Tap...tap...tap...
"Woi! Lihat tuh! Es batu baru jalan!"
"Weiya! Iren kan namanya?"
"Dasar kulkas!"
"Dingin banget jadi orang."
Akhir-akhir ini Iren memang terkenal sebagai gadis dingin di beberapa kelas di VHS. Iren hanya terus berjalan sambil menatap tajam ke sekeliling lorong. Matanya bertemu dengan lebih sepasang mata milik siswa-siswi lain yang mungkin berbeda kelas.
"Huuu! DASAR KULKAS JALAN!"
Iren menghentikan langkahnya. "Lebih baik anda diam atau masalah akan datang kepada anda. Jangan tunjukkan kebodohan anda dengan hujatan anda. Jangan tunjukkan bahwa anda tahu segalanya. Anda hanya tahu sisi luar," ucap Iren dingin nan menusuk ke salah seorang siswi yang baru saja dilewatinya.
Melihat tatapan dingin Iren, siswi itu bergidik ngeri dan menjauh dari Iren bersama teman-temannya. 'Huh, penakut!' Batin Iren dengan senyum miringnya, disusul langkahnya menuju kelas.
Sesampainya di kelas, Iren duduk di bangkunya. Di sampingnya ada Lola yang tersenyum tulus kepadanya. Iren mengangguk lalu mengeluarkan buku-buku pelajarannya.
"Uhukk! Uhukk!" Iren batuk. Wajah Iren tampak pucat. Bahkan hidungnya berwarna merah seperti sedang flu. Lola menyentuh dahi Iren dengan punggung tangan kanannya.
"Ish! Panas! Kamu sakit, ren?" Tanya Lola khawatir. Iren menggeleng lesu.
"Engga. Aku baik," ucapnya dengan suara serak.
"Tapi kamu pucat banget, ren! Kamu juga panas!"
Iren menggeleng. "Aku cuman kecapekan." Iren memaksakan diri dan membaca buku yang ada di hadapannya.
"Apa ini semua gara-gara aku yang mengajakmu ke tempat itu beberapa hari yang lalu?" Iren menggeleng lagi.
"Tidak, Lola. Bukan salah siapa-siapa. Lupakan, dan fokus!"
'Jam pertama akan segera dimulai. Siswa-siswi dimohon mempersiapkan diri sebelum kelas dimulai.'
Pengeras suara di VHS berbunyi keras, menggema ke seluruh ruangan. Semua siswa berlarian ke tempat duduk mereka dan mempersiapkan diri sebelum pelajaran dimulai. Kelas 11 MIPA I kedatangan seorang guru yang sangat mereka kenal. Tentu saja kenal, bahkan sangat. Pak Bernard, masuk ke dalam kelas tersebut.
"Selamat pagi, anak-anak. Bagaimana dengan liburan kalian? Baik? Senang? Kalian ke mana saja?" Buka Pak Bernard dengan senyuman ramah.
"Ke sawah!"
"Ke restoran!!"
"Ke bioskop!"
"Ke rumah kakek sama nenek!"
"Cuman di rumah aja, Pak!!"
"Ke tong sampah komplek!!"
Seluruh siswa menoleh disusul tawa mereka ke salah satu siswa yang baru saja menjawab pertanyaan Pak Bernard. "Loh, kok kamu liburan ke tong sampah komplek? Ngapain di sana?" Tanya Pak Bernard sambil tertawa.
"Kucing saya hilang, Pak! Jadi saya cari sampai ketemu! Setiap hari saya cari di tong sampah dekat rumah tapi ga ketemu-ketemu. Akhirnya kemarin ketemu di rumah orang lain, Pak!" Curhat siswa itu tanpa rasa malu.
"Makanya! Punya hewan peliharaan ya dijaga! Bukannya keluyuran mulu! Jadinya kucingnya ngambek, terus numpang ke rumah orang lain. Hahahaha!!" Timpal Ali. Seluruh siswa di kelas tertawa kencang.
"Hahaha, ya sudah. Mari kita lanjutkan pelajaran kita di semester dua ini. Buka buku kalian halaman bla bla bla bla...," ucap Pak Bernard panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...