"Selamat ulang tahun, Papa!!!"
Teriakan heboh dan menggema mulai terdengar di dalam rumah Iren. Dengan sepiring puding cantik di tangannya, Iren serta Kak Ines dan Windy memberi kejutan kepada Waldo yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Wahh, makasih. Kagetin aja pagi-pagi," ucap Waldo senang.
"Hehe iya, sengaja mau bikin Papa kaget. I love you, Papa! Semoga tetap menjadi Papa yang baik!" Kata Kak Ines dan Iren bersamaan lalu mencium pipi papa mereka.
Keempat anggota keluarga itu saling berpelukan, kemudian sarapan bersama dengan menu spesial yang tentunya menjadi menu kesukaan Waldo.
"Yuk makan-makan. Nasi masih hangat nih!" Ajak Windy sembari meletakkan menu makanan satu per satu ke atas meja.
"Hehe...iya, Ma."
"Oh iya, karena hari ini ulang tahun Papa, nah...Papa akan adakan acara makan gratis di kafe. Tentunya semua orang akan datang berbondong-bondong ke sana. Oh iya, kalian ajak teman-teman kalian juga ke kafe ya. Nanti kalian semua makan di lantai atas khusus ruang keluarga biar ga berdesak-desakan sama tamu dan pelanggan lain," kata Waldo di pertengahan makannya.
"Aku ajak temen-temen deket di kampus deh! Lima orang jadinya hehe," ujar Kak Ines.
"Aku akan ajak Ririn sama Desi ke sana," ujar Iren dengan raut wajah yang sedikit murung.
"Ya terserah kalian mau ajak siapa. Eh, Iren! Kamu ajak juga Lola. Dia kan pernah kasih kue ke keluarga kita. Nah sebagai imbalannya kamu ajak juga dia ke kafe. Bareng-bareng ke kafe kan lebih enak!" Saran Waldo dan Windy.
"Hah? No!" Ketus Iren.
"Loh? Kenapa, Dek? Kan bagus ajak dia makan. Apa salahnya?" Timpal Kak Ines.
"Dia bukan teman dekatku. Bahkan aku jarang berbicara kepadanya," jawab Iren, mencoba mencari alasan agar Lola tidak bergabung bersama keseruannya dengan para sahabatnya.
"Ga. Ga boleh gitu. Kamu harus balas kebaikannya, ren. Ga ada penolakan. Dekat ataupun tidak, kalian harus bisa saling berkomunikasi di sana. Harus, ga ada tapi-tapian. Titik!" Tegas Waldo dan itu membuat Iren bertambah kesal kepada papanya. Baru saja memberi kejutan, sudah diberi penegasan seperti ini.
"Hih! Ya udah deh! Terpaksa!" Kesal Iren. Iren meninggalkan ruang makan menuju kamarnya untuk mempersiapkan diri ke sekolah. Iren memasang baju sekolahnya, sepatunya, lalu menggendong tasnya.
Iren berjalan ke rak buku yang ada di atas meja belajarnya. Iren meraih sebuah bingkai foto yang menampakkan foto seorang lelaki di sana. 'I miss you so much, where are you? Aku tahu, kita tak akan pernah bertemu lagi,' gumam Iren tersedu-sedu. Iren mencium kaca yang menutupi foto lelaki itu, disusul tetesan air matanya.
Kemudian, Iren keluar dari kamar dan menempuh perjalanan ke sekolah dengan mobil pribadinya.
Sesampainya di sekolah, seperti biasa Iren hanya duduk, membaca buku pelajarannya, dan sesekali melihat ke luar jendela. Tiba-tiba, Lola muncul di sebelah Iren.
"Halo, apa kabar?" Sapa Lola ramah.
"Baik," singkat Iren.
"Pagi yang cerah ya?"
"Hm," dehem Iren sambil melihat keluar jendela. 'Eh iya! Tentang ulang tahun papa!' Celetuk Iren dalam hati.
"Lola, kamu nanti malam ke Classic Cafe lantai dua," kata Iren langsung pada intinya. Lola memiringkan kepala karena bingung atas ajakan Iren. "Hah? Kenapa?" Tanyanya.
"Papaku ulang tahun. Papa ajak kamu ke sana nanti malam buat makan gratis di kafe. Aku sama sahabatku akan ada di sana. Tepat jam tujuh, datanglah!" Perintah Iren dengan suara dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...