maaf saya mengganggu." Pak William masuk ke dalam kelas Iren. Iren menatap Pak William dengan perasaan takut, setelah mengenang peristiwa kemarin.
"Kamu Lola Delicia?" Tanya Pak William sambil menunjuk ke arah Lola. Lola mengangguk sopan.
"Nanti sepulang sekolah saya ingin membicarakan banyak hal dengan kamu ya," ucap Pak William. "Baik, Pak," jawab Lola.
"Baiklah, permisi. Saya balik dulu." Pak William pergi dari hadapan mereka.
"Huftt...gue kira Pak William mau ngapain. Eh, ternyata cuman begitu doang. Eh, by the way, Niken sama teman-teman centilnya itu sudah keluar dari sekolah ya? Kemarin kan mereka dihukum," Desah Mila.
"Gue dengar-dengar gitu sih, Mil. Katanya sudah keluar sekolah," balas Ali. Rendi mengangguk tanda setuju dengan perkataan Ali.
'Hah? Oh iya, Niken. Bagaimana ya setelah kejadian kemarin? Apa dia tetap marah terus mau balas dendam sama gue?' Batin Iren di mejanya.
"Yess! Berarti ga akan ada gangguan lagi nih dari Niken! Seneng banget gue! Rasain! Mereka akhirnya keluar dari sekolah! Rasanya hidup gue bebas!!" Sorak Mila riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...