04.30 AM.
'Iren! Bangonn!!!' Batin seseorang dengan gemas sambil mengotak-atik ponselnya berharap dia yang di seberang sana segera menjawabnya.'Ish! Ga bangun juga nih. Aku telpon deh!'
Kringg kringgg....
Ponsel Iren berdering kencang membuat dirinya bangun dari dunia mimpi. Iren membuka sedikit matanya dan mengusapnya.
'Hah? Ngapain sih nih bocah telepon gue pagi-pagi buta kayak gini?!' Batin Iren sambil mengernyitkan dahi.
Dengan cepat Iren mematikan telepon dan membuka kontak percakapannya dengan seseorang yang baru saja menghubunginya. Ada dua pesan dari orang itu di sana.
Apaan sih? Pagi-pagi gini udah bangunin orang aja! Tidur sana!
Orang tersebut terkejut mendengar balasan Iren.
Bangun sekarang juga! Aku mau ajak kamu ke suatu tempat.
'Ck! Ni bocah mau ngajak ke mana sih? Capek tau ga?!' Batin Iren kesal.
Ih apa-apaan sih! Sudah tidur sana! Ganggu orang tidur aja!
Tanpa menunggu lagi, Iren mematikan data selulernya dan menutup ponselnya lalu kembali untuk tidur.
Tok...tok...tok...
"Hih! Siapa sih? Tadi ponsel berdering gara2 Lola, sekarang ketokan pintu!" Gumam Iren.
Iren memejamkan matanya erat-erat dan menutup telinganya dengan bantal yang ada di dekatnya. Namun ketukan pintu semakin keras, membuat Iren semakin gelisah. Tiba-tiba pintu terbuka. Tampak ada Windy di sana.
"Nak, ayo bangun." Windy membangunkan anaknya dengan lembut dari ambang pintu.
"Hish! Ini masih pagi banget. Kenapa harus bangun?!" Bentak Iren sambil mengubah posisi tidurnya.
"Ckckck. Kamu harus bangun dan turun ke bawah. Ada tamu yang sedang menunggumu," ucap Windy yang masih ada di ambang pintu kamar Iren.
"Ha? Siapa sih? Au-ah! Mama urus tamunya aja. Bilang kalau aku masih tidur!" Iren terus menggerutu.
"Huftt...nak, kasihan tamunya. Kamu lebih baik turun," saran Windy yang berusaha sabar.
"Memang siapa tamunya?"
"Teman kamu, Lola namanya."
Seketika itu juga mata Iren membuka dan membulat. Iren langsung bangun dari posisi tidurnya lalu menatap mamanya dalam-dalam. "Hah?! Beneran, Ma?!" Pekik Iren terkejut.
"Iya, dia Lola. Dia teman kamu kan? Yang dulu pernah kasih kue cokelat ke keluarga kita itu kan? Tadi dia sudah cerita sama Mama apa tujuan dia ke sini di pagi buta kayak gini. Kamu segera turun ya, Nak. Dia menunggu di bawah." Windy menghilang dari pandangan.
Iren masih tak percaya bahwa temannya itu menghampiri rumahnya di pagi buta seperti ini. Iren melangkah cepat menuju tangga dan benar saja, Lola ada di sana, sedang duduk di sebuah sofa merah di ruang tamunya.
Tanpa merapikan diri, Iren berlari ke bawah. Kondisinya sungguh berantakan, membuat Lola menahan tawa dan Windy geleng-geleng kepala melihat anaknya yang datang tanpa sopan santun."LOLA?! Ngapain ke sini hah?!" Teriak Iren yang membuat Kak Ines ngomel-ngomel dari dalam kamarnya yang kebetulan letaknya tak jauh dari tangga rumah. Lebih tepatnya terletak di sebelah kamar Iren di lantai 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...