"IREN!!"
Kring!! kringg!!
Suara bising yang bertubi-tubi menggema ke seluruh ruangan. Bahkan suara jeritan dari lantai bawah melebihi suara alarm yang saat ini sedang berbunyi nyaring di salah satu kamar si anak muda bernama Iren. Iren menutup kedua telinganya dengan bantal lalu bergulat dengan selimut yang dia pakai. Iren mengerutkan dahi karena suara bising itu masih menggema ke mana-mana.
Klek!
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Iren mendengarnya tetapi tetap bersikeras untuk terlelap di atas ranjang. Suara hentakan kaki masuk ke dalam kamar dan suara bising terdengar lagi.
"Ini anak malah ga bangun!! WOI BANGUN!!"
Iren tersentak kaget. Iren bangun dari posisinya bak mumi yang bangun dari petinya. Dilihatnya samar-samar ternyata ada Windy, mama Iren di ambang pintu. "Kenapa sih, Ma? Aku ngantuk...Mama tidur aja deh sana!" Kata Iren malas sambil memeluk guling.
"Ya ampun Iren! Kamu pasti begadang lagi ya! Mama kan sudah bilang, belajar itu baik tapi jangan sampai begadang! Ingat waktu!" Nasihat Windy kepada Iren dengan sedikit penegasan.
"Hm," dehem Iren.
"Ya sudah, lebih baik kamu bangun sekarang! Kalau ga, mama tuangin air seember mau?!"
"HA?!!"
Iren langsung bangun dari ranjang lalu melewati mamanya begitu saja. Windy geleng-geleng kepala sambil tersenyum gemas kepada Iren. Iren hanya cengengesan melihat ekspresi mamanya. Iren menyahut handuknya lalu membersihkan diri di kamar mandi. Setelah 15 menit berselang, Iren mengeringkan badan lalu mengenakan mantel mandi menuju kamar.
Brak!
Lemari terbuka dengan keras dan tampak ada banyak baju di sana. Tanpa pikir panjang, Iren mengambil sebuah rok berwarna hitam putih dan sebuah baju lengan panjang berwarna putih. Setelah semua dikenakannya, Iren mengambil dan memasang dasi hitam serta rompi yang berwarna senada di badannya.
"What? Udah jam setengah tujuh!! Haduh gimana nih!?" Kata Iren bingung.
Iren menyabet kucir rambut dan buku pelajarannya lalu memasukkannya ke dalam tas. Saat ini Iren rasanya ingin meledak. Kamar sudah berantakan, pikiran ke mana-mana, ditambah lagi dia sedang dikejar waktu. Sekolah akan dimulai 30 menit lagi. Kalau Iren tak cepat-cepat berkemas, bisa jadi dia akan dihukum. Kalau sudah begitu Iren pasti jadi malu.
Setelah semua mata pelajaran dan kucir rambut dimasukkan, Iren langsung berlari menuruni tangga lalu menemui kedua orang tuanya. "Papa, Mama aku pamit ya, bye!" Ujar Iren terburu-buru. Iren menyalimi tangan kedua orang tuanya cepat lalu mengenakan kaos kaki putih dan sepatu hitam pekatnya.
"Loh? Ga makan dek?" Tanya Windy lembut, tidak seperti tadi pagi.
"Ha? Um...enggak, Ma! Aku makan di kantin sekolah aja! Bye love you all!" Ucap Iren sambil menunjukkan kiss bye ke orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...