"Iren, kamu mau Churros Con Chocolate?" Tawar Lola sambil menyodorkan kotak bekalnya. Jam ini adalah jam istirahat di VHS.
Mendengar tawaran Lola, Iren menggeleng. "Um...enak loh. Ambil aja ga apa-apa," tawar Lola lagi. Lola menggigit makanannya dan meletakkan bekal di samping Iren. Iren melirik sekilas, namun diam saja.
"Ayolah, makan satu saja. Enak kok, manis juga!"
"AKU SUDAH BILANG TIDAK MAU!!"
Brakk!!
"Hah!" Seluruh murid di dalam kelas terkejut melihat bekal Lola yang jatuh dan hancur di lantai karena secara tidak sengaja Iren menghempaskannya. Iren juga ikut terkejut, semua ini terjadi karena reaksinya.
"Bekalku...," lirih Lola sambil menunduk lalu memunguti remahan-remahan bekal. Iren menjadi gugup. Teman-temannya menatap dirinya dengan tatapan menusuk seperti pisau tajam.
"Emm...ma...maaf!" Iren justru berlari meninggalkan Lola di kelas. Mila yang melihat hal itu langsung menghampiri Lola. "Em...biar kubantu," kata Mila. Mila dan Lola membereskan bekal yang terjatuh bersamaan.
"Dingin banget tuh cewek! Lama-lama gue benci dia! Rasanya pengen gue remat-remat tuh cewek!" Emosi Rendi tidak terkontrol.
"Wow, sabar bro, sabar. Lo laki-laki. Lo harus bisa mengontrol emosi. Maklumin Iren kalau dia kayak gitu." Ali menenangkan Rendi yang sedang bernafas tak beraturan karena saking emosinya.
"Lo ga lihat, li? Dia numpahin bekal Lola! Itu kan kebangetan!"
"Sudah-sudah. Dia tidak sengaja menyenggolnya." Suara Lola muncul di tengah perdebatan kedua lelaki itu. "Lola ga kenapa-kenapa kan? Maafin Iren ya, Lola," Rendi meminta maaf kepada Lola, bukan karena ia bersalah namun ia ingin mewakili Iren dan sebagai teman sekelas Iren, ia merasa tak enak hati.
"Iya, tidak apa-apa. Dia tadi sudah meminta maaf kok," ucap Lola dengan senyum manisnya. "Tapi dia langsung kabur dan ga nolongin kamu. Kita kan jadi tak enak hati."
"Tenang saja. Aku paham perasaan, Iren. Dia pasti lari karena malu. Dan ga usah bahas masalah ini lagi ya. Kasihan Iren. Ini kan cuman masalah bekal. Nanti aku bisa beli makanan di kantin." Mila, Rendi, dan Ali mengangguk.
***
Sementara itu...
'Hiks, hiks! Sampai kapan sih gue harus kayak gini. Gue ga tahan. Tapi gue takut,' batin Iren yang sedang menangis di bawah sebuah pohon rindang di tengah taman. Taman itu sedang sepi, jadi Iren bisa menangis sepuasnya di sana.
'Rasanya gue pengen menghindar dari orang lain. Tapi kenapa semakin menjadi-jadi?' Batin Iren lagi dengan isakan tangis yang lebih keras.
"Iren," panggil seseorang di samping Iren. Iren menghapus air matanya dengan cepat, kemudian ia menoleh. 'Hah? Lola?'
Lola tersenyum dan mendaratkan pantatnya ke tanah hijau. Lola memandang daun-daun pohon yang disenderinya. "Ka...kamu kenapa ke...ke sini?" Tanya Iren terbata-bata.
"Cari kamu dan mau minta maaf." Lola menoleh dengan wajah yang teduh, seteduh pohon yang melindungi mereka dari terik matahari. "Kenapa kamu cari aku? Terus kenapa kamu minta maaf ke aku? Aku kan yang bersalah. Aku juga yang dibenci. Aku juga ga peduli sama kamu. Aku juga bukan siapa-siapanya kamu. Jadi ga ada gunanya cari aku."
"Aku tahu kok perasaanmu gimana, ren. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Saat aku di Spanyol, aku juga pernah tidak sengaja menyenggol makanan temanku. Lalu temanku marah, dan aku meminta maaf kepadanya. Beberapa menit kemudian, kami baikan," cerita Lola dengan pandangan mata ke langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antar 2 Benua
Fiksi RemajaKukira dia akan bersikap cuek atau bahkan tidak peduli dengan sesamanya. Dugaan itu muncul di pikiranku, setelah aku mengetahui bahwa dirinya berasal dari negara yang sangat jauh dari tempat berpijaknya sekarang. Namun dugaanku ternyata salah. Setel...