"Woi-woi! Anak itu datang!!" Seru seorang siswa di dalam kelas. "Hah? Siapa woi? Anak itu banyak heh!" Tanya Ali yang ikut panik.
Seluruh kelas menjadi ikut panik karena kedatangan salah satu siswa itu. "Udah! Lo nanti juga tahu! Cepetan duduk, lihat aja siapa yang datang!!" Seluruh siswa duduk dengan keadaan panik dan suasana menjadi tegang, karena takut akan seseorang yang akan datang.
"Permisi, hellow alll!!" salam ketiga gadis yang baru saja datang. Sudah bisa ditebak. Dari ciri khas sapaannya, itu pasti Niken, Katy, dan Cici.
"Huft...gue kira siapa ternyata Niken toh. Lo kenapa panik banget sih? Kita semua jadi ikutan tegang!" Desah Ali kepada seorang siswa yang panik tadi.
"Dia kan anak pemilik sekolah. Sampai ada apa-apa, bisa-bisa dikeluarin dari sekolah. Lo mau dikeluarin?"
"Ya, tapi ga gitu juga kali. Panik sampai semua ikut panik!" Ali menghadap badannya ke depan.
"Okay. Tanpa basa-basi lagi, gue Niken yang cantiknya melampaui seluruh dunia menghadirkan berjuta kenangan akan membagikan buku-buku tugas kalian. Tadi Bu Kina suruh gue sama temen-temen buat bagiin buku ini ke kalian, soalnya sudah dinilai. Gue panggil satu-satu ya. Okay, mulai!" Celoteh Niken sambil mengambil buku satu per satu dengan centilnya lalu membacakan nama-nama yang tertera di situ.
"Huekk! Pengen ke kamar mandi gue. Centilnya minta ampun!" Kata Rendi di barisan belakang. "Siapa? Niken?" Tanya Ali di sebelah Rendi.
"Jodoh lo!" Jawab Rendi. "Cih!" Ali bergidik ngeri lalu melihat ke pandangan lain.
"Sstt!! Iren!" Bisik Mila yang duduk di belakang Iren. Iren pun menoleh ke belakang. "Niken datang tuh!"
"Terus? Gue harus bilang wow gitu?" Tanya Iren dengan tatapan tak peduli. "Bukan gitu!" Mila semakin mendekatkan bibir ke telinga Iren. "Gue yakin, dia pasti nyontek jawaban tugas para murid kelas sini! Lagian kenapa sih Bu Kina titipin buku ke dia? Dia kan bisa melihat isi buku dan jawaban kita. Terus mereka bisa nyontek, gitu kan enakan sana dong. Sedangkan kita? Susah-susah kerjain."
"Beneran? Lo yakin banget?" Iren terlihat tak percaya. "Hih! Beneran dong, ren. Gue paling pengalaman di sini. Sebelum lo tahu, gue sering ngadepin Niken sama temen-temennya. Bahkan gue pernah dihajar habis-habisan. Gue yakin banget, dia kayak gitu!"
Iren mengangguk lalu menghadapkan tubuhnya ke depan. "Kenapa?" Tanya Lola. Iren menggeleng pelan. "Nanti tanya aja sama Mila," jawab Iren dengan perasaan tegang karena ada Niken, Katy, dan Cici di depan kelas.
"Baik, yang pertama!! Yang pertama loh ya, inget!"
"Lo kira kita TK ha? Udah tahu kali kalau pertama itu ya pertama," gumam Mila dengan tatapan heran.
"Jonathan Ali!" Panggil Niken dengan suara lantang. Ali berdiri lalu memungut bukunya dari tangan Niken. "Kam...kamu? Kamu Jonathan Ali?" Tanya Katy dengan terbata-bata.
Ali tersenyum manis sambil mengangguk. "Ulululuuu...manis banget senyumannya huaa!! Jangan-jangan kamu sama aku ditakdirkan bersama cihayy!!" Jerit Katy dengan histeris.
Mila menutup mulutnya, menahan gelak tawa yang akan keluar dengan sendirinya. "Ups! Ngakak woi!" Ucap Mila terbahak-bahak di barisan belakang dengan tingkah yang geli. Lola dan Rendi ikut tertawa kecil. Sedangkan Iren tertawa dalam hati.
Lalu, Ali kembali ke bangkunya. "Woi! Ngakak lihat lo kayak gitu sama Katy!" Ujar Rendi dengan tawanya yang khas. "Hish! Apaan sih lo! Biasa aja kali!" Jawab Ali sedikit sebal.
"Oke, selanjutnya! Mila Melanie!"
Mila maju ke depan dan menyahut buku dari tangan Niken. "Cih! Nyahut biasa aja kalik!" Mila dan Niken bertatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...