-BAB 11, Fight with Her-

10 4 2
                                    

Hari cepat berlalu. Suasana masih  begitu-begitu saja. Tak ada yang terasa unik bagi Iren. Hidupnya hanya terisi kehampaan dan kedinginan. Tapi Iren tetap melakukan itu semua sesuai pendiriannya. Saat ini Iren sedang mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam. Tetapi Iren masih berkutik dengan alat tulisnya.

"Iren...," panggil Kak Ines setelah membuka sedikit ambang pintu kamar.

Iren menoleh ke arah kakaknya. "Kamu ga tidur? Lihat, jam berapa sekarang?"

Iren melihat ke jam dinding berbentuk anjing lucu lalu menoleh lagi ke arah kakaknya. "Jam tengah malam," jawab Iren yang tak mengkhawatirkan kecemasan kakaknya. "Nah, tahu juga tengah malam, masih berkutik sama ponsel dan buku? Ga capek? Kalau sakit, siapa yang ngurus kamu?"

"Kakak." Kak Ines sedikit kaget mendengar sahutan adiknya. "Lah, kok kakak sih?" Tanya Kak Ines dengan menaikkan sedikit nadanya.

"Karena anda kakak saya. Wajib mengurus adiknya terlebih saat sakit." Iren tersenyum miring, seolah sedang menantang kakaknya untuk beradu mulut. "Oh terus? Bila nanti kamu lebih dewasa, dan menikah, lalu kamu sakit, kakak yang mengurus kamu gitu? Jauh-jauh ke rumahmu untuk mengurus?"

"Kakak kan calon dokter," jawab Iren santai.

"Kamu sendiri lah yang harus bisa mengurus diri kamu. Kamu sudah besar. Ga kayak anak kecil lagi." Kak Ines menggelengkan kepalanya dan beranjak dari kamar Iren. "Kak," panggil Iren sebelum kakaknya melangkahkan kaki lebih jauh dari kamar.

"Hah?"

"Kakak mau ngapain?"

"Tidur dong. Memang kenapa? Oh iya, kamu cepetan tidur. Nanti mama atau papa bisa marahin kamu kalau ga cepetan tidur," pesan Kak Ines. "Hm, kakak boleh ke sini sebentar?"

Kak Ines memiringkan kepalanya lalu duduk di tepi ranjang Iren. "Kakak, mau tanya boleh?" Kak Ines mengangguk lembut.

"Kakak bisa berteman dengan teman-teman kakak bagaimana caranya?" Tanya Iren yan terlihat polos. Padahal seharusnya, ia tahu jawabannya.

"Lah. Pertanyaanmu seakan masih anak kecil banget. Kamu beneran ga tau? Atau pura-pura ga tau?"

"Aku tanya beneran, Kak," jawab Iren. "Ya...biasa gitu. Kakak kenalan sama temen kakak. Terus kasih perhatian lebih, ga cuek, terus bergaul sama mereka. Terus jadi bisa temenan deh. Seperti halnya kamu berteman sama Ririn dan Desi. Kamu pasti tahu kan awal kalian bisa akrab sampai sekarang?" Jelas Kak Ines dan diangguki Iren.

"Sudah deh, Dek. Kamu tidur sekarang. Mata kamu lama-lama ga sehat lho." Iren mengangguk lagi dan mendapatkan sebuah kecupan kasih sayang dari seorang kakaknya.

"Malam, Dek."

"Malam juga," jawab Iren sambil menutup matanya, diiringi musik classic dengan lampu tidur yang menampilkan bintang-bintang indah di langit-langit kamar.

Keesokan harinya, Iren mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Mulai dari sarapan, mandi, mengenakan seragam, sikat gigi, hingga memakai sepatu sudah ia lakukan. "Mama! Papa! Kakak! Aku berangkat dulu ya!!" Pamit Iren sembari berlari ke garasi lalu berangkat ke sekolah dengan menggunakan montornya.

"Yaa!" Jawab keluarga Iren. Montor melaju sangat cepat, hingga akhirnya Iren sampai di sekolah dengan selamat.

Iren duduk di bangkunya dan membaca buku pelajarannya, untuk mempersiapkan tes yang akan datang sebentar lagi. Tibalah Ali di dalam kelas sambil menggendong tasnya di pundak sebelah kanan.

"Heyyo ges! Pa kabar?!" Seru Ali menyapa teman-temannya di kelas. "Iyoi! Baik bro!" Jawab teman-teman Ali yang laki-laki. Sedangkan yang perempuan hanya tersenyum kepada Ali.

Antar 2 BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang