35. Lust

1.4K 193 31
                                    

Happy Reading
.
.


Tujuh bulan sudah usia kehamilan Naruto. Hari-harinya dilalui dengan bahagia karena segala pikiran buruk telah ia singkirkan dari dalam benaknya. Kini, yang ia pedulikan hanya bayi dalam perutnya. Terserah saja apa yang mau dilakukan oleh ayah bayinya, ia sudah tidak memikirkannya lagi.

"Ini susunya datang, silakan diminum Tuan Putri." Sasuke berjalan dari dapur membawa segelas susu untuk Naruto yang tengah bersantai membaca majalah kehamilan di ruang tengah.

"Terima kasih, Sasuke." Naruto menaruh majalahnya di meja dan langsung mengambil gelas berisi susu dari tangan Sasuke dan meminumnya.

Naruto memerhatikan Sasuke sambil menyeruput susunya pelan-pelan. Saat ini pria itu tengah fokus membaca majalah kehamilan yang sebelumnya Naruto letakkan di atas meja. Sudah hampir tiga bulan ia tinggal di vila Sasuke dan pria itu juga sering menghabiskan waktunya di sini. Naruto merasa tidak enak, mengingat jika Sasuke memiliki istri yang menunggunya di rumah.

"Apakah tidak apa-apa?" gumam Naruto.

"Hn?" Sasuke menoleh begitu mendengar suara Naruto. "Kau mengatakan sesuatu?" tanyanya.

Naruto meletakkan gelas kosong di atas meja. Ia menatap serius ke dalam mata Sasuke yang duduk tepat di sebelahnya.

"Apakah tidak masalah jika kau sering menghabiskan waktumu di sini. Apa Sakura-san tidak keberatan?" tanya Naruto.

Sasuke menutup majalah dan meletakkannya di meja. Ia beralih menggenggam kedua tangan Naruto.

"Tidak masalah. Semuanya baik-baik saja," jelas Sasuke tersenyum.

"Tapi, Sakura-san?"

Sasuke menghela napas pelan saat mendengar nama istrinya. Entahlah... hubungannya dengan Sakura saat ini sudah tidak jelas lagi akan mau dibawa kemana. Ia sibuk dan Sakura juga sibuk. Dalam kurun waktu tiga bulan ini saja, terhitung, hanya dua kali mereka berhubungan intim. Gairah Sasuke sudah benar-benar hilang untuk istrinya itu. Jangan tanyakan tentang cinta, karena itu sudah terlebih dahulu habis tak bersisa.

"Sebenarnya..." Sasuke memutuskan untuk menceritakan kisah rumah tangganya pada Naruto. Ia takut Naruto akan berpikiran buruk jika tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya dan Sakura. "Rumah tanggaku sudah lama berantakan," beritahu Sasuke.

"Apa?!" Naruto segera melepaskan tangannya dari genggaman Sasuke. "Apa itu semua disebabkan olehku?" tanya Naruto pucat.

Sasuke menggelengkan kepala cepat dan kembali meraih kedua tangan Naruto untuk digenggamnya. "Tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan dirimu, Naru."

"Lalu, kenapa?" tanya Naruto penasaran. Selama ini Sasuke sudah sering menghiburnya, mungkin ini saatnya untuk Naruto membalas, dengan mendengarkan ceritanya, semoga hati Sasuke bisa jadi sedikit lega.

"Dia telah melakukan satu kesalahan fatal dan itu sangat sulit untuk dimaafkan." Wajah Sasuke mengeras saat mengatakannya. Ia kembali membayangkan saat di mana calon bayinya digugurkan secara paksa oleh Sakura.

"A-apa aku boleh tahu?"

Sasuke menatap dalam mata Naruto, genggaman tangannya pada si pirang menjadi semakin erat. "Dia sudah menggugurkan calon anak kami yang sudah sangat lama aku nantikan."

Deg

"Ya Tuhan! Bagaimana bisa?" Shock. Naruto begitu terkejut mendengar pengakuan Sasuke. Bagaimana mungkin, ada seorang ibu yang dengan tega membunuh calon anak, darah dagingnya sendiri.

Sinar pada mata Sasuke meredup. "Dia tidak siap untuk memiliki anak dan lebih mementingkan karir dokternya."

"Bisa-bisanya seorang dokter yang harusnya merawat, malah membunuh, janin yang tidak bersalah pula." gerutu Naruto dalam hati.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang