Kring! Kring!
"IREN BANGUN!!!"
"Ah mama!! Ga usah berisik kenapa sih? Bangunin ga usah main teriak gitu loh! Nyebelin!" Kesal Iren sambil melemparkan guling ke pintu kamar sedangkan bantal di sebelahnya ia gunakan untuk menutupi kedua telinga.
Tok...tok...tok...
"Dek, bangun!" Kak Ines masuk ke dalam kamar tanpa seijin Iren. Iren mengolet sebentar lalu bangun dari ranjang. "Ih kak! Baru mimpi indah juga! Jadi ambyar kan mimpinya!" Ucap Iren dengan raut wajah yang berantakan.
"Hayooo mimpi apaan nih? Tentang cowok ya?" Goda kak Ines sehingga mengundang Iren untuk memukul pundak kakaknya.
"Sudah-sudah. Sekarang mandi ya. Masih jam lima tuh. Kalau kamu ga cepat-cepat mandi nanti dimarahin mama. Oh iya, kakak berangkat kuliah dulu ya." Kak Ines beranjak dari ranjang menuju ambang pintu.
"Loh, Kak? Kok pagi banget berangkatnya? Ga nanti aja? Udah makan?" Tanya Iren sambil mengikat rambutnya dan mengambil handuk.
"Kakak ada tugas kelompok sama teman kakak. Kemarin belum selesai dan hari ini harus dikumpulkan. Makanya kita mau ke kampus pagi-pagi banget agar nanti bisa dikumpulkan tepat waktu."
"Lah? Kampus memang sudah buka?"
"Ya belum tahu. Makanya kakak ke sana dulu. Nanti kalau masih tutup kita pindah tempat ke kos-kosannya teman kakak. Udah ya, bye!" Iren mengangguk lalu ke kamar mandi.
Byurr!!
Udara yang segar dan sejuk membuat air mandi terasa dingin. Namun seperti biasa Iren tak peduli. Meskipun dingin ia tetap mengguyur dirinya sampai bersih total. Setelah 10 menit mandi, Iren mengenakan seragamnya lalu berlari ke ruang makan di lantai bawah.
"Hai, Nak," sapa Windy lembut. 'Kebiasaan mama kalau bangunin pasti bikin orang naik darah. Tapi habis itu, mama jadi lembut lagi,' batin Iren dengan tawa kecilnya.
"Sarapan apa?" Tanya Iren setelah mengambil salah satu bangku. "Makan nasi dong."
"Eee...iya tau, Ma. Maksudnya lauknya apa? Atau sayurnya apa?" Tanya Iren lagi.
"Lauknya tahu sama tempe. Sayurnya bayam. Cepat makan ya. Oh iya, hari ini sopir kita ga bisa mengantar kamu, Dek. Dia ambil libur hari ini karena ada acara keluarga. Papa juga ga bisa mengantar kamu karena ada tugas kantor yang banyak. Mama juga sama, mama banyak pesanan hari ini. Jadi kamu naik montor aja ya? Kamu juga sudah besar, ngapain minta tolong sopir juga?" Ujar Windy panjang lebar dan diangguki oleh Waldo, papa Iren.
"Hem...ya."
Kemudian, seluruh anggota keluarga sarapan dengan khidmat. Hanya ada dentingan sendok dan piring di ruang makan. 20 menit kemudian, Iren menyikat giginya, mengambil sepasang sepatu, dan mengenakannya. Setelah semua siap, Iren berpamitan kepada orang tuanya. Iren pergi ke garasi. Iren memanaskan montornya sebentar, lalu mengenakan helm serta jaket tipisnya. Kemudian ia melaju ke sekolahnya.
Sesampainya di VHS, seperti biasa Iren memakirkan montornya dan masuk ke dalam kelas. "Iren! Yuhuuu!"
Ya. Sudah pasti itu Klara. Iren menghela napas panjang dan tidak memedulikan panggilan Klara. Klara menepuk pundak Iren. Seketika Iren berhenti.
"Selamat pagi!" Kata Klara dengan ceria. "Hm. Pagi." Kebalikannya dari Klara, Iren justru dingin dan tidak memancarkan senyumannya. "Mau ke kelas ya?"
"Ya iyalah. Kalau ga ke kelas ke mana lagi? Selokan?" Ketus Iren. "Hehehe, ya maaf. Gue mampir ke kelas lo ya. Kelas gue masih sepi. Ga apa-apa kan?" Iren mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...