70. Calon Menantu

809 100 7
                                    

Happy Reading
.
.

Sesuai kesepakatan yang telah diambil tiga hari lalu, hari ini Sasuke akan memperkenalkan Naruto pada keluarganya. Semalam, ia sudah mengabarkan hal ini pada ayah juga ibunya. Walau sebenarnya Naruto menolak karena belum siap, tapi Sasuke sedikit memaksa, hingga akhirnya wanita itu pasrah.

Mobil Sasuke memasuki gerbang kediaman mewah keluarga Uchiha. Naruto yang duduk di sebelah kursi kemudi sudah gelisah sedari awal keberangkatan, dan sekarang setelah sampai, ia menjadi semakin gugup. Sasuke yang menyadari hal tersebut, memilih menggenggam tangan wanita itu dan menenangkannya.

"Tenanglah! Semua pasti akan baik-baik saja." Sasuke memberikan senyuman tipis, berharap Naruto yakin bahwa semua akan baik dan berjalan sesuai yang mereka inginkan.

"Iya." Naruto memaksakan senyum. Ini pertama kali baginya bertemu dengan calon mertua. Saat menikah dengan Gaara, ia hanya pergi berziarah dan meminta restu ke makam kedua orang tua Gaara. Namun sekarang, ia harus berhadapan langsung. Apakah orang tua Sasuke akan menerima janda beranak satu seperti dirinya? Padahal, duda matang dan mapan seperti Sasuke pasti banyak digilai oleh gadis-gadis di luar sana.

"Ayo sekarang kita masuk!"

Asyik melamun, Naruto tak sadar jika kini Sasuke sudah membukakan pintu mobil untuknya. Dengan berat hati, ia keluar dari kendaraan roda empat itu. Jantung Naruto bertalu-talu begitu melangkahkan kakinya menuju pintu masuk.

"Biar aku yang menggendong Reina." Setelah memencet bel, Sasuke mengambil alih bayi montok itu dari gendongan sang ibu. Ia kasihan melihat Naruto yang gugup dengan tubuh sedikit bergetar.

Cklek

Pintu ukir kayu bergaya klasik itu terbuka. Naruto menghela napas lega begitu tahu jika yang muncul adalah seorang pelayan, bukan calon ibu mertuanya.

"Di mana ayah dan ibu?" tanya Sasuke.

"Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu di ruang tengah, Tuan muda." Pelayan wanita itu memberitahu.

"Ayo, sayang." Tangan kanan Sasuke menggenggam tangan Naruto, sementara sebelahnya lagi menggendong Reina. Ia membawa dua orang terkasihnya itu menuju ruang tengah. Kegugupan Naruto dirasakan betul oleh Sasuke, genggaman tangan wanita itu terasa kuat di tangannya.

"Selamat siang, Ayah... Ibu." Sesampainya di ruang tengah, Sasuke segera memberi salam. Dua orang yang tengah duduk berbincang di atas sofa itu lantas berdiri menyambut kedatangan putra bungsu dan calon menantu mereka.

"Kau sudah datang, Nak." Ayah Sasuke-Fugaku menyapa.

"Iya. Ayah, Ibu, perkenalkan ini Naruto, calon istriku." Sasuke memperkenalkan Naruto pada kedua orang tuanya.

Naruto mencoba tersenyum. "Om, Tante... perkenalkan saya Naruto." Wanita itu mendekat pada orang tua0 Sasuke dan menyalami mereka. Setelah itu, Naruto kembali berdiri di samping kekasihnya.

Fugaku tampak tersenyum tipis melihat kesopanan Naruto. Ia berpikir jika sang anak tidak salah pilih calon istri.

Ibunya Sasuke-Mikoto perlahan mendekat. Kini ia sudah berdiri tepat di depan Naruto. Ia memperhatikan calon mantu yang dibawa anaknya itu dengan teliti, dari atas ke bawah, ke atas lagi dan berhenti tepat pada wajahnya.

Naruto yang ditatap sedemikian rupa oleh ibunya Sasuke pun menjadi salah tingkah. "Apakah ada yang salah? Apa bajuku tidak bagus atau tatanan rambutku yang aneh?" pikirnya.

Mikoto melihat wanita yang berdiri di samping putranya. Cantik, sangat cantik malah walau terlihat tidak memakai riasan wajah yang berlebihan. Penampilannya sederhana dan terkesan anggun. Midi dress polos berlengan panjang membalut tubuhnya yang indah. Rambut panjangnya dikepang satu lalu disampirkan ke bahu kanan.

Tangan Mikoto terangkat. Naruto langsung memejamkan mata, ia menyangka jika ibunya Sasuke akan menamparnya karena telah lancang berhubungan dengan sang putra, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Wanita tua yang masih terlihat menawan diusianya itu, mengelus kepala Naruto dengan lembut.

"Kau cantik sekali, Nak. Pantas saja putraku menyukaimu," ucapnya.

Deg

"Eh?" Naruto membuka mata, ia melihat jika saat ini Mikoto tengah tersenyum ke arahnya. Dan seketika itu pula, ia mendesah lega. Apa yang ia takutkan ternyata tidak terjadi.

"Ibu, aku mencintai Naruto bukan karena fisik semata, tapi karena kepribadian dan juga hatinya," bantah Sasuke yang merasa kurang senang dengan anggapan sang ibu. Ia bukan pria mata keranjang yang menyukai wanita hanya karena cantiknya wajah dan indahnya fisik saja.

"Iya-iya, ibu paham." Mikoto menggeleng pelan mendengar protesan putranya.

"Kalau begitu ayo duduk!" ajak Fugaku. Rasanya sudah terlalu lama mereka berdiri.

Naruto duduk tepat di samping Sasuke sementara di seberangnya ada Fugaku dan Mikoto. Mereka saling berhadapan.

"Sasuke, apa itu calon cucuku?" tanya Fugaku tiba-tiba. Pria tua itu sedari tadi sudah memandang bayi gembil yang ada di gendongan Sasuke. Ia merasa gemas dan sudah tak sabar untuk menggendongnya.

Mereka semua serentak menoleh pada Reina yang tengah sibuk bermain dengan mainan di tangannya. "Iya Ayah, dia adalah putrinya Naruto, namanya Reina. Sebentar lagi dia akan menjadi anakku dan juga cucu kalian," jawab Sasuke sumringah.

"Cantik sekali, apa ayah boleh menggendongnya?" pinta Fugaku penuh harap.

Sasuke melirik sekilas pada Naruto, karena bagaimanapun juga Reina tetaplah putri Naruto dan atas seizin wanita itulah baru ia bisa membiarkan orang lain menyentuh anaknya.

Naruto tersenyum dan mengangguk. Sasuke langsung memberikan Reina pada Fugaku setelah mendapat persetujuan dari Naruto.

"Bu lihat, cucu kita sangat cantik," ucap Fugaku pada istrinya. Tangannya tak henti menimang Reina.

Mikoto mengambil tangan mungil Reina dan menggengamnya lembut. "Iya, Ayah. Dia cantik sekali persis seperti ibunya," sahut Mikoto sembari memandang kagum pada bayi perempuan itu.

"Hai, Reina. Ini nenek, sayang..." Mikoto memperkenalkan diri.

"Dan ini kakek..." Fugaku tak mau kalah.

Bayi itu memandang dengan mata bulatnya dua orang yang sedang mengajaknya bicara.

"Yah, gantian dong! Ibu juga mau menggendong cucu ibu," protes Mikoto.

Fugaku merengut. "Ibu ini, ayah kan belum puas bermain bersama cucu ayah."

"Gantian, Yah!"

Mendengar rengekan istrinya, terpaksa Fugaku Reina kepada istrinya.

"Ibu dan ayah ini ada-ada saja." Sasuke geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua orang tuanya.

"Makanya berikan kami cucu yang banyak, jadi ayah dan ibu tidak akan berebut lagi!" kata Fugaku dan ditimpali Mikoto dengan anggukannya.

"Siap!" jawab Sasuke mantap.

Naruto begitu terharu melihat interaksi kedua orang tua Sasuke terhadap putrinya. Ia beruntung karena sekarang Reina memiliki kakek dan nenek dan bisa merasakan kasih sayang dari keduanya. Baik orang tua Naruto maupun Gaara, mereka semua sudah berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. Jadi, hanya orang tua Sasuke lah yang bisa memiliki peran sebagai kakek dan nenek untuk Reina, tak ada yang lain.

Sasuke mengusap punggung Naruto saat dilihatnya wanita itu mengusap air matanya yang jatuh di pipi. Kekasihnya ini memang sangat mudah sekali tersentuh hatinya.

"Semuanya baik-baik saja, tak ada lagi yang perlu kau khawatirkan. Aku bersamamu dan Reina. Aku mencintai kalian berdua." Sasuke berbisik.

"Terima kasih."

Hari ini Naruto merasa sangat bahagia.

BERSAMBUNG


Jangan lupa Vote, Comment dan Follow
Terima kasih sudah membaca 🙏🏻 😊

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang