"MAMA!!"
Grudukk! Gruduk!!
Iren menuruni tangga dengan langkah cepat sambil terus memanggil mamanya. "Mama!!"
"Eh, ada apa, Nak? Pagi-pagi udah teriak-teriak," ujar Windy sembari meletakkan sarapan di atas meja. "Itu...Mama, Papa, Kak Ines, tahu sepatu sekolah Iren? Sepatu sekolah Iren hilang sebelah!"
"Lah, kok isa sih, Dek?" Tanya kak Ines bingung. "Wah...mama ga lihat, Dek," jawab mamanya.
"Papa juga ga lihat. Kamu terakhir naruh sepatu di mana?" Tanya Waldo.
"Ya di kamar dong, Pa. Tadi pas aku mau pakai sepatu, tiba-tiba sudah hilang sebelah."
"Dimakan sama tikus kalik!" Goda Kak Ines. Satu pukulan pelan mengarah ke pundak Kak Ines. "Ih! Ga usah pakai mukul kenapa sih?"
"Sudah-sudah. Mungkin sepatu kamu di kamar, Dek. Coba periksa lagi. Barangkali tersembunyi di antara benda-benda lain?" Iren menggeleng.
"Engga, Ma. Iren udah cari ke seluruh kamar. Tapi ga ketemu." Iren memajukan bibirnya lalu duduk di salah satu bangku di ruang makan.
"Wait! Kayaknya aku tadi lihat kiki bawa benda warna hitam deh. Tapi aku juga ga tahu benda apa yang dia bawa." Seluruh keluarga saling berpandangan. "Hah? Beneran, Kak? Kiki?" Kak Ines mengangguk sekali lagi.
"Hihh! Jangan-jangan memang benar si kiki yang ambil sepatu aku!!" Iren segera berdiri dan mencari kiki di tempat yang biasa kiki sukai untuk bersembunyi. "Nah ketemu kau!!"
Gukk!! Guk!! Guk!!
"ARGH BENER SEPATU AKU!! KEMBALIIN WOI!!" Iren mengejar kiki dan akhirnya kiki tertangkap. Iren mengambil sepatunya dari mulut kiki.
"Nah, udah ketemu, Dek?" Tanya Kak Ines. "Udah! Ternyata memang benar, kiki yang ambil sepatu aku!"
"Tuh kan. Makanya tadi kakak curiga sama kiki. Kadang kiki suka jahil kadang engga. Ya sudah, ayo makan!"
Seluruh keluarga berkumpul dan sarapan bersama. Setelah semua kegiatan pagi dilakukan, Iren berangkat ke sekolah. Sesampainya di sana, Iren melangkahkan kaki menuju kelas. 'Oh iya. Gue lupa ambil buku ensiklopedia baru di perpustakaan! Gue ke sana dulu ah!'
Iren berbalik menuju perpustakaan sekolah. "Permisi," salam Iren di daun pintu perpustakaan.
"Iya, Nak? Ada apa, Iren? Mau pinjam buku ensiklopedia terbaru?" Tanya Bu Lia, pengurus perpustakaan sekolah.
"Hehe iya, Bu." Iren masuk ke dalam perpustakaan dan mengambil beberapa buku di rak tertentu. Dengan sigap dan teliti, Iren mengambil semua buku yang akan ia baca di rumah ataupun di sekolah. Saat Iren mengambil buku di sebuah rak, pandangan matanya berubah ke sosok cantik yang sedang duduk di kursi di bagian ruang baca. Iren menyipitkan matanya dan menajamkan penglihatannya. 'Itu siapa? Ga pernah lihat dia sebelumnya di sini. Tapi kok rambutnya pirang gitu sih? Apakah dia tamu sekolah?' batin Iren bingung.
"E...biarin. Gue harus ambil buku sebelum bel masuk." Iren membawa buku-bukunya lalu melangkahkan kaki ke kelas.
***
Tak terasa waktu cepat berlalu. Pukul 12.30 PM, anak-anak VHS sedang beristirahat.
"Eh, ren. Lo udah tahu murid baru sini?" Iren mengedikkan bahunya. "Lo tahu ga? Anak baru itu cantik banget lho, ren! Seriusan ga bohong!"
"Hah? Memang siapa dia?"
"Belum tahu namanya sih. Tapi rambut dia pirang, matanya indah, tingginya uwaww jangan ditanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...