-BAB 8, They Care About Me-

12 3 0
                                    

Tok...tok...tok...

"Eh? Siapa itu?" Keluarga Iren terkejut mendengar ketokan pintu di rumah mereka. "Dek, buka aja pintunya sana!" Perintah Kak Ines.

"Loh? Kok aku sih? Kakak aja dong!" Bantah Iren. "Lah, kamu aja sana!"

"Hih, engga! Kakak aja! Kakak harus mengalah sama adik!"

"UDAH STOP!" Kedua kakak beradik itu membisu seketika. "Kalian ribut aja. Kapan selesainya? Ya udah, Iren...buka pintunya!" Ujar Windy.

"Lah, tapi ma...,"

"CEPETAN!"

Dengan kesal Iren membukakan pintu rumahnya. Kak Ines tertawa kecil, merasa menang atas debatnya bersama sang adik. "Selamat malam," sapa seseorang di luar sana.

"Hah? Lola? Ngapain kamu ke sini?" Tanya Iren yang tak menyangka Lola datang ke rumahnya. "Aku mau ngembaliin buku kamu. Sekalian, ada titipan dari papa buat keluarga kamu. Ini ada kue cokelat, semoga suka ya."

"Nak? Itu siapa?" Windy berjalan menuju pintu rumah. "Lola," jawab Iren singkat.

"Halo, Tante," sapa Lola sambil menyalimi mama Iren. "Halo, Nak. Kamu temannya Iren ya?"

"Iya, Tan. Saya berasal dari Barcelona, Spanyol. Saya murid baru di VHS dan saya teman baru Iren juga. Saya ke sini mau mengembalikan buku kelas sepuluh milik Iren. Saya juga mau kasih kue cokelat titipan dari papa untuk keluarga tante," jelas Lola dengan nada sopan.

"Wah, jauh ya asal kamu. Ayo masuk dulu. Kita makan sama-sama ya," ajak Windy. "Tidak usah, Tante. Saya harus cepat-cepat pulang soalnya papa memanggil saya barusan. Sepertinya ada urusan penting."

"Oh ya sudah. Hati-hati ya, Nak. Terima kasih kuenya." Windy tersenyum kepada Lola. "Iya, Tan. Selamat malam," pamit Lola lalu berjalan ke motornya yang berdiri di halaman rumah Iren.

"Selamat malam juga," ujar Windy seraya meraih daun pintu dan menutupnya.

"Itu bener temen kamu, ren? Cantik ya dia. Aku dengar dari Spanyol ya, Ma?" Kak Ines angkat bicara. "Iya. Dia dari Spanyol. Kok kamu ga pernah cerita sih ren, kalau kamu punya teman dari luar negeri?"

Iren melihat mamanya sekilas. "Ga penting juga kok," jawab Iren cuek. "Ya ampun, ren. Jangan kayak gitu. Itu ga baik. Dia orang yang baik lho, ren. Dia kasih kue ke kita."

"Udah deh, Ma. Mama itu baru lihat Lola hari ini. Belum tentu dia kayak gitu. Kan kita belum kenal," sela Iren sambil membuka kotak kue.

"Hem...tapi Iren, kamu sebaiknya bergaul dengan dia. Dia kan baik. Dia butuh adaptasi. Barangkali kamu bisa bantu dia buat adaptasi di Indonesia," saran Windy lembut.

"Aku bukan siapa-siapanya mengapa aku mengurusinya? Udah deh. Kalau debat terus lama-lama ga selera makan. Aku ke kamar dulu, mau belajar. Papa, Mama, Kak Ines, makasih kebersamaannya. Malam," pamit Iren sebelum ia menginjakkan  kaki ke tangga menuju kamarnya.

"Malam juga," jawab seluruh anggota keluarga.

Iren mengunci pintunya, dan bersender di dinding kamarnya. Kemudian, ia duduk di jendela, melihat indahnya malam dengan taburan bintang di langit. Ya, kamar Iren yang bernuansa travel seakan menambah daya tarik tersendiri untuk Iren terlebih saat ingin sendiri dan merenung. Iren sangat menyukai dunia traveling sejak kecil. Itulah mengapa dia ingin bisa berkeliling dunia suatu saat nanti. Terutama ia ingin mengunjungi The Great Wall of China. Itulah tempat impiannya sejak kecil.

***

Keesokan harinya, Iren sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Iren mengendarai montornya menuju VHS. Sesampainya di sana, Iren langsung berlari menuju kelas. Iren merapikan peralatannya, kemudian membaca buku yang berisi tentang informasi-informasi destinasi terkenal di seluruh dunia.

Antar 2 BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang