1 tahun kemudian...
Hari demi hari berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa, anak dingin itu sudah menginjak umur 18 tahun sekarang. Ia sudah besar. Bagaimana kabarnya? Tentu saja baik. Lebih baik dari kehidupannya yang dulu. Kini, dia lebih mudah untuk memancarkan sebuah senyuman di bibirnya. Tetapi sikap dingin masih menetap di hatinya. Maklum, itu sudah menjadi dasar dari sikapnya. Tetapi patut disyukuri karena perlahan tapi pasti, hatinya mulai mencair karena seorang gadis yang tiba-tiba saja datang ke kehidupannya.
Kring! Kring!
"Mama! Papa! Kak! Aku pergi sekolah dulu ya!" Jerit Iren dengan langkah cepat menuruni tangga. Seluruh keluarga menggeleng dengan terheran-heran. Iren berlari ke arah montornya lalu melaju kencang.
Ciaatt!
Montor terparkir sempurna di lahan luas sekolah setelah 5 menit berlalu. Iren melepaskan helmnya, merapikan rambutnya, dan siap berjalan ke kelasnya. Iren melihat ke sekeliling. Dalam hati, Iren ingin sekali untuk bisa tersenyum, walau susah untuk dilakukan. Apa daya dirinya yang sudah terlanjur untuk menjadi gadis es. Jadi membentuk lengkungan manis saja dia bimbang. Padahal itu mudah dilakukan, bukan?
Tak lupa, lingkungan di sekitar Iren meninggalkan cerocos-cerocos pedas atau biasa disebut sindiran. Maklum, Iren disindir karena mengingat sikapnya yang menyebalkan. Namun, mereka tak mengetahui kehidupan Iren yang sebenarnya. Aneh bukan? Hanya bisa mengkritik tetapi tak tahu apapun. Terlihat bodoh.
"Hai, Iren!" Sapa Lola riang di dalam kelas. Iren mengangguk dan melambai kecil. Iren melangkah masuk ke dalam kelasnya.
Kelas 12 MIPA I.
Itulah adalah sebuah tulisan yang tertulis di atas pintu kelas Iren yang ditempatinya sekarang. Hari ini, Iren telah menginjak semester 2 di kelas dua belasnya. Tak lama lagi, ia akan menghadapi banyak ujian dan banyak rintangan demi lulus dari sekolah penuh kenangannya ini. Tidak bisa dibayangkan bagaimana beratnya menghadapi tantangan itu.
Kebetulan, Mila, Ali, Rendi, dan juga Lola satu kelas lagi dengan Iren. Mereka patut diacungi jempol atas prestasinya. Karena mereka mendapatkan nilai bagus, tidak diragukan lagi bahwa mereka bisa menempati kelas yang sebenarnya diidam-idamkan oleh semua siswa. Yap! Kelas 12 MIPA I adalah kelas yang diidam-idamkan oleh kebanyakan siswa karena fasilitasnya yang lebih komplit daripada kelas yang lain.
"Hai, Iren!" Seru Mila, Ali, dan Rendi. Iren berbalik dan tersenyum kecil. Apa? Tersenyum kecil? Ya benar. Baru kali ini Iren mengeluarkan senyumannya setelah sekian lamanya ia tak menunjukkannya. Mila, Ali, dan Rendi terkejut melihat pemandangan pertama kali mereka. Tak menyangka ketika Iren tersenyum, ia terlihat sangat manis.
'Mantap! Manis betul dia!' Batin Ali terkagum dan membelakkan matanya. Begitu juga Mila dan Rendi.
'Manis banget pas senyum. Coba gitu loh, dia tersenyum dari dulu awal bertemu. Pasti ga akan debat deh!' Batin Rendi terkesima.
Mila memandang kedua teman lelakinya dengan tatapan tak percaya. Kedua teman lelakinya juga sama dengannya, merasa tak percaya. Segera, Mila dan kedua teman lelakinya tersenyum untuk membalas senyuman Iren. Iren berbalik lagi dan menghela napas panjang. Diam-diam ia tersenyum lagi saat menghadap ke depan buku di mejanya. "Entah mengapa aku merasa lega setelah sekian lamanya aku ga tersenyum," gumamnya pelan.
Pelajaran berlangsung selama 8 jam lamanya. Iren merasa lebih ceria dibanding sebelumnya. Bahkan hari ini ia lebih banyak berbicara dari sebelumnya. Hal tersebut membuat teman-temannya merasa nyaman di dekat Iren. Tanpa diduga, ternyata Iren memiliki selera yang humoris. Apapun yang dikatakan Iren bisa saja berisi tentang lolucon dan mengundang semua orang untuk tertawa. Orang-orang sekitar memandang Iren dengan aneh. Bukannya Iren itu merupakan gadis es? Mengapa sekarang dia bisa menjadi happy virus? Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Teen FictionKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...